Sabtu, 20 Agustus 2011

[DRABBLE] 21 Words

Title : 21 Words –DRABBLE-

Author : Nu Niimura

Pairing : Daiki Arioka (Hey! Say! JUMP)xOC

Genre/Rating : FAIL Romance-Comedy/PG-13

Warning : Unbeta-ed, karakter dibuat OOC demi kelangsungan cerita, semi-PWP, gaje-ness, abal-ness, etc.

Disclaimer : I don’t own Daiki. OC Saifu Suzuki belongs to Saya Fukuzawa.

Summary : Saifu Suzuki datang dari Kyoto untuk sekolah di Tokyo. Tinggal di flat milik sang kakak membuatnya bertemu Daiki, pemuda manis yang hobi numpang main, numpang makan, numpang tidur dan numpang yang lainnya.

B/A : Dedicated to Saya Fukuzawa. My first drabble. Hahaha, ternyata bikin drabble susah juga, tapi lebih susah bikin rabucon. Fail sangat. Fuu, maapkan saya karna fic nya jadi abal begini ya, mon cher XD #sogokpakepockytsubusubu

Song (lagu)

“La la la la la…la la la la la…,” Daiki bersenandung

We Can Make It!” tebak Saifu penuh kemenangan “Yatta!”

“Huh, aku beri tebakan yang terlalu mudah…Oke, sekarang giliranku,” berfikir sejenak “La la…la la la…”

Giliran Saifu yang berpikir “Ng…Would You Marry Me?”

I do,” bersama senyum 1000 watt

RPG –Role-Playing Game (Permainan Peran)

“Tapi Dai-niichan, aku kurang pintar main game…” ujar si gadis yang lebih muda

“Ah, tinggal ikut intruksi. Nah, sekarang buat avatar-mu”

“Hai, kalau ini aku lumayan mengerti...“ berpikir lama “Tapi aku bingung akan pakai username apa...“ Saifu bergumam lirih

Mengintip ke sebelah. Eh? Demi apa Daiki membuat avatar yang begitu moe. Gadis imut berrambut hitam dengan aksesoris pita merah muda di kepala. Dan, apa-apaan username itu, kawaiiprincess?! Apa mahasiswa di Tokyo memang punya selera yang sebegini unik?

“Sudah?” tanya Daiki

“A, ano…belum…ng”

“Sini, tukar joystick-nya…” kedua input device telah berpindah posisi tanpa disetujui

Social Network (Jejaring Sosial)

“Fu-chan, punya account Facebook?” Daiki menoleh sesaat, kemudian meneruskan ketikan di keyboard macbook barunya

“Ng, ada…” jawab Saifu dengan nada malu-malu yang kentara

Yosh, aku akan kirim friend request. Nanti accept request-ku, okay?”

Okay…” sedikit ragu

“Saifu Suzuki. Resultnya banyak sekali. Fu-chan punya banyak account, ya?”

“Bukan. Itu bukan aku…!” wajah mulai bersemu “Sebenarnya…aku sudah menduga kalau yang pakai username Saifu Suzuki itu banyak, jadi aku pakai nama lain yang lebih mudah dicari…”

Wakatta! Jadi, apa username-nya?” tanya Daiki antusias

“.fuuuchann..ChaiiankPenguinCellaluuwh:.,” wajah sewarna apel Fuji itu memang pantas disembunyikan –dan melarikan diri adalah cara yang paling efektif

“Fu..E? Matte. Kenapa pergi?”

Sekitar dua puluh menit kemudian.

“A, ah. Kenapa…” giliran si pemuda manis yang wajahnya diwarna gradasi serupa likopen “…kenapa…aku begitu…lambat?” rutuknya pada diri sendiri

Dialec (Logat)

“Hmm, apa Fu-chan tahu, aku ini hero, lho? Aku yang selalu membela Icchi waktu pertama kali datang ke Tokyo?“ ucap Daiki penuh bangga

“E? Memangnya dulu neechan sering di-bully?“ Saifu membelalakkan mata

“Bukan, bukan. Hanya kadang ditertawakan karena Kansai-ben’nya yang kental…”

Sou…” tak bisa berkomentar lebih lanjut, mengingat keadaan diri yang tak jauh berbeda

“Ternyata Fu-chan malah lebih parah. Ha ha ha...“ tawa puas seraya mengacak rambut si gadis yang lebih muda

Objek penderita jelas tak terima “Dasar orang Kantou tak berperasaan! Lihat saja nanti, kalau kalian studi tur ke Kyoto, aku akan ijime cara bicara kalian!”

Saa, coba katakan ‘Atashi wa kinou oishii na yudofu wo tabeta’...”

Atashi wa kinou oishii na yudofu wo tabeta

Daiki tak bisa menahan tawa gelinya. Ditambah menyaksikan ekspresi wajah Saifu yang sangat menghibur –tak ada yang lebih menyenangkan lagi.

“Dai-niichan, cukup!”

“Sekarang katakan ‘Daisuki’...”

Daisuki!

“Tak terdengar berbeda. Yang terpenting, aku senang mendengarnya...”

Towel (handuk)

“Ne, terimakasih. Aku sudah selesai pakai kamar mandinya...” ucap Daiki lega. Handuk putih bertengger setia, menggosok helaian coklat dikepala. Sementara yang satu terposisikan dengan strategis melingkar pinggannya.

Ano...Dai-niichan, kenapa...” ucapan terbata dipadu raut merona –tipikal drama dengan target penonton remaja

Tapi. Lupakan yang tadi –yang soal strategis. Buktinya, sang lembaran katun lebih senang terjun bebas ke lantai daripada melindungi tubuh bagian bawah si pemuda

“Kyaaaaaa…!” Saifu menjerit kontan menutup mukanya dengan kedua telapak tangan

“Maaf, maaf…Sekarang sudah beres,” ucap Daiki setelah menutup apa yang seharusnya ditutupi

“Be…nar?” mengintip ragu dari sela jari

“Iya. Hmm, apa tadi Fu-chan lihat?”

“Tidak. Aku tak lihat...!“

“Apa Fu-chan mau lihat?“

Dream (mimpi)

Sewaktu masih tinggal bersama di rumah orang tua, sejak kecil Saifu selalu menyelinap ke tempat tidur kakak perempuannya tiap kali mendapat mimpi buruk –sekedar mencari pelukan hangat penuh proteksi atau mendengar tentang domba yang jumlahnya tak pernah habis dikalkulasi.

Juga kali ini. Walaupun bukan rumah yang sama, tapi sang kakak ada. Setelah sekian tahun, akhirnya Saifu bisa melanjutkan kebiasaan lama. Sekarang, mereka kembali tinggal bersama. Disebuah flat kecil yang disewa sang kakak sejak melanjutkan kuliah di Tokyo.

Nee-chan...“ mendekati daun pintu yang sedikit terbuka

Tanpa kata-kata. Saifu hanya bisa membelalakkan mata. Bukan sang kakak yang dahulu biasa ditemukan terlelap dibalut selimut, bila tidak, pasti sedang membaca weekly Jump dan menyapanya ‚‘Nemurenai no desuka?‘, melainkan seorang yang membagi tempat tidur –dengan si pemuda manis berrambut coklat yang kini tengah memepetnya ke dinding dengan ah, Saifu bahkan tak bisa teruskan

“Ah!“ Saifu terbangun dari tidurnya “...Cuma mimpi. Ng, tapi...“

Apa itu yang melingkar di pinggangnya? Oh, hanya tangan yang berasal dari tubuh si pemuda yang baru saja dimimpikan. Terlelap disampingnya.

“Apa aku masih mimpi...?”

Gift (hadiah)

“Dai, apa-apaan outfit maling macam itu?” tanya Ichika berbisik

“Pssst, aku akan menyelinap ke kamar Fu-chan untuk cari tahu hadiah apa yang ia inginkan dari Santa. Kau sendiri yang bilang kalau Fu-chan sejak kecil menyimpan suratnya di laci kamar...”

“Hh, terserah lah...” balas Suzuki yang lebih tua

Beberapa menit kemudian.

“Aha! Ternyata mudah sekali...” Daiki tersenyum bangga

“Siapa itu?!” suara Saifu benar mengagetkannya –bukannya tadi tertidur pulas? Setidaknya begitu pikir Daiki

“A, aku...hadiah yang dikirim Santa untukmu...“ kalimat spontan tak pernah mengenal konsep

“Hmm, aku pasti mimpi...“ kembali merebah

Eco-friendly (Ramah Lingkungan)

“Aku cuma menebak, sih. Tapi semoga Fu-chan suka topping mapple. Topping strawberrynya pilihanku…”

“Eh?”

Saifu sama sekali tak pernah menyangka, akan menikmati Couple Yogurt –yang biasa dipesan oleh pasangan muda-mudi bersama Daiki.

Ano, Dai-niichan…”

“Ini tindakan ramah lingkungan. Makan satu cup yogurt berdua bisa mengurangi jumlah sampah,” terangnya penuh percaya diri.

Agak aneh, memang. Tapi yang pasti, Saifu menyukai apapun yang ramah lingkungan.

Word (kata)

“Tiga huruf untuk ‘bukan depan‘...“ meletakkan bolpoin di dagu, Saifu nampak berfikir

“U-R-A, belakang. Saat kupejamkan mata, kau selalu ada di belakang pelupuk ini.“

“Dai-niichan...! Aku kan sedang isi teka teki silang, bukan membuat kalimat...“

Salahkah bila ada yang mengira dia sedang merayu?

Doll (boneka)

Daiki sudah menghabiskan 225 yen untuk 3 kesempatan mengambil boneka di Doll Catching Machine yang gagal.

Daiki bilang, akan ambil untuk Saifu.

Saifu bilang, Daiki sebaiknya berhenti.

Setelah beberapa hari.

Saifu bilang, ada boneka baru di tempat tidurnya. Mirip dengan yang pernah dilihatnya, di permainan Doll Catching.

Ichika bilang, Daiki yang menitipkannya. Dan ia bilang, harganya 3600 yen.

Way (cara)

“Akan makan apa kita sekarang?” tanya Daiki

“Mmm...” berpikir lama “Dai-niichan saja yang putuskan...”

“Pilih angka dari satu 1 sampai 26!”

“21...!“

“-O, P, Q, R, S, T, U!“

Si gadis hanya menatap bingung, bahkan saat tangannya digandeng.

“Warung Udon, kami datang!“

Tersenyum- Daiki memang selalu punya cara.

Number (angka)

“Fu-chan...“ colek “…aku tahu apa yang lebih lucu dari 21”

“Apa itu?”

“22”

“Hi hi hi…”

Ichika tak pernah mengerti apa yang mereka tertawakan.

Idol (idola)

“Say! and JUMP. Mereka keren, kan? Sudah begitu populer di usia muda...” si gadis menatap halaman majalah dengan penuh minat

“Huh...” pemuda di hadapannya tak berkomentar

“Banggalah sedikit Dai-niichan. Membernya ada yang punya nama sama persis dengan Dai-niichan. Daiki Arioka”

“Apa Fu-chan suka Daiki Arioka?”

“Tentu. Aku suka Daiki Arioka. Selain imut, kepribadiannya menarik, suara dan performance-nya juga keren...”

“Duh, malunya kalau ditembak langsung begini...”

“E...?“

Flash back (kilas balik)

“Permisi...“ menekan bel di pintu flat berlabel nama ‘Suzuki Ichika‘. Tempat yang mulai hari ini akan jadi tempat tinggal Saifu selama menempuh pendidikan SMA-nya di Tokyo

“Icchi, sudah pulang, ya. Okaeri...“

Tapi yang membukakan bintu bukanlah yang diduga. Bukan kakak berrambut hitam sebahu, melainkan pemuda manis lengkap dengan apron pink-nya yang nampak sangat unyu.

Sumimasen! Mungkin aku salah tempat...“ membungkuk penuh penyesalan

“Kamu...adiknya Icchi, ya? Perkenalkan, Daiki Arioka desu. Aku temannya Icchi...“

Saat menjabat tangannya, membalas senyum manisnya, Saifu yakin bahwa kehidupan remajanya tak akan lagi berjalan sama.

Cellphone (Telepon Seluler)

Kata mitos –kalau menyimpan foto orang foto disukai di ponsel tanpa ketahuan, cintamu padanya akan terwujud.

Untuk beberapa alasan, Saifu coretdiam-diamcoret menyimpan foto Daiki di ponselnya.

“Fu-chan, aku pinjam ponselmu. Bosan, nih...“

A, ano...“ tentu saja sang empunya tak bisa melawan ketika barang elektronik itu pindah posisi

Menit demi menit, sungguh mimik wajah ekspresif itu mengundang sejuta persepsi dan prasangka dihati. Bahasa non-puitisnya, Saifu cemas.

“Terimakasih, ya. Ini aku kembalikan“

Tak ada komentar tentang foto rahasia –cek.

Tak ada bekas history yang dibuka pada browser –cek.

Tak ada perubahan pada wallpaper –cek.

Hal yang berubah hanya satu. Nama kontak Daiki Arioka berubah menjadi Daiki Arioka ♥.

Counting (Hitungan)

Hitsugi ga yonjuusan-biki...“ suara mengalun lembut “Fu, sudah tidur, ya...?“

Neechan!“

“Hah!“ sedikit terkaget

“Bagaimana kalau dombanya dirubah jadi penguin?“

Alih-alih membalas, sang kakak justru menenggelamkan wajah di bantal, bersama suara cekikikan yang terredam.

Eco-friendly II

“Dingiiiin…” mereka tengah berada didalam rumah, tapi si gadis bisa-bisanya menggigil “Ano..Dai-niichan, kenapa penghangat ruangannya dimatikan?”

“Kita harus ramah lingkungan. Kurangi penggunaan listrik sebisanya…”

“Tapi, Dai-niichan…”

“Begini saja. Jadi hangat, kan?”

Tak ada lagi kata, semua keluhan hanya bisa diam dihati, dihalau tembok hangat bernama dekapan –dari seorang Daiki.

Diet (Diet)

Program Diet Saifu Suzuki

Sarapan pagi. Makan dengan menu minim kalori, menolak susu hangat buatan sang kakak dengan alasan diet.

Makan siang. Merelakan nugget dan puding coklat yang biasa jadi favorit dengan alasan diet.

Pulang sekolah. Hanya bisa ngiler sambil berjalan menatap berbagai cake di etalase toko dengan alasan diet.

Santai sore. Daiki mengajak ber-Pocky Game, disambut –walau malu-malu tapi tak perlu alasan.

Flavour (Rasa)

“Mmm, lagi-lagi bawa chupa strawberry dan coklat. Kita kan sama-sama suka rasa strawberry…” Saifu agak cemberut

Ne, daijoubu. Aku jadi terbiasa makan yang rasa coklat…” Daiki membalas dengan tersenyum

Fate (Takdir)

“Dai-niichan mencoba kuliah ke luar negeri?!“

“Un, un. Sebelum aku gagal…”

Sou da na...“

“Ah, itu sih tak masalah...“

“….”

“Kalau aku pergi kesana, mungkin aku tak bisa bersama Fu-chan seperti saat ini…”

“Eh?”

Eco-friendly III

“Ng, sudah sore. Aku mau mandi…” si gadis berrambut ikal berdiri, hendak melangkahkan kaki

“Fu-chan, tunggu!”

Ne, doushite?”

“Menghemat air juga tindakan yang ramah lingkungan, ne.“

“Tapi Dai-niichan, aku butuh mandi...“

“Kita bisa mandi bersama untuk menghemat air...“

Wajah yang berubah warna bisa lebih berarti sebagai jawaban daripada kata-kata. Juga sandal rumah yang terbang dari arah lain, dengan mulus menggetak kepala si pemuda.


-End-


Comments are L.O.V.E :3

Flame diterima dengan lapang hati~