Rabu, 02 Desember 2009

[Fanfic] Accidentally In Love (chapter 5)

Title : Accidentaly In Love
Chapter : Five
Author : Din Tegoshi & Nu Niimura
Genre : Romance
Rating : G
Pairing : Miyabu,HikkaPy,TakaDin,Inoopi,Dainu *XD* aneh bgdh…
Fandom : Johhny’s Entertainment, Desperate Housewives
Disclaimer : Py, Miyuy, Din, Opi and Nu belong to theirselves, Hey! Say! BEST and Jin belong to JE. I don’t own them...Comments are LOVE minna~

Accidentally In Love
~Chapter Five~

“Ng, Arioka…”

“Daiki saja”, timpa Daiki sebelum Nu menyelesaikan kata-katanya

“Arioka”, ucap Nu dengan nada datar “..aku ingin mandi sebentar, kau boleh disini kalau masih ingin menunggu hujan reda”

“Iya, aku akan menunggu Nuchan disini. Boleh aku melihat-lihat koleksi DVD milik Nuchan ?”, tanya Daiki sambil tersenyum

“Terserah”, hanya sesaat Nu mengarahkan tatapan dinginnya pada Daiki dan kemudian meninggalkan kamarnya



Di kamar mandi itu. Tempat Nu biasa merendam tubuh lelahnya dalam sebuah bathtub kecil.

Sendirian

Kamar mandi yang sama, bathtub yang sama, suara gemericik air yang sama, dengan pemandangan sebuah tirai yang sama dan aroma sabun mandi yang juga sama…beberapa hari lalu, Nu masih menghabiskan waktu berendamnya bersama Kyo.

“Hh…”, Nu menghembuskan nafas berat, meyibakkan rambut ke belakang telinga kirinya

Piercing-piercing itu, sama dengan yang Kyo miliki

Dan sekarang, Nu hanya bisa merasakan dingin material bathtub mengenai punggungnya. Tak ada tubuh hangat Kyo tempat ia biasa bersandar. Nu merasa dadanya sesak, menyadari sekarang dirinya benar-benar sendirian.



“Kyo-san, sedang apa kau sekarang…? Aku harap kau tidak tertidur saat berendam di kamar mandi…”, Nu bergumam lirih seraya tangannya meraih sebuah kotak bertuliskan Phillip Morris yang berada tak jauh dari bathtub bersama sebuah pemantik kecil

Nu mengeluarkan sebatang isi kotak itu, meletakkan salah satu ujungnya dibibirnya dan menyalakan pematik di ujung lainnya.

Menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskannya kembali. Aroma Phillip Morris, Nu sangat terbiasa, aroma itulah yang biasa dihirupnya ketika bersama dengan Kyo, kini berubah sangat menyesakkan.



“Uhuk, uhuk”, tak lama, perasaan tak enak itu menyerang Nu, kerongkongannya terasa sakit

“Kyo-san…”, Nu memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya. Rokok pertama yang dihisapnya, terasa sangat buruk.





Daiki menatap keluar jendela, hujan masih turun dengan sangat deras. “Nuchan lama…”, gumamnya ketika meletakkan kepalanya dibantal

“Tempat tidur Nuchan nyaman…”, Daiki merasakan semakin lama matanya semakin berat



Nu menemukan Daiki terlelap ditempat tidurnya. Sesaat tatapannya terpaku pada wajah tidur Daiki yang begitu inoccent dan kemudian membentangkan selimut untuk Daiki.



DVD bertuliskan “The Rose Trims Again” masih tergeletak di lantai, Nu kemudian mengambilnya dan memasukkan ke dalam player.





Langit diluar telah berubah gelap. Ketika Daiki membuka matanya, ia melihat Nu, duduk menatap layar tv. Ia sama sekali tak mengerti apa yang dilihat oleh Nu, tapi yang bisa ia pastikan, bahwa Nu sedang terisak.

Daiki beranjak dari tempat tidur Nu, dirasakan ia sudah diselimuti, karena bdannya tak terasa dingin lagi.

“Nuchan...”, panggil Daiki pelan, namun Nu tidak bergeming, hanya menatap layar tv. “Doushita no?”, tanya Daiki lagi, kini ia duduk disebelah Nu yang berlinang air mata.

Nu menggeleng, ia benci dilihat orang lain ketika ia sedang menangis, “Sudahlah Arioka-san...aku tak apa – apa....”, seketika Nu menghapus air matanya dengan sembarangan.

“Kau tidak baik – baik saja...”, jawab Daiki kesal karena Nu masih ingin terlihat kuat.

“Aku baik – baik saja...”, bantah Nu.

“Kalau begitu tersenyum...bukankah kau tidak apa – apa?”

Nu tak mengerti kenapa cowok yang kini duduk disebelahnya itu selalu saja ikut campur urusannya. Nu menoleh untuk memarahi Daiki, saat yang sama Daiki menatap Nu, jarak mereka terlalu dekat. Tanpa aba – aba, Daiki menyentuhkan bibirnya pada bibir Nu, mengecupnya pelan.

Mata Nu masih terbelalak, akan apa yang dilakukan Daiki. Tapi hal itu, dan juga kata-kata Daiki tentang membuatnya tersenyum, justru membuatnya semakin ingin menangis.

“A, ah..Nuchan tidak suka, ya? Ma, maafkan aku, tapi tolong berhenti menangis…”, ucap Daiki dengan nada sedikit panik.

Tak juga Nu berhenti menangis. Karna dalam pikirnya, alasannya untuk tersenyum hanyalah Kyo.

-----------------
“Terima kasih”, ujar Din singkat ketika menerima secangkir coklat panas dari tangan Yuya

“Tak mau bilang terima kasih juga tak masalah”, Yuya duduk di sofa yang berhadapan dengan Din, sesekali menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk

“Uh, terserah, deh…”, Din yang merasa sedang malas berdebat menyeruput coklat yang ada di tangannya, perlahan

“Ng, Dinchan…ternyata kamu cocok juga pakai bajuku”, Yuya melirik kearah Din dengan disertai senyum yang sedikit mengejek

Memang, karna bajunya yang basah, Din terpaksa harus mengganti bajunya. Dan dengan terpaksa, ia harus memakai baju milik Yuya yang memiliki ukuran tak jauh dengan ukurannya

“Diam, orang bodoh tak berhak berkomentar”, Din cemberut

“Heeeeh!”, dengan cepat Yuya beralih duduk kesebelah Din “Apanyaaa?! Aku tak mau dikatai bodoh sama orang bodoh yang bisanya cuma bilang orang lain ‘bodoh’, tapi tak pernah menyadari kalau sebenarnya dirinya sendiri yang bodoh…!”, Yuya dengan gemas menggoyang handuk di kepala Din, cukup keras hingga membuat Din berontak

“Yuya bodoooooooooh! Coklatnya tumpah!!”

Kontan, Yuya merubah posisinya sedikit menjauh

“Lihat. Jadi ketahuan, kan…yang sebenarnya bodoh itu siapa?!”, Dinchan menatap Yuya dengan membelalakkan matanya, sambil menunjuk kaos putih milik Yuya yang dipakainya namun sekarang dengan keadaan berlumur noda coklat

“Ah, ma…”, ucap Yuya tercekat “Sudah, sudah, cepat bersihkan dirimu, karna mungkin akan jadi lengket…”

“Ugh…!”, ujar Din agak kesal dan melempar handuk yang barusn dipakainya tepat ke wajah Yuya kemudian meninggalkan Yuya menuju kamar mandi

“Ugh juga”, Yuya hanya terdiam, tak bisa membalas

Din berjalan menuju kamar mandi keluarga Takaki, melalui beberapa ruangan yang salah satu diantaranya adalah kamar Jin.

Perasaan Din berbunga, melihat pintu kamar Jin sedikit terbuka, menandakan Jin sedang ada di dalam.

Senyum simpul terkembang di wajah Din, melihat punggung Jin terlihat dari luar walaupun hanya samar.

“Jin, tolong dengarkan aku! Bagaimana kau bisa tahu kalau aku sungguh-sungguh, sedangkan kau sama sekali tak mau memberiku kesempatan untuk menjelaskan!”
mata Din terbelalak, melihat seorang gadis seusia Jin beradu mulut dengan laki-laki yang disukainya itu

“Sudahlah, Naomi..aku hanya…”, Jin nampak enggan melanjutkan kata-katanya

Gadis yang disebut Naomi itu mendekat, begitu dekat dengan Jin “Gomen ne…”, seraya Naomi memberikan sebuah kecupan lembut di bibir Jin

“..aku hanya cemburu…”, dan Jin membalas ciuman Naomi, kemudian menarik gadis itu berbaring di tempat tidurnya

Din tak bisa menahan air matanya, namun hanya bisa menangis tanpa suara.

“Benar, jadi ketahuan yang bodoh itu siapa…”, dengan suara yang sepelan mungkin, Yuya perlahan menutup pintu kamar Jin dari belakang Din yang masih berdiri terpaku

Air mata Din terus mengalir, sama sekali tak bisa berbalik ke belakang

“Tak masalah, kok...kalau aku meminjamkan bahuku sebentar”

“Yuya bodoh, bahumu terlalu tinggi…”, Din berbalik, membenamkan wajahnya di dada Yuya, terisak

Perlahan, tangan Yuya mendekap tubuh Din yang tampak rapuh itu, seraya berbisik, “Sebodoh apapun aku, aku tak akan membuatmu menangis seperti ini…”, Yuya berucap lirih, bahkan mungkin Din tak akan bisa mendengarnya.

-----------------------
Miyuy sibuk dengan ponselnya seharian ini. Py hanya memperhatikannya dengan sedikit bingung.


“Miyuy..kau baik – baik saja?”, tanya Py ketika melihat Miyuy tersenyum sendirian.

Miyuy terhenyak, tak sangka Py memerhatikannya, “Ah...aku baik – baik saja..hehehe..”, serunya salting karena ketahuan Py.

“Tadi aku bertanya, kau mau ikut ke kantin tidak?”, tanya Py lagi.

“Gomen..aku tak mendengarnya...”, Miyuy tersenyum, “Kau duluan aja..ne? nanti aku nyusul..”, jawab Miyuy.

Py melangkah sendirian membawa buku sketsanya seperti biasa. Ia benci sendirian. Tapi Din tampak sedang bad mood, dan segera menghilang ke Perpus. Opi dan Nu jarang ke kantin, dan menuju taman ketika istirahat. Ia tak suka perasaan sendirian seperti ini.

“Py py!!!”, teriak seseorang dari belakang.

Py berbalik dan mendapati seorang Hikaru menyapanya dengan senyum lebarnya, gigi gingsulnya tampak pula.

“Hikaru-kun?”, seru Py kaget.

“Mau kemana nona semanis kau berjalan sendirian?”, godanya pada Py.

Wajah Py kontan memerah, “Kantin...”, jawab Py sedikit berbisik.

“Kau sendirian? Mana teman – temanmu?”, tanya Hikaru melihat sekeliling Py.

Py menggeleng, “Mereka sedang sibuk...Hikaru juga sendirian..ne?”

Hikaru tersenyum, “Mereka juga sedang sibuk. Sepertinya kita senasib...jadi..tuan putri...mau ke kantin bersamaku?”, tanya Hikaru ceria.

Py merasakan pipinya makin terbakar karena kata – kata Hikaru. Mereka pun ke kantin sekolah bersama. Hikaru memang teman yang menyenangkan. Py sendiri merasakan ia selalu senang jika berada dekat dengan Hikaru. Py tak cukup berpengalaman dengan cowok manapun. Sifat pemalunya membuat ia susah untuk bergaul dengan cowok. Tapi apakah Hikaru suka padanya? Kenapa Hikaru begitu manis padanya? Untuk berharap pun Py tidak berani.

--------------

Inoo melangkah gamang. Bingung karena dirinya sudah setahun tidak menginjak ke SMA. Rasanya asing walaupun seharusnya ia juga berada disini. Sayangnya ia sudah lulus tahun kemarin.

Sebuah bungkusan ada di tangannya. Sebuah sepatu basket, milik Opi. Inoo memang seharusnya tidak memberi les hari ini. Tapi karena ada urusan, Inoo ke rumah keluarga Opi, ternyata sepatu basket milik Opi tertinggal, dan ibunya meminta Inoo ke SMA untuk sekedar memberikan sepatu itu. Kebetulan apartemennya satu jalur dengan SMA tempat Opi sekolah.

Sekolah sudah lengang, tentu saja karena jam pulang sekolah sudah lewat. Inoo diberi nomer telepon Opi, ia mendialnya, tak lama telepon itu diangkat.

“Moshi – moshi?”, angkat Opi.

“Moshi – moshi..Opi-chan? Inoo desu...”, jelas Inoo.

“Eh?? Inoo?? Ada apa?”

“Kau dimana? Aku membawakan sepatu basketmu..tadi kau meminta Yuuri yang kesini kan? Kebetulan apartemenku searah dengan SMA mu..maka aku yang membawakannya.”, jelas Inoo panjang lebar.

Opi masih shock mendengar suara Inoo di ponselnya, segera tersadar ketika Nu menyenggol tangannya.

“Ah!! Sokka...kau tunggu di gym saja..aku segera kesana.”, Opi segera menutup teleponnya.

“Siapa?”, tanya Nu.

“Inoo Kei...aku harus ke gym!!”, seru Opi mengambil tasnya.

Nu hanya mengangkat bahu dan meninggalkan kelas.

Sementara itu Inoo sedikit kesulitan menemukan dimana Gym berada. Ia berjalan menyusuri koridor, pendengarannya menangkap melodi – melodi yang dirasanya sangat familiar. Inoo terus berjalan ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari ruang kesenian.

Melodi itu, permainan piano seorang siswi.

Tenang dan anggun.

Ketika melihat sosok itu dari belakang, Inoo segera dapat mengenali, lagu kesukaannya sejak ia bisa memainkan piano, dan juga pemain dari lagu itu.

Inoo terdiam sebentar, berusaha tak terlihat terlalu kaget, “Aya-chan?”, panggil Inoo lirih.

Gadis yang dipanggil Aya-chan itu tampaknya sadar bahwa ia sekarang tidak sendirian di ruangan itu, berbalik untuk melihat siapa yang datang.

“Eh?!! Kei-chaaaann?”, serunya takjub.


“Jadi...kenapa kau kesini? Mencariku? Hihihi..”, kikik Ayame ketika akhirnya Ayame mengantar Kei ke gym.

Inoo tertunduk, “Tidak..aku hanya mengantarkan sepatu basket ini...Aya-chan..genki da ne?”

Ayame mengangguk, “Un!! Genki desu!! Kei-chan wa? Suasana tempat les tidak semenyenangkan saat Kei-chan disana..”, jelas Ayame sambil cemberut.

Inoo menatap Ayame. Itu masih Ayame yang dulu, Ayame yang ia kenal. Ayame adalah teman les pianonya, tepatnya mereka seharusnya seangkatan. Namun seperti diketahui, Inoo mengikuti akselerasi. Inoo dan Ayame dulu selalu bersama. Ayame yang manja selalu dilindungi oleh Inoo.

“Aya-chan...masih les piano?”, tanya Inoo lagi.

Ayame beranjak dan mengambil sebuah bola basket, “Masih...kita akan adakan konser...Kei-chan ikut saja..aku selalu tak sinkron dengan pemain lain...partnerku yang terbaik hanya Kei-chan...”, kata Ayame lalu melemparkan bola basket itu, tapi ia bukan pro sehingga sama sekali tak menyentuh ringnya, “Itaai~”, keluh Ayame tiba - tiba.

Inoo secara refleks melemparkan bungkusan sepatu basket Opi dan berlari menuju Ayame.
“Daijoubu?”, tanya Inoo meraih tangan Ayame.

Ayame menggeleng, “Hanya sedikit terlipat tadi..hehehe, Kei-chan terlalu mengkhawatirkan aku..”, katanya lalu tersenyum.

Inoo mengacak pelan rambut Ayame, “Baka!! Tanganmu itu lebih berharga dari bola basket manapun..mengerti?!”

Ayame mengagguk, “Mengerti..aku mengerti Kei-chan...”

Inoo tersenyum, kembali memeriksa tangan Ayame.

Dada Opi terasa sesak. Oke...dia datang disaat yang tidak tepat. Opi tak akan se shock ini jika ia tak melihat senyum Inoo. Senyumnya berbeda dari biasanya. Dengan sekali lihat pun ia tahu, Ayame adalah orang yang berharga untuk Inoo. Mereka terlihat terlalu sempurna berdampingan. Tidak ada yang tidak kenal Sakurazawa Ayame. Cewek yang sekarang menjabat sekertaris OSIS itu dikenal sebagai pianis handal, dia juga kaya, cantik dan anggun.

‘Aya-chan? Kei-chan?’ mereka sudah dekat, itu pasti. Pandangan Inoo yang melindunginya, senyum hangatnya...bukan untuk dirinya. Dadanya seakan ingin meledak, untuk pertama kali ia merasa tak punya kekuatan apapun. Entah kenapa buatnya menangis itu ada dalam kamus seorang Opi.

“Sial!!”, bentaknya pelan pada dirinya sendiri, “Dia bukan siapa – siapaku!! Tapi kenapa rasanya tak rela melihatnya dengan orang lain..”, air matanya kembali mengalir.

--------------

From: Yabu-kun
Subject: Morning
Ohayou~ apakah aku mengganggumu terlalu pagi?
*laugh* hope you’ll ok...^^

To: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Ohayou~
Aku sudah bangun dari tadi Yabu-kun...
dan aku baik – baik saja...*smile*
ketemu di sekolah..ne?

From: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Yup..ketemu di sekolah...
Cuaca hari ini cerah sekali..
(image 12)
--kireii na sora—

To: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Gambar langit yang indah sekali..
Kau mengambilnya dari jendela kamarmu?
(image 13)
---sora from my window---

From: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Aku mengambilnya dari jendela kamarku..
*smile* aku akan membalasmu nanti...
Sepertinya ibuku sudah mulai cerewet,,
Ne?

Miyuy menutup slide Ponselnya. Tersenyum sendiri pada layar Ponselnya yang menunjukkan langit sore hari dari jendela kelas Yabu, foto itu Yabu kirimkan kemarin sore. Miyuy dan Yabu sudah sering saling mengirimkan mail sejak mereka terjebak di sekolah tempo hari. Sejak saat itu hubungan mereka semakin dekat. Setidaknya itulah yang Miyuy rasakan.

Miyuy memantapkan langkahnya. Hari ini ia membawakan bekal untuk Yabu. Ini surprise, ia sendiri hanya ingin memperlihatkan hasil masakannya pada Yabu. Tapi Miyuy tak ingin pergi sendiri, ia melirik ke semua temannya yang sedang tidak bersemangat.

Din hanya tertunduk, menatap layar ponselnya dengan sedih. Nu sedikit terlihat bingung sejak kemarin. Bahkan seorang Opi matanya terlihat bengkak, apa ia menangis? Seorang Opi??!!

Miyuy menatap Py yang tampak sibuk dengan sketsanya.

“Py...maukah kau mengantarku?”, tanya Miyuy takut mengganggu Py yang sedang menggambar.

Py menatap Miyuy dan mengangguk, “Baiklah...”

“Mereka kenapa ya?”, tanya Miyuy pada Py.

Py menggeleng, “Aku tak tahu, kenapa mereka terlihat seperti habis menangis ya? Bahkan Opi juga begitu...”

Tak terasa mereka sudah ada di depan kelas Yabu. Py bingung kenapa mereka kesana.

“Miyuy...apa yang akan kita lakukan?”, tanya Py bingung.

Miyuy menunjukkan sebuah bungkusan bento yang cantik. “Aku mau memberikan ini..”, kata Miyuy tersipu.

“Untuk Kota-kun?”, tanya Py.

Miyuy mengagguk

“Wah....Miyuy ternyata sudah dekat dengan Kota-kun ya?”

“Begitulah..”, jawab Miyuy tersipu lagi.

Miyuy membuka slide Ponselnya.

To: Yabu-kun
Subject:
Yabu-kun..aku diluar kelasmu...
Bisakah keluar sebentar...
^^

Yabu kaget menerima pesan dari Miyuy. Apa yang Miyuy lakukan di luar kelasnya?

“Anou...Miyuy...Aku pergi ke toilet sebentar ya?”, pamit Py tiba – tiba.

Miyuy hanya mengagguk karena saat itu Yabu keluar dari kelasnya.

“Miyuy..doushita no?”, tanya Yabu bingung.

Miyuy menyerahkan kotak bento nya, “Ini...untuk Yabu-kun...”, ujarnya malu – malu.

Yabu tersenyum. Mengambil bungkusan di tangan Miyuy. “Arigatou na...Miyuy-chan...”, katanya lalu tersenyum.


Py baru saja keluar dari kamar mandi, ketika mendapati seorang Hikaru sedang di koridor.

Jantungnya seketika itu seakan berdetak lebih cepat.

“Betulkah nona manis? Hahahaha..”, tawa Hikaru begitu keras sehingga Py bisa mendengarnya.

Nona manis? Hmmm...Py memberanikan diri untuk mengintip sedikit apa yang terjadi. Hikaru memang populer diantara gadis – gadis, tapi Py tak menyangka Hikaru memang baik pada semua gadis. Lalu kenapa ia merasa special kemarin? Dia hanya berangan tentang Hikaru baik padanya, Hikaru menyukainya itu hanya ada dalam pikirannya.

Py seketika itu berlari ke atap sekolah, menangis tanpa suara, kecewa terhadap dirinya sendiri. Ia hanya terlalu banyak berkhayal, ia harusnya tidak berfikiran bahwa seorang Hikaru bisa menyukainya.

Terisak

Hatinya sakit tanpa ia sadari, ia benar – benar menyukai Hikaru.

Miyuy mengejar Py yang tadi berlari ke atap.

“Py...daijoubu?”

Py hanya terus terisak.

“Hahahaha....”, terdengar tawa dari beberapa orang.

Miyuy merapatkan diri dengan Py dibalik sebuah tembok, berharap tidak dilihat.

“Sudahlah Yabu..tak perlu menutupinya lagi...kau punya pacar kan?”, tanya seseorang.

Miyuy mendongak, dan menemukan Yabu, Hikaru, Taiyou dan Shoon disana.

“Benarkah?”, tanya Hikaru yang sejak tadi tidak ada di kelas.

“Iya benar..bahkan ia diberi bento...kau pacaran dengan Miyuy itu kan? Dia anak kelas B kan?”, kata Shoon tertawa.

“Chigau yo!!!”, bantah Yabu, “Aku tidak ada hubungan apa – apa dengan gadis itu!!”, katanya tersipu.

“Tapi kau suka padanya kan?”, tuduh Taiyou dengan sedikit memaksa.

“Chigau!! Aku tak menyukainya...”, bantah Yabu lagi.

Kini giliran Miyuy yang menangis. Entah apa yang Yabu pikirkan? Jadi ia hanya bermain – main dengan semua mail yang sudah dia kirimkan? Atau bagaimana? Miyuy bingung, dan memeluk Py yang juga masih terisak.

Siang itu begitu menyakitkan bagi mereka berdua.

TBC~

N.B: Saia dan anak saia kembaliiiiiiii~ wakakakak...gomen telat banget....qta berdua mengalami ke ngestagan *bahasa apa ini* tingkat tinggi...jadi males nulis...
ini sekalian ultah hika deh...
hika..otanjoobi omedetou~
hahahahaha...
^^
silahkan dibaca..semoga chap selanjutnya lancar, cuma berjarak seminggu ato 2 minggu...

~dinchan to nuchan ryori~