Senin, 14 September 2009

[FANFIC] Lucy -oneshoot-

nyahahahahaha
akir nya, saia muncul lagi di warung desperate housewives
mau post fanfic, ah XD
fanfic jyaniz seperti biasa XD

enjoy~



Title : Lucky –oneshoot-
Author : Nu Niimura
Genre : Fluff, a lil bit Shounen Ai *is Ramadhan now, yaoi is not allowed*
Pairing / Band : YabuxInoo / Hey! Say! JUMP
Fandom : Hey! Say JUMP, Johnny’s Entertainment
Rating : PG-13
Disclaimer : Kei Inoo and Kota Yabu belong to Johnny’s Entertainment. I don’t own them, but the ficcie is mine.
Warning : A lil bit Shounen Ai, pujian berlebihan terhadap makhluk sipit bernama Kei Inoo =____=
A/N : Another HSJ ficcie of mine. Tolong abaikan fakta kalo skolaan Yabu bukan di Horikoshi. Belakangan ini saia mikir kalo Inoo jadi semakin uke XD *lol*. Yang bilang Inoo gapantes maenan ama sport, angkat tangan ! *BGM: Sadie – CHILDREN OF DESPAIR*


Tahun ajaran baru. Bukan hanya berarti banyak siswa baru yang masuk ke sekolah untuk menggantikan siswa yang telah naik kelas, begitu juga dengan team basket SMA Horikoshi. Tahun ajaran baru di sekolah membuat mereka harus melakukan seleksi untuk anggota baru.

“Berikutnya”, seru Kota Yabu, kapten team basket SMA Horikoshi yang sudah sejak beberapa menit lalu menyaksikan perkenalan dari calon anggota baru team basket

“Inoo Kei desu. Aku akan bermain sebaik yang aku bisa. Mohon bimbingannya”
Yabu agak terheran melihat sosok ramah itu memperkenalkan diri dan sekarang membungkukkan badan di depannya

“Inoo-kun? Inoo-kun dari kelas 2A, kan?”, tanya Yabu dengan nada sedikit bingung
“Sou desu”, jawab Inoo dengan tak lupa menyertakan senyuman ramahnya

Yabu sama sekali tak menyangka, Inoo Kei akan mengajukan diri untuk bergabung kedalam tim basket sekolah, apalagi setelah ia duduk dibangku kelas 2, siswa kelas 2 yang mendaftar di tahun ajaran baru memang jarang terjadi di team nya.
Kei Inoo, tak ada satupun di Horikoshi yang tidak mengenalnya. Siswa teladan dari kelas 2A. Inoo yang jadi populer di sekolah bukan hanya karna wajahnya yang tampan, tapi juga karna otak nya yang cerdas. Lain hal nya dengan Yabu, kapten team basket sekolah dari kelas 2C yang tak kalah populer nya. Yabu memang cuek dan tidak memperhatikan Inoo, tapi tetap saja ia tahu beberapa hal tentang Inoo karna banyak siswi membicarakan Inoo. Yang Yabu tahu, Inoo pernah tergabung dalam klub musik sekolah dan mahir memainkan piano. Mau jujur ataupun tidak, permainan piano Inoo sempat memukau Yabu pada saat festival kebudayaan tahun lalu.

“Are, Inoo-kun, apa yang mendorongmu untuk bergabung dengan team basket?”
Dipikiran Yabu, Inoo adalah seorang kutu buku yang hanya biasa belajar atau bermain piano

“Aku ingin mencoba sesuatu yang baru diluar kebiasaanku. Apalagi melihat aksi Yabu-kun di kejuaraan Nasional tahun lalu, aku melihatnya sebagai hal yang hebat…”, jawab Inoo lancar
“O, oh…begitu”, mau diakui atau tidak, Yabu sedikit tersipu mendengar jawaban dari Inoo
Ya, tahun lalu team basket Horikoshi sempat menempati peringkat kedua di kejuaraan nasional. Kemampuan Yabu membuatnya langsung diterima sebagai anggota team inti sekalipun masih kelas 1 dan langsung dinobatkan sebagai kapten begitu naik ke kelas 2.

“Baiklah, Inoo-kun. Jangan berharap karna kau sudah kelas 2 dan juga siswa populer di Horikoshi, kami akan menerimamu dengan mudah. Tunjukkan permainanmu !”, seru Yabu seraya melempar bola basket kearah Inoo

Melihat Inoo bergerak lincah ditengah lapangan membuat Yabu terpukau. Selama ini Yabu yang selama ini melihat Inoo sebagai siswa yang hanya pintar dalam hal belajar, begitu terpukau melihat permainan basket Inoo. Drible nya memang sedikit kurang mantap, tapi tembakan-tembakannya dominan tepat. Baik rebound, slam dunk maupun three point.

~~~

“Ini”, Inoo menawarkan sebotol air mineral pada Yabu
“Terimakasih”, jawab Yabu menerima botol yang diberikan Inoo padanya

Sii__________________________________________ing
Selama beberapa menit kedua nya terdiam.

“Ng, Inoo-kun…bagaimana pendapatmu setelah beberapa minggu bergabung dengan team basket?”, akhirnya Yabu membuka pembicaraan diantara mereka
“Menyenangkan. Selama ini, aku hanya memandang kalian yang sedang latihan melalui jendela perpustakaan. Ternyata bermain dilapangan juga menyenangkan. Apalagi karna ada Yabu-kun. Yabu-kun kapten yang hebat…”, tanpa melihat kearah lawan bicaranya, Inoo yang sejak tadi duduk disamping Yabu terus bertutur lancar sembari tersenyum
Sesaat Yabu menolehkan kepalanya, menatap wajah Inoo yang tersenyum, begitu tenang dan ramah. Tanpa disadari, Yabu sudah tidak mendengarkan apa yang dikatakan Inoo

“Manis…”, ucap Yabu tanpa sadar

“Ng? Ada apa, Yabu-kun? Apanya yang manis?”, tanya Inoo, mengacaukan lamunan Yabu

“Eh! Ng, itu…minumannya manis. Pocary sweat rasanya manis”, Yabu sebisa mungkin mengeluarkan setiap kata yang terlintas dipikirannya
“Pocary sweat? Tapi kan kita hanya minum air mineral…”, Inoo terheran
“Ng, ya…aku tahu itu”, Yabu hanya bisa menundukkan kepalanya, memusatkan pandangan pada sepatu basket yang dipakainya. Semata hanya untuk menyembunyikan wajahnya yang mungkin sekarang sudah berubah merah karena malu

“Ha ha ha, Yabu-kun ada-ada saja”, Inoo tertawa, tanpa sadar Yabu berpikir Inoo akan terlihat lebih manis ketika tertawa seperti itu dan ia ingin melihatnya, namun menyadari bahwa mukanya sekarang memang sudah berubah merah, membuat Yabu terpaksa memilih untuk hanya melihat sepatu basketnya saja

“Sudah sore, aku mau pulang…”, ujar Yabu seraya bangkit dari duduknya dengan sebisa mungkin Inoo tak melihat wajahnya
“Yabu-kun, bisa kita pulang sama-sama?”, tanya Inoo
“Y, ya…cepat ganti bajumu”, jawab Yabu dan kemudian berjalan menuju ruang ganti team diikuti oleh Inoo

~~~

Yabu dan Inoo sudah ada di kereta. Tapi penuhnya kereta membuat mereka harus berdiri berdesakkan. Dan entah suatu kesialan atau keberuntungan untuk Yabu, ia harus berdiri tepat berhadapan dengan Inoo.
Sepanjang jalan, Yabu terus berusaha untuk melihat kearah lain selain Inoo, tapi tidak bisa karna kereta saat itu memang sedang penuh.
Beberapa kali, Yabu kembali mengamati wajah Inoo yang tampak sedikit lelah namun tetap terlihat manis.
“Huwaaa”, kereta mengerem, membuat penumpang yang berdiri sedikit terdorong, tak terkecuali Inoo, ia menabrak Yabu yang berdiri di depannya dengan sukses. Tinggi Inoo yang tidak terlampau jauh dari Yabu membuat mereka bertatapan dalam jarak yang sangat dekat
“Gomennasai…”, kata Inoo membetulkan posisi berdirinya
“Daijoubu dayou, memang sering terjadi”, Yabu sama sekali tak bisa melihat kearah Inoo

“Soshite, aku turun distasiun ini. Sampai jumpa, Yabu-kun…”, ujar Inoo bersiap mencari jalan keluar dari kereta
“Ya, sampai jumpa…”, balas Yabu sekenanya

“Ng, Inoo-kun…”, Yabu kembali memanggil Inoo ketika Inoo sudah sedikit menjauh darinya
“Ya?”, Inoo kembali menoleh

“Tidurlah yang cukup”

Dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah di pelipis matanya dan tentu saja dengan disertai senyuman khasnya, Inoo menjawab “Siap, kapten”
Wajah Yabu kembali memerah, ia sendiri tak tahu kenapa ia harus memanggil Inoo kembali dan mengucapkan kata-kata itu. Setidaknya, ia sekarang tak harus menyembunyikan wajahnya karna Inoo turun dari kereta.

Bahkan saat kereta kembali berjalan, Yabu masih terus termangu, tetap berdiri sekalipun bangku untuk duduk sudah lumayan kosong.

“Hah? Stasiun mana ini?”, Yabu tersadar ketika kereta kembali berhenti. Ternyata stasiun dimana ia harus turun sudah terlewat.

~~~

“Uughh…”, sejak beberapa jam lalu, Yabu berusaha keras menyelesaikan soal-soal matematika dihadapannya, tapi tak juga selesai karna konsentrasinya selalu terbelah pada Inoo yang sore tadi sukses membuatnya salah turun stasiun

Rrrrrrrr~
Ponsel Yabu bergetar. Sebuah panggilan masuk.

Inoo Kei calling…

Yabu sedikit tak percaya dengan apa yang ia baca di layar ponselnya

“Moshi moshi, Yabu desu”, jawab Yabu sebiasa mungkin
“Apa aku mengganggumu, Yabu-kun?”
“Ng, tidak…”, Yabu berbohong “Ada apa Inoo-kun?”
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang tak ada kerjaan, jadi ingin ngobrol dengan Yabu-kun…”
Yabu terdiam sesaat “Bagaimana dengan belajar? PR nya sudah selesai?”
“Sudah selesai sejak tadi, karna nya aku agak bosan…”
“Begitu ya…”

Keduanya terdiam selama beberapa menit

“Hi hi hi hi…”, Yabu bisa jelas mendengar suara Inoo yang terkikik diseberang sana

“Eh? Ada apa, Inoo-kun?”

“Tidak, tidak…tak ada apa-apa…”, jawab Inoo “Oh ya, besok hari valentine, bukan? Pasti Yabu-kun akan menghabiskan hari bersama pacar Yabu-kun, senangnya…”
“A, ah..aku tak punya pacar?”
“Uso~ Yabu-kun pasti bercanda…!”
“Uso jyanai yo”, jawab Yabu, beruntung ia tak harus menyembunyikan wajahnya yang malu-malu dari Inoo
“Tapi Yabu-kun pasti akan dapat banyak coklat, kan?”
“Pasti Inoo-kun juga…”

Obrolan telepon antara Yabu dan Inoo terus berjalan hingga malam semakin larut. Bahkan Yabu melupakan PR matematikanya.


~~~

Keesokan harinya, di sekolah

“Hh~”, Yabu menghembuskan nafas, menyandarkan punggung di pintu gudang peralatan olahraga yang dimasukinya

“Yabu-kun sering menghabiskan jam istirahat di gudang peralatan olahraga, ya?”, suara itu, suara yang sudah tak lagi asing
Dan tak lama kemudian, Yabu sudah bisa melihat sosok berwajah tenang itu tersenyum padanya, Inoo

“Inoo-kun?”, Yabu seakan tak percaya
Tujuannya bersembunyi diruang peralatan olahraga dari gadis-gadis yang histeris ingin memberinya coklat valentine malah membawanya berduaan dengan Inoo

“Mereka merepotkan”, ujar Yabu, duduk disamping Inoo yang sudah lebih dahulu duduk bersandar pada papan lompat
“Hi hi”, Inoo hanya terkikik “Tapi yabu-kun pasti sudah dapat banyak coklat di loker, kan?”
“Kamu juga, kan?”
“Tapi Yabu-kun pasti dapat lebih banyak…”
“Mana mungkin, kamu yang dapat lebih banyak…”
“Yabu-kun dapat lebih banyak”
“Bukan”
“Iya”
“Ha ha ha”, keduanya terbahak, menyadari konyolnya pembicaraan mereka

“Ng, Yabu-kun…aku punya ini, makanlah, Yabu-kun belum makan siang, kan?”, ujar Inoo mengeluarkan sebuah waffle coklat dari saku celananya

“E? Nani kore?”
“Anggap saja coklat valentine dariku untuk Yabu-kun…”
Wajah Yabu seketika kembali berubah memerah
“Ma, mana ada yang begitu, menerima coklat valentine dari sesama laki-laki!”
“Kalau begitu kita makan sama-sama…”, tanpa persetujuan Yabu, Inoo membelah dua waffle nya dan memberikan satu bagian pada Yabu

Walaupun dengan menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, akhirnya Yabu memakan waffle pemberian Inoo. Ia merasa aneh, padahal selama ini, coklat valentine yang ia dapatkan sama sekali tak pernah dicicipi.

“Harusnya, waktu mau bersembunyi, kita bwa kotak bekal, ya…”, Inoo berujar tiba-tiba

“Ng, Inoo-kun…dibibirmu ada coklat…”
“Eh?”
Yabu perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Inoo, dan dengan alasan itu, mendaratkan bibirnya dengan lembut di bibir Inoo.









“Ko-chan? Ko-chan?”
Yabu mendengar suara itu memanggil manggil namanya. Suara dari seorang yang biasa memanggilnya dengan sebutan itu

“Inoo-kun?! Maaf!!”, Yabu terbelalak, sangat kaget hingga dirinya terjatuh dari sofa tempat ia tidur
“Inoo-kun? Maaf?”, Inoo memiringkan kepalanya, bingung

“Eh? Kei-chan? Kita tidak sungguhan…ng…”
“Ah, aku tahu! Ko-chan, tadi kau tertidur lumayan lama, bahkan sempat mengigau dengan menyebut-nyebut ‘Inoo-kun’…”, Inoo menjelaskan
Dalam hatinya, Yabu berteriak. Namun, hanya bisa menyembunyikan wajah merahnya

“Ko-chan, kau memimpikan aku, ya?”, tanya Inoo dengan nada sedikit menggoda
“Tidak”, Yabu berbohong
“Bohong! Ayo ceritakan, ceritakan…”, Inoo menarik-narik lengan baju Yabu
“Tidak ada cerita…”, wajah Yabu menjadi semakin merah

“Ya sudah kalau begitu. Aku membangunkanmu karna fitting baju kita sudah hampir dimulai. Jadi, ayo…”, Inoo berdiri, mengulurkan sebelah tangannya pada Yabu yang masih terduduk di lantai. Tersenyum
Yabu selalu menyukai senyuman itu, seperti senyuman seorang Kei Inoo yang ramah dalam mimpinya. Selalu nampak manis dimata Yabu

“Andai saja Kei-chan perempuan…”, pikir Yabu “Tapi, dengan beginipun, aku bersyukur karna bisa memilikinya…
Sahabatku…”

“Apa ini?”, tanya Inoo sedikit heran ketika Yabu merangkul lehernya dari belakang
“Aku baru bangun dari tidur, kakiku masih agak lemah…”, jawab Yabu

“Banyak alasan…”, Inoo sedikit berkeluh, namun Yabu tahu, Inoo pasti tidak keberatan
“He he”


= OWARI =



comments are loooooooooooooveeeeeeeeeeee <3