Minggu, 31 Juli 2011

[FANFIC] Pocky Story ~sebuah PWP dengan berbagai rasa~

Title : Pocky Story

Author : Nu Niimura

Type : Oneshoot

Genre : Romance-Fluff

Rating : T (standar ffn)

Pairing : BESTxOC’s

Warning : PWP, lameness, OOC, bahasa aneh, panjang, non-akurasi, typo (semoga gak ada)

Disclaimer : Semua hal –kecuali sebagian cerita- yang disebutkan di fic ini bukan milik saya. Hey! Say! BEST milik Johnny’s Entertainment, Pocky milik Glyco. Kalau Pocky punya saya, rasa yubari melon pasti paling banyak dipasok ke Bandung.

[STRAWBERRY] Fresh and Sweet

“Ah, tunggu!,” jeritnya frustasi. Terlambat, langkah kakinya kalah cepat dari bus yang (tadinya) akan dijadikan tumpangan pulang.

Bertengkar dengan Yuya membuat Din nekat pulang seorang diri, tapi ketinggalan bus justru membuat moodnya semakin buruk.

“Ah, ketinggalan bus, ya?” tak bisakah jadi lebih buruk lagi? Bahkan sekarang sang perusak suasana hati tengah berdiri dibelakangnya

“Yuya, untuk apa mengikutiku, hah?! Belum cukupkah…”

“Sudah, jangan cerewet, aku hanya memastikanmu tidak tersesat,” potong si honey blond sebelum lawan bicara menyelesaikan kalimatnya

Menyandarkan punggung dikursi keras halte. Menunggu jelas bukan sesuatu yang disukai Din. Yah, untuk sekedar killing time, mengecek ameblo untuk melihat PETA-PETA[1] yang baru melalui ponsel bukan hal yang buruk. Abaikan Yuya yang duduk disampinya –anggap saja perpaduan antara tampang sensual dan tubuh proporsional penarik kerling setiap hawa yang melintas itu hanya sebatang pohon tua tanpa makna- sudah dibilang, kan, Din sedang kesal padanya.

Kenapa pula, di halte bus cuma ada mereka?

Satu batang, stik biskuit berlapis strawberry itu terselip diantara kedua bibirnya –manis, Pocky strawberry –favoritnya- yang dibelinya beberapa saat lalu di konbini terdekat. Yuya juga masuk ke konbini tadi, tapi peduli amat apa yang dibelinya.

Dua batang, cekikikan kecil terdengar –mungkinkah sekarang fanfiction tentang idolanya, hasil karya fangirl yang kelewat kreatif.

Tiga batang, tangan kanannya beradu dengan tangan lain, milik sang pemuda yang duduk tenang disebelah. Hey, sejak kapan Yuya juga menikmati strawberry Pocky miliknya? Cobalah abaikan dan kembali pada hal-hal menarik di layar ponsel.

Enam batang, demi apa Yuya terus mengambil batang merah muda itu dan menggigitnya dengan uh—tidak, sama sekali tidak seksi!

Sembilan batang, Din melempar pelototan aku-sedang-bete-padamu ketika tangan mereka kembali beradu. Hanya iris sewarna tanah menatapnya tanpa dosa, tersenyum sekilas dan kembali mengalihkan pandangan pada jalan dimana busnya akan datang. Dasar tak tahu malu!

Batang-batang berikutnya, silih berganti keluar dari kotak berkat tarikan dua orang yang duduk disebelah kanan dan kirinya.

Satu batang terakhir, Din penasaran dengan apa yang akan Yuya lakukan.

“Hm?” ujung sebelah digigitnya, mengarah mendekat ke si gadis berrambut ikal.

“Jangan kurang ajar!” bentakan bisa lebih mewakili dari pada motif lima jari berwarna merah dipipi sang sukebee –itu terlalu tipikal.

“Oke…,” Yuya mematahkan Pocky terakhir, memberikan potongan yang seutuhnya berlapis strawberry pada Din

“Hh…!” dengusan kesal

Tak ada jemari telulur atau cekikikan manis khas serial cantik pemancing ‘moe-moe’ pembaca yang didominasi gadis muda, hanya wajah cemberut yang dialamatkan untuk sang pemuda sebaya.

Tepat sekali, pak sopir. Bus berhenti didepan mereka dan Din segera melangkahkan kakinya kedalam.

‘Daah, Yuya. Terimakasih untuk hari ini, nanti kirim e-mail, ya!,’ jangan mimpi Din akan mengatakan itu.

“Hati-hati, jangan sampai tersesat!” seru Yuya diluar sana

“Bodoh, apa? Mana mungkin aku tersesat,” masih bersungut-sungut ketika duduk di kursi bus

Musik saat perjalanan, tepat sekali. Din membuka tas kecilnya untuk mengambil player, dan-

“Ah!”

Kotak pink apa itu yang ada di tasnya? Apalagi kalau bukan Pocky strawberry. Bukan hanya utuh, tapi lengkap dengan kantung plastik dari konbini.

“Jadi…yang tadi, Yuya…ah…!” harga-diri-orang-ngambeknya hancur tak bersisa.



[CHOCOLATE ORANGE] Funky and Flavorful

Opi membelakakkan mata.

Kenapa tembakan three point-nya harus meleset sedetik sebelum terdengar peluit panjang tanda pertandingan berakhir?

Sorakan penuh euforia terdengar dari kubu lawan.

Apa-apaan ini?

Kalah dengan ketinggalan sebanyak 2 point sama sekali tidak menyenangkan.

Masih membeku.

Daijoubu ne, Senpai…,” sebuah lengan datang untuk merangkul

“Tapi...,“ tertunduk

“Kita sudah melakukan yang terbaik yang kita bisa...,“ si lawan bicara hanya menuntun kearah bangku pemain

“Opichi...,“ itu suara Din yang menyapa

Tidak. Opi tidak ingin melihatnya. Menghadap ketiga –bukan, keempat temannya dengan wajah-setelah-kalah bukanlah seperi yang direncanakan diawal.

“Opichi main dengan sangat keren tadi...,“ tanpa disadari, dirinya sudah berada dalam pelukan sang sahabat karib

Un!” ditambah senyuman dari ketiga lainnya

Dan satu lagi, tunggu! Inoo-kun?

“I, Inoo-kun juga nonton tadi?”

Hanya dibalas senyuman

“Nocchi...”

Dan, sejak kapan Din menggiring ketiga temannya menjauh sambil mengedip sebelah matanya kearah Inoo diam-diam “Sebentar ya, kami harus bantu Daiki-kun yang terkunci di gudang peralatan...” alasan macam apa itu?

Disini mereka sekarang, duduk ditangga darurat menuju atap sekolah.

“Ng, ano… Inoo-kun, sebenarnya…kita…”

Situasi diwarna kekakuan

“Temani aku sebentar disini...“

Opi beranjak pergi “Sudah sore, maaf, aku harus pulang...“

“Aku tak akan membiarkanmu pulang dengan suasana hati seperti itu,“ tatapan tegas dari wajah yang tetap menawan, versi maskulin dari Yamato Nadeshiko

“Tapi, aku...“

Please stay awhile and have some Pocky[2],“ mengeluarkan kotak oranye dari tas pinggangnya

“Kenapa Pocky?”

Please stay awhile…,” diulang “Kalau hanya untuk mengangis, pundakku ada untukmu…”

Tak ada lagi jarak. Tubuh berbalut jaket team itu sekejap tenggelam dalam pelukan pemuda cantik dihadapannya.

“Aku tahu, pertandingan tadi adalah pertandinganmu yang terakhir di SMA sebelum mempersiapkan diri untuk ujian dan universitas…”

Dari mana Inoo tahu? Tapi Opi tak mau pikirkan.

Tak butuh waktu lama hingga Inoo bisa merasakan cairan hangat merembes melalui kain di pundaknya.

Sekarang, duduk bersebelahan.

“Ng, kenapa Pocky, sih?” menyeka sisa air mata, menggigit sebatang

Orange Pocky…Kau butuh itu, supaya kembali ceria”

“Eh?”

“Menurutku, Nocchi seperti Orange Pocky…,” oh, tidak –kata-kata pengundang sejuta persepsi, dan kenapa juga harus diucap sambil meletakkanya dibibir “…ceria dan enerjik”

“Be, benarkah?” menyembunyikan wajah sewarna tomat

“Tentu…”

“Ah, langitnya indah…” bukan mengada-ngada untuk mengalihkan pembicaraan. Memang indah. Sore hari, bersama dia –si pencuri hati bermata sendu menawan

Saa...,“ Inoo meletakkan sesuatu pada telinga kiri gadis disebelah, pasangannya sudah bertengger di telinga kanannya, earphone

E? Number 3 Opus 30[3]...?“ tebak Opi, mengenali melodi yang melantun di pendengarannya

Inoo hanya tersenyum

“Rach 3,“ ucap keduanya bersamaan

“Hahaha, aku bahkan belum bisa percaya diri untuk memainkannya. Aku iri pada Nocchi yang selalu bersemangat dan berusaha dengan keras“

“Aku yakin Inoo-kun bisa! Malah, saat ini aku ingin dengar Inoo-kun yang mainkan pianonya...” ucap si gadis menerawang, membayangkan pemuda berrambut legam itu duduk dihadapan tuts-tuts piano, bermain dengan piawai bagai Racmaninoff sesaat pinjamkan jemari.

“Tapi, kalau aku yang main, mana bisa begini...” tersenyum malu seraya genggaman tangannya merapat

Eh?! Sejak kapan jemari lentik itu ada disitu? Menyilang simetris dengan milik si gadis.

Karna ada kalanya jemari ini tinggal, untuk menggengam milikmu. Menyampaikan pesan dari hatiku melalui sela jari. Membuatmu merasakan kehangatan venus[4] diujungnya.

Opi bahkan tak menyadarinya. Biarlah, ia bisa menyandarkan kepalanya di bahu Inoo, menikmati nada yang mengalun –sedamai concerto hati mereka berdua.

[CHOCOLATE BANANA] Fun and Lighthearted

“Nuchan, mandinya sudah selesai, kan. Sekarang ayo tidur!” senyuman dari telinga ke telinga terkembang di wajah si pemuda manis.

“Tidurlah duluan, aku masih punya banyak yang harus dikerjakan,“ balas lawan bicaranya dingin sambil menggosok rambut basahnya dengan handuk.

“Tapi aku ingin sama Nuchan...,“ alis bertaut dan bibir mengerucut beberapa milimeter kedepan, perlu kata “kawaii” dan lusinan derivatnya untuk jadi deskripsi

“Jangan manja!” tanpa menatap, hanya mengeluarkan buku Geometri dari sarangnya. Kerja sambilan membuat Nu menelantarkan tugas-tugas sekolahnya, walaupun terkadang babysitting (-begitu menurutnya) Daiki yang berkontribusi lebih banyak.

“Tapi, Nuchan…,” menarik-narik kaus katun putih. PR Geometri menjerit-jerit minta diisi, si anak manis merengek minta ditemani –atau dininabobokan?

“Jangan ganggu…”

“Ayolah…aku ingin pillow talk, kemarin kan aku ketiduran sebelum Nuchan pulang…”

Serius –secara harfiah, pembicaraan yang melibatkan bantal, diatas single bed yang ditiduri paksa oleh berdua.

“Itu salahmu”

“Kalau begitu, aku akan bantu supaya lebih cepat selesai!” ucap Daiki ceria

“Tak perlu,” memberi Daiki izin untuk ‘membantu’ justru akan menghasilkan idiosinkrasi –tanpa perlu penjelasan lebih terperinci.

“Oke, aku akan tunggu…”

Beberapa menit berlalu. “Jangan sandaran di bahuku, berat!“

“Kalau di...“

“Tidak boleh! Jangan ganggu!“

Merengut

“Ini, makanlah Pocky dan tunggu dengan tenang diujung sana!“ Nu menarik kotak hijau dari tasnya

Greentea? Tapi aku suka tsubu tsubu ichi…,” gagal mengeluarkan isi hati karna diblokir tatapan mengintimidasi “O, oke. Nuchan makan juga, ya?”

“Aku tak suka makanan manis,” stoik

“Jadi, sengaja beli untukku?,” wajah anak Scottish Fold yang baru dapat mainan baru jelas kalah manis. Yang ini jauh lebih imut, lebih menggemaskan, minta dikec—ah, anggap saja penulis tak pernah menyebutkan yang terakhir itu.

“Tidak, aku hanya belanja biasa lalu ada kembalian”

“Begitu…,” Daiki mutlak butuh Kamus Penterjemah Bahasa Tsundere[5]. Lihat, bahkan diseluruh ruangan tak ada kantung belanjaan tapi ia tetap mengamini.

“Hmm, selamat makan…”

Hening. Suasana hanya diisi suara nyaris unaudible dari ujung bolpoin bergesek dengan kertas, biskuit yang digigit patah dan hmm…aroma greentea, mungkin perpaduan disebelah akan lebih adorable jika yang digigitnya adalah rasa strawberry, manis dan ceria –seperti anak itu.

Colek, “Apa Nuchan tak punya rasa Pocky favorit? Bitter misalnya…”

“Rasa monyet!”

“Ahahahaha, lucu sekali!,” tak salah dengar?

“Sudah kubilang, jangan ganggu aku…”

“Tapi cobalah dulu, satuuu saja“

“Tidak“

“Coba!“

“Tidak“

“Cobaaa“

“Tidak!“

“Cobaaaaa“

“Berisik,” si gadis berkulit pucat menggigit sebatang

BRUK! Tubuh si pemuda yang lebih besar memepetnya, hingga punggungnya mengecup dingin tembok kamar. Menggigit sebelah ujung Pocky? Jangan bercanda, itu terlalu klasik. Dalam kasus ini, bahkan si biskuit rasa teh hijau jatuh terlempar ke lantai.





[MILK] Caring and Charming

Biskuit renyah berlapis susu untuk temani waktu di sore hari. Sempurna, Py selalu suka itu. Tapi, ketika hampir setengah yang bersisa, semua tak lagi sama. Ini menyebalkan, Py baru saja menyelesaikan tiga lembar manga. Menatap kosong pada lembar putih yang nyaris polos.

Diam

Hey, Fude-pen[6]-nya menertawakanmu, tuh...

Diam

Screentone[7] yang tergolek tanpa daya mulai mengejek "Tempel saja aku diwajahmu, bisa jamuran kalau tiduran terus begini..."

Masih diam

"Aaaaaahhh!,"

Demi lusinan gradasi pada copic yang dibeli setelah merengek pada Mama, kemana perginya semua inspirasi yang mengalir deras saat dirinya berada diatap sekolah, dimana ia terus asyik dengan dunianya -kertas, pena, imaji, visual.

Ketika jemari lembut sang angin membelai rambut hitamnya dan playlist masih memutar irama yang sama, akan terdengar sapa dari seorang Hika—

Hikaru

Nah, itu dia! Bocah dengan cengiran ceria, manis –meski dengan gigi yang kurang presisi. Sang sumber inspirasi. Kalau boleh mengarang puisi, judulnya pasti “Cerah matahari pukul dua belas siang di senyummu”. Ah, lupakan.

Tapi Hikaru keterlaluan, beraninya pergi tanpa pesan, sok dramatis! Payah!

"Kimi..," bahkan si kotak bergambar sapi mengantar memori pada pemuda itu

'Jaman dahulu, hiduplah 3 batang Pocky kecil. Yang tertua bernama Megi, berikutnya Kimi dan Kairi[8]...,' mengangkat masing-masing sebatang Pocky coklat, susu dan jeruk -Tuan Yaotome, sang ahli cerita memainkan wayang bonekanya

Saat itu Py tertawa, ia tahu cerita itu. Bukan Kimi, tapi Kimmy. Bukan Kairi, tapi Kai Li -dasar Hikaru. Dan, biarlah...justru saat itulah Py ingin mendengar, sebuah cerita versi Hikaru dimana dari satu sisi terasa lebih istimewa—istimewa dihatinya tentu.

Yang Maha Memberi Inspirasi memang ada –Py yakin itu. Tapi salahkah bila mengharapkan si gingsul menemaninya?

Rrrrr… -ponsel bergetar

Moshi-moshi, Py desu…”

“Py-chan, ini aku, Hikaru. Aku menelepon dari rumah…”

Voila!

A, ano…Hikka, rumah…”

“Iya, aku di Sendai sekarang. Maaf ya, karena tak bilang dulu sebelum pergi…”

AnoUn, tak masalah,” jadi siapa yang beberapa waktu lalu mengatainya ‘payah’?

“Hey, sedang apa kau disana?” tanya Hikaru

‘Sedang memikirkanmu…,’ tentu saja hanya di dalam hati

Belum juga dijawab

“Biar aku tebak! Sedang memikirkanku, kan?“ Bingo! “Haha, ayo mengaku! Hikaru Yaotome memang pantas dirindukan!“

“Ng, aku sedang...ngemil Pocky, Milk Pocky...,“ tanpa disertai ‘sambil memikirkanmu‘

“Itu dia! Aku telepon karena aku juga dapat Pocky, lo! Lalu aku jadi ingat Py-chan...“

Terimakasih pada penemu telepon kabel, Hikaru tak bisa melihat ekspresi Py saat itu.

Sou ka? Pocky rasa apa?“

Grape Pocky[9], kucuri dari sepupu-ku. Selama di Sendai, aku belum sempat beli cemilan“

Waai~ aku bahkan belum pernah coba!“ ujar si gadis penuh minat

“Coba lah. Aku justru ingin Milk Pocky...“

“’Coba lah‘? Hahaha, jangan bercanda“

“Aku serius. Aku gigit, nih. Py-chan gigit ujung satunya, okay?“

Dalam imajinasi, Py bisa melihat Hikaru. Grape Pocky diujung bibirnya, tanpa kehilangan senyum jenaka. Hal baiknya, ia menunggu Py untuk menggigit satu ujung lainnya.

“Un...,“ tak lupa, dengan sebatang biskuit stik rasa susu terselip dibibir

Orang bilang, yang seperti itu namanya Pocky Game, dimana dua orang menggigit Pocky dari kedua ujungnya. Mendekat, dan semakin mendekat.

“...n,“ meski pelan, Py bisa mendengar bunyi geletuk gigi dan remuknya si biskuit. Hikaru benar melakukannya.

Memejamkan mata. Senti demi senti coklat berselimut putih dieliminasi, mungkin begitupula pada rekan berbaju ungunya yang berada jauh disana.

Pocky Game –dimana dua orang menggigit Pocky dari kedua ujungnya. Berhadapan. Meminimalisir jarak.

Tapi kenapa justru cairan hangat itu yang melelehi pipi? Bukannya pada teori –drama tv sampai seri animasi- sepuhan merah yang akan mewarnai?

Hai, Tuan Inspirasi. Biarkan aku wujudkan imaji tentangmu dalam bentuk name dan koma[10]. Agar bisa kurasa nuansamu tiap kali membuka lembaran-lembaran ini.

Hening menyesapi ruang, bagai yang bernama tarif telepon interlokal tak pernah ada.

Pocky Game –dimana dua orang menggigit Pocky dari kedua ujungnya. Menemukan kejutan ketika biskuit tak lagi tersisa

Harusnya Py mengecup bibir lembut Hikaru saat ini. Dengan rasa anggur yang masih tertinggal disana.

Doudai?”

“A, ah! Enak…,” terasa seperti anggur, bukan lagi Nagano, tapi Tohoku

Dan lagi-lagi, bersyukur. Hikaru tak bisa melihat wajah Py yang basah oleh air mata.



[GREEN TEA] Natural and Zen

Tentangmu –dan rasa

[Yabu’s POV]

Keterangan:

Times New Roman, untuk cerita normal

Verdana, untuk flashback, dari sudut pandang Yabu Kouta

Georgia, untuk sudut pandang Yabu Kouta –juga

Anata mo

Atashi mo...

Kau, dan aku...[11]

Pertama –

Ne, ini jarang sekali terjadi...kita dapat libur dua hari berturut-turut, bagaimana kalau kita pergi keluar Jumat sorenya, Miyuy-chan?“

“Ah, gomen ne...aku ada janji ke coffee shop dengan teman-teman...,“ jawab suara lembutmu diseberang sana

Daijoubu desu. Have fun,“ kubiarkan lembut tempat tidurku yang memeluk, membayangkan wajah bersalahmu tanpa kehilangan raut manisnya

Oke, kalau itu maumu. Aku akan menghabiskan Jumat malam sendiri, memeluk gitarku. Tak perlu sedih, manisku –aku suka ini, dimana imaji tentangmu menghasilkan berbait picisan, sementara kau disana, memasukkan kubik gula yang entah keberapa kedalam cangkir Caramel Machiatto-mu.

Kedua –

“Hanya ada aku, ehm-dan Taro...“

Tunggu, siapa itu Taro?

Ahahaha, Taro...PC milikku. Aku memang berharap kalau yang kunamai Taro itu seekor kucing, tapi karna Mama alergi binatang berbulu, jadi tak bisa pelihara...

Biarkan aku jadi American Short Hair[12]

Yabu-kun...“ wajah bersemu khas komik cantik

Kudaratkan bibirku perlahan. Kau nunduk.

Kenapa hidung harus bertemu harum chamomile, sedang heli dokter Aizawa selalu mulus mengecup landasannya?

Ketiga –

Sekarang akulah yang ada dihadapanmu, bersama secangkir kopi dan sang pasangan setia –tiramisu

Hah? Apple pie dan es krim?, aku nyaris tak percaya

Sayang, apa kau tak pernah mendengar yang namanya diabetes? –demi gigi gingsulnya Hikaru, sundae yang tengah kau sendok itupun sudah cukup membuatku enek hanya dengan menatapnya

Tapi ini enak, Yabu-kun...aku suka es krim...

Hmm, ijinkan aku mencoba es krim mu.

Sesendok boleh.

Dugaanku, kau pasti akan langsung mengiyakan.

Bukan yang ada digelas, manis –cukup yang menempel dibibirmu itu, tak baik makan belepotan begitu.

Demi image diri, kata-kata itu hanya boleh terucap dalam hati.

Keempat –

Menurutmu, apa yang terbaik dari Jepang?

Ah, cukup sulit...chara-chara anime yang unik itu keren. Orang-orang yang berani tampil aneh dan berbeda, gaya dan fashion yang kadang tak terduga. Tingkat budaya, orang-orang yang belanja secara upscale. Tapi dibalik itu semua, tak ketinggalan hal-hal spiritual seperti meditasi atau semacamnya. Yang paling keren adalah bagaimana semua sosietas itu berjalan bersama dengan baik…”

Bisa diulangi? Apa barusan aku meleng ke tv lalu sekilas melihat acara pemilihan ratu sejagad?

“Bagaimana dengan video game?”

“Itu juga keren…”

Kelima –

“Masih tentang Jepang…menurutku, dari seluruh distrik, Akihabara-lah yang paling awesome!”

“Hahaha, sudah aku kira! Kalau begitu, aku pilih Shibuya…”

“Karena…?”

“Sederhana, banyak anak sekolah jalan-jalan di Shibuya…”

“Hanya itu?”

“Ya, aku suka pergi hang out dengan teman-teman. Dan, apa Yabu-kun pernah dengar, stasiun Shibuya dilihat sekitar 700.000 orang perhari[13]?”

Oh. Baiklah, nona-tau-segala. Mulai besok aku akan menghabiskan lebih banyak waktu di perpustakaan, jika kau juga ada disana tentunya. Maka buku tak akan lagi jadi perhatianmu yang utama.

Keenam –

Inilah saat yang paling kusuka, waktu istirahat di atap sekolah.

“Kelihatan enak…”

“Silakan dicoba. Pagi tadi aku praktikkan resep bentou dari blog hiro-chio, link-nya selalu jadi yang teratas waktu dicari dengan search engine…,” katamu, bak pengunggah budiman yang tak pernah lupa mencantumkan substansi bernama ‘credit

“Ah, terimakasih. Aku selalu suka bentou buatan Miyuy-chan.”

Hontou…?”

“Kamu dan bentou-mu, dua hal terindah yang pernah lewat dalam hidupku[14]…”

Hening

“Aaah! Stop, stop...aku benci Yabu-kun yang ngegombal. Jadi, Yabu-kun suka aku cuma karena bentou? Jahat.

Tolong jangan protes. Aku sendiri benar tak mengerti kenapa kalimat yang sama sekali tak dikonsep itu meluncur mulus dari mulutku.

“Tentu saja bukan, aku suka Miyuy-chan karena punya hmm...inner peace

Inner peace?”

Akulah sang penikmat kedamaian –yang bahkan tak bisa ditemukan di Ueno dan justru asyik berjalan sembari mengumbar gelak tawa ditengah keramaian Shibuya.

Terakhir –

‘buka jendela kamar!‘ tak akan butuh waktu lama bagi sebuah pesan untuk sampai ke ponselmu

SREKK –benar, kan?

“Yabu-kun, ohayou~ !“

Selamat pagi, sunshine. Untuk sekedar info, pagiku baru saja dimulai, karena kau yang datang kesiangan.

Ohayou. Tangkap ini!“

“A, ah! Aku berhasil!,“ kulihat ekspresi yang girang dari bawah sini, kemudian berubah “...Greentea Pocky?“ jadi penuh tanya

Tepat. Itu buatmu, manis –untuk citra diri yang alami menenangkan[15].

“Untuk cemilan... Seharian di taman bermain, hmm?“ tawarku

“Okay, tunggu aku ganti baju!“

Dimanapun

Kapanpun[16]



-SELESAI-



Keterangan, Sumber, Referensi, Comotan –dan sejenisnya

[1] aktifitas di ameba, mungkin gak perlu point keterangan.

[2] line up dari MYg, Wrt? (-bukan, mas. Saya mah rakyat =w=’)

[3] Piano Concerto No. 3 Op. 30 oleh Sergei Rachmaninoff, biasa disebut “Rach 3”. Teknik memainkannya dikenal menantang. Lagunya enak :3

[4] dari Venus di Ujung Jari by Mohaku (circle VOCALO.id) vocal by Hatsune Miku, lagunya bagus X3

[5] tsun-tsun dere-dere, kayaknya gak perlu penjelasan.

[6] salah satu perangkat pembuatan manga secara manual, semacem bolpen kaligrafi, biasa dipakai untuk menghitamkan bagian tertentu.

[7] dipakai dengan cara ditempel dan dirapikan dengan cutter, untuk membuat efek atau pola tertentu yang ribet kalau digambar pake pen.

[8] “Pocky Story” dari MYg, Wrt? Soal Milk Pocky yang jadi Kimmy, itu karangan saya

[9] varian Pocky yang didistribusi secara regional. Saya gak nemu rasa Pocky khas Tohoku. Grape punya Nagano. Tak apa lah, deket –dipeta gak ada sejengkal.

[10] bagian dari manga.

[11] dari slogan komersial Pocky “Anata mo, atashi mo…Pocky” atau “You and me (want)…Pocky

[12] dari Japan Cat Ranking entah taun berapa di Ani-com. Peringkat kedua setelah Mix breed.

[13] dari factsanddetails.com/Japan

[14] dari Review War by NatureMature via fanfiction.net “Kamu dan reviewmu adalah dua hal terindah yang pernah lewat dalam hidup saya”. Ficnya keren sangat. Nona, Anda dan quote Anda, dua hal termoe yang pernah lewat dalam hidup saya. Ijinkan saya sesaat mencomotnya, disclaimer quote tersebut SEPENUHNYA milik Anda.

[15] dari meme “What Pocky Flavour are You?” di blogthing. Seriusan, poin pertama sampe terakhir Yabu’s POV itu dari kuisioner-kuisioner di meme itu. Wahahaha, harusnya disebutin diawal biar gak bingungin, tapi rasanya mengganggu XD

[16] dari sticker di bungkus Pocky yang didistribusi di Indonesia “Everywhere, Everytime!”. Gak semua varian ditempelin.


B/A, Bacotan Author –istilah keren untuk “Curhat Colongan”

“Jangan sebutkan merek, tidak etis…” (Seorang dosen Farmasetik kepada mahasiswanya sehabis presentasi tentang “Cara Pemakaian Obat”)

Tapi saya gak peduli XD

Sebelom ada yang tanya saya dibayar berapa sama Glyco, saya gak dibayar, samsek.

Ini ide lama yang baru terealisasi setelah ujian teori yang teramat menyita waktu dan atensi. Inget waktu saya kirim sms tentang rasa Pocky favorit ke Anda-anda? Itulah awal ide cerita ini XD

Bagian TakakiDin disadur dari cerita inspirasi “Biskuit” di kuliah Personal Development I. terlalu malas nulis disclaimer karna bingung cari kata kunci.

Berawal dari pikiran-pikiran iseng jadi PWP yang sama absurdnya. So, koreksi bahkan flame akan diterima dengan senang hati.

Berhubung besok udah bulan Ramadhan, saya menepati janji ke Bunda. No Yaoi, No Yuri, No M-rated. Ok, OOT

Berhubung besok udah bulan Ramadhan, saya mau minta maaf atas semua kesalahan, kegajean, kegalauan, kengaretan, kebrilianan, keeroan, kengestagan, dan sebagainya :3

Kamu dan review(dalam konteks ini disebut comment)mu adalah dua hal terindah yang pernah lewat dalam hidup saya.” (NatureMature – Review War)