Minggu, 23 Januari 2011

[Fanfic] Little Secret (chap 2)

Title : Little Secret

Chapter : 2

Author : Opi Yamashita

Genre : Romance mungkin #plakk

Rating : PG

Cast : Kei Inoo (HSJ), Sho Sakurai (Arashi), Yamashita Tomohisa (NewS), Daiki Arioka (HSJ), Opi Yamashita (OC), dan selentingan orang numpang lewat

Disc : Kei Inoo, Sho Sakurai dan Yamashita Tomohisa itu kepunyaan Okaa-san dan Otou-san serta JE. Opi Yamashita itu OC saia.

Seperti biasa, gomen klo jelek...ini adalah bentuk kecemasan saia karena bntr lg UAS ahahahhaa...

klo jelek, tidak bosan saya bilang lempar ajah c Inoo....

Douzo~......#nyungsep lagi ke lemari

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 20 menit yang lalu, tapi Opi masih belum berniat untuk pulang. Ia ingin sebelum pulang, ia bisa bertemu dengan Sho-sensei. Alhasil sekarang Opi berlari mengitari seluruh penjuru sekolah untuk menemukan pacarnya itu. Hanya saja setiap ia menemukan tempat biasanya Sho-sensei berada, saat itu juga dia kecewa karena sosok yang dia cari tidak dia temukan.

“Mungkin di lapangan,” pikir Opi lalu berlari kembali.

Ternyata benar. Sho-sensei ada di lapangan sambil merapikan bola-bola di sebuah keranjang besar untuk dimasukkan ke dalam gudang peralatan.

“Sensei!” panggil Opi sambil menghampiri Sho-sensei.

Sho menoleh dan mendapati Opi yang sedang mengambil peralatan olah raga lain untuk dimasukkan ke dalam gudang.”Opi?”

“Aku bantu,ne?” tawar Opi.

Sho mengangguk senang karena dia merasa badannya sudah remuk.

“Arigatou..” ucap Sho setelah pekerjaan mereka selesai.

“Doitashimashite..” balas Opi.”Tadi aku mencari sensei di dalam gedung sekolah, tidak tahunya ada di sini,” lanjut Opi.

“Hounto ni? Kenapa tidak menelepon saja?” tanya Sho.

Opi mengipas-ngipas tubuhnya yang kepanasan karena berkeringat sambil berkata,”kalau keitai-mu aktif mungkin aku sudah melakukannya.”

Sho mengecek keitainya. “Gomen, sepertinya lowbat.”

“Daijoubu. Aku mencarimu hanya ingin bertemu saja,” jelas Opi.

Sho mengerutkan keningnya.Untuk pertama kalinya Sho mendengar Opi bilang seperti itu. Tiba-tiba senyumnya mengembang lalu meraih kepala Miki dan menyandarkan di bahunya.

“Aku juga ingin bertemu,” kata Sho sambil memainkan rambut Opi.”Rasanya sudah lama sekali.”

“Sensei berlebihan. Baru saja kemarin kita bertemu,” ralat Opi.

Sho tertawa mendengar jawaban Opi.”Tapi kita kan sudah lama tidak seperti ini.”

Opi mengangguk membenarkan.”Aku kan sibuk latihan. Lagian kita kan tidak mau sekolah tahu kalau kita pa.......”

Tiba-tiba tangan kiri Sho menutup mulut Opi dengan gesit.“Baka,,kalau orang dengar bagaimana?” tegur Sho pelan.

Opi melepaskan tangan Sho dari mulutnya.”Bukankah Sensei yang seperti ini justru lebih mudah ketahuan?” Opi menggerutu.”Baka~,” tambahnya.

Opi membalikkan badannya ke arah yang berlawanan dengan Sho. Sho menyesali perbuatannya. Mungkin ia yang terlalu berlebihan. Selama ini rahasia mereka berhasil disimpan dengan baik tanpa diketahui oleh teman-teman Opi, apalagi oleh sekolah. Tapi ia sudah terlanjur membuat Opi kesal di saat mereka dapat meluangkan waktu untuk bersama.

“Opi..” panggil Sho pelan.

Opi tidak menjawab panggilan Sho. Jauh di lubuk hatinya, Opi merutuki sikapnya yang selalu bertengkar dengan Sho. Padahal mereka sudah lama tidak bersama seperti ini.

“besok ada waktu?” tanya Sho mencoba berbicara pada Opi sekali lagi.

Opi mengangguk tanda ‘iya’ tanpa membalikkan tubuhnya.

“Kalau begitu bagaimana kalau besok kita kencan?” ajak Sho yang ternyata berhasil membuat Opi berbalik menatapnya.

Mata Opi terbelalak tidak percaya.”Hontou ni?”

“Besok aku jemput, ne?” ujar Sho sambil menyentuh kepala Opi lembut.

Opi mengangguk senang tanda ‘setuju’.

Sepanjang perjalanan pulang, Opi hanya menari-nari aneh dengan senyum mengembang di bibirnya. Opi terlalu senang saat Sho mengajaknya kencan. Pacarku mengajak kencan, batin Opi senang.

Hingga Opi tiba di rumah pun, senyum dan kegembiraannya masih memenuhi hati Opi. Kelakuan aneh adiknya, membuat Tomohisa merasa cemas.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Tomohisa cemas.

“Siapa? Aku?” Opi menunjuk dirinya sendiri.”Onii-chan, aku tidak pernah sebaik ini ahahaha...”jawab Opi senang.

Tomohisa mengelus dadanya pelan. Ia bersyukur adiknya tidak sakit.”Apa ada yang membuatmu senang hari ini?” tanya Tomohisa lagi.

“Un~” Opi mengangguk cepat.

“Apa yang mebuatmu sesenang itu?”

“Besok aku akan ken----“ Opi tiba-tiba menghentikan omongannya.

Opi membatin,”Gawat, kalau Onii-chan tahu aku akan kencan, dia pasti akan bertanya macam-macam. Apalagi kalau Onii-chan tahu aku berpacaran dengan guru, matilah aku. Lebih gawat kalau Papa tahu. Papa tidak akan mengijinkan. Tapi aku tidak enak kalau tidak berbicara dengan Onii-chan. Tapi kalau aku bilang....”

Perang batin terus bergerumuh di dalam diri Opi. Sampai ia tidak sadar kalau ia sudah membuat kakaknya menunggu.

“Opi? Kok diam?” tanya Tomohisa membuyarkan perang batin Opi.

Opi bingung harus menjawab apa. Apa dia harus jujur saja?

”Ano..itu...sebenarnya...”

“Opi, besok kita jadi pergi kan?” tanya seseorang sambil menepuk bahu Opi.

Suara itu. Kei Inoo.

Tomohisa sedikit terkejut mendengar adiknya akan pergi dengan Kei. Bukankah Opi tidak suka dengan Kei?

“Gomen, Tomo Onii-san. Aku lupa bilang kalau aku meminta Opi untuk menemaniku pergi besok. Apa boleh?” tanya Kei meminta izin. Orang yang bersangkutan hanya diam tidak mengerti karena menurut kamus Opi tidak ada namanya pergi dengan Kei Inoo.

“Benarkah, Opi?” Tomohisa berbalik bertanya pada Opi.

Kei Inoo lalu menyikut pelan pinggang Opi seolah ingin berkata “ikuti saja kata-kataku.”

“I..iya. Besok aku mau mengantar Kei pergi. Boleh kan, Onii-chan?” tanya Opi akhirnya.

Sesaat Tomohisa berpikir sesuatu.”Boleh. asal kalian tidak pulang terlambat,” lanjutnya.

Setelah bilang ‘arigatou’, Kei lalu pergi ke atas menuju ke kamarnya. Opi yang merasa butuh penjelasan langsung menyusul Kei.

“Apa maksudnya tadi?” tanya Opi ketus.

“Yang mana?” Kei balik bertanya.

“Kamu bilang aku akan pergi denganmu besok. Kapan aku bilang seperti itu?” tanya Opi kesal.

“Jadi kamu lebih baik bilang kalau kamu akan pergi kencan dengan guru cinta-mu itu pada Tomo-Oniisan?”

Opi kaget karena Kei tahu ia akan kencan dengan Sho besok.”Dari mana kamu tahu?”

Kei menghampiri Opi. Opi secara otomatis mundur karena Kei terus mendekatinya. Dan akhirnya Opi mendapatkan posisinya tidak aman sekarang karena ia diantara Kei dan dinding dengan wajah Kei yang sudah sangat dekat dengannya.

“Kenapa aku tahu?” Kei mengulangi pertanyaan Opi.”karena aku tahu semua tentangmu,” jawab Kei yang membuat wajah Opi panas dan memerah.

“Ap-apa yang mau kamu lakukan?” tanya Opi gugup. Tidak hanya dapat melihat wajah Kei tapi kini Opi dapat merasakan hembusan napas Kei.

Kei berlagak berpikir.”Apa yah? Apa kamu mengharapkan yang lain?” tebak Kei yang makin membuat Opi tidak mengerti.

“Kamu ingin aku melakukan hal yang sama seperti 11 tahun yang lalu?” tambah Kei.

Praktis wajah Opi memerah mengingat kejadian memalukan itu. Opi membuang mukanya sambil memejamkan mata. Ia tidak dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh Kei. Sebenarnya dia takut dan ingin berlari. Tapi tenaga Kei jauh lebih kuat dari pada Opi. Sehingga Opi sulit untuk lepas dari hadapan Kei.

Tiba-tiba Kei makin mendekatkan wajahnya ke wajah Opi. Makin mendekat dan bibir mereka hampir bersentuhan. Dan...

“Yup...sudah!” Kei melepaskan genggamannya lalu akan pergi ke kamarnya.

“Eh?”

“Kamu pikir aku akan melakukannya padamu? Aku tidak selera dengan anak kecil sepertimu,” ucap Kei melenggang pergi .

Opi melempar sendalnya dengan geram. Tapi sayang tidak tepat sasaran karena Kei sudah lebih dulu masuk ke kamarnya.

----

Sesuai dengan rencana, keesokan harinya Opi pergi bersama dengan Kei. Mereka tidak mau kebohongan yang sudah terlanjur dibuat ketahuan oleh Tomohisa.

“Kalau Onii-chan tahu, semua ini salahmu,” putus Opi ketus.

“He? Jadi kamu lebih memilih jujur kalau kamu akan kencan dengan seorang sensei? Baiklah. Aku akan kembali dan bilang pada Tomo Onii-san.”

Sebelum Kei berbalik, Opi sudah menarik tangannya.”Dame~!” kata Opi cepat.

Kei tersenyum senang karena gertakannya berhasil menakuti Opi.

“Harusnya kamu berterimakasih aku sudah membantumu,” Kei menambahkan.

Opi hanya mencibir pelan. Seumur hidupnya ia tidak akan berterimakasih. Apalagi itu bukan maunya untuk dibantu oleh Kei.

Opi sudah di stasiun. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari Sho. Memang permintaan Opi untuk bertemu di stasiun. Akan sangat berbahaya jika Tomohisa atau Papa tahu ia dijemput oleh laki-laki yang baru mereka temui.

Posisinya sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga Yamashita tidak sepenuhnya enak jika mempunyai Papa dan kakak yang super protektif.

Opi seketika berhenti dan menengok ke belakang. Sejak tadi perasaannya tidak enak. Ternyata benar saja. Tidak jauh di belakangnya, Kei masih mengikuti Opi.

“Apa masalahmu?” tanya Opi kesal.

“Apa masalahku?” Kei balik bertanya tidak mengerti.

“Kamu mengikutiku?” tuduh Opi.

“Siapa yang mengikutimu? Aku mau naik kereta. Ini tempat umum. Siapapun boleh ke sini kan?” jelas Kei.

Opi sedikit malu karena tebakannya salah.”Awas kalau mengikutiku,” ancam Opi lalu berbalik dan melanjutkan mencari Sho.

Hari ini stasiun cukup padat karena hari ini hari libur. Hal ini membuat Opi sulit menemukan Sho. Beruntung Sho berada di tempat yang mudah dilihat. Sehingga Opi tidak perlu bersusah payah lagi.

“Gomen..sudah lama?” tanya Opi begitu menghampiri Sho.

Sho menggeleng.”Harusnya tadi aku jemput saja di rumahmu,” kata Sho.

Opi menggeleng cepat.”Daijoubu.”

“Kalau begitu..ayo!” Sho menarik tangan Opi.

Opi merasa hari ini akan jadi hari yang menyenangkan untuknya. Berkencan dengan pacarnya siapa yang tidak senang? Apalagi ini pertama kalinya ia pergi dengan Sho sebagai sepasang kekasih, sama seperti pasangan-pasangan yang lain. Memikirkan hal ini membuat Opi tersenyum sendiri.

“Ada apa?” tanya Sho saat mereka berjalan bergandengan.

“Ah~” Opi kaget karena ditanya seperti itu oleh Sho.”Aku hanya gugup karena ini pertama kalinya kita pergi,” jelas Opi.

Sho ikut tersenyum.”Aku juga,” balas Sho.

“Jadi...kita akan kemana?” tanya Opi.

“Hmm~” Sho tampak berpikir.”Mungkin kita akan pergi menonton,” putus Sho.

“Yahoo~...”seru Opi histeris.”Aku ingin menonton itu.”

Opi menunjuk ke arah sebuah billboard yang menampilkan beberapa cast dari film itu.

“Itu?” tanya Sho meyakinkan lagi.

Opi mengangguk cepat seperti anak kecil yang ditawari balon.”Awalnya aku akan menonton dengan Din. Tapi Din

sepertinya sibuk dengan Keito. Jadi aku putuskan akan menonton bersama Sho-san,” jelas Opi bersemangat.

Sho tertawa pelan melihat tingkah Opi yang daripada disebut pacarnya lebih mirip disebut adiknya. Tapi entah kenapa

Sho justru jatuh cinta pada Opi yang seperti ini.

“Baiklah.”

----

Kei melempar tubuhnya ke sofa empuk di belakangnya. Dia bingung apa yang akan dilakukannya setelah membantu Opi untuk keluar rumah. Dan akhirnya dia terdampar di rumah Daiki Arioka, teman masa kecilnya.

“Ini.” Daiki menyerahkan segelas minuman pada Kei.

“Arigatou.”

Kei meneguk minuman itu dengan cepat.

“Apa kau bodoh?” ucap Daiki tiba-tiba.

“Aku tidak bodoh,” ralat Kei santai.

“Kalau kau tidak bodoh, tidak mungkin kau membiarkan Opi pergi dengan pacarnya,” tambah Daiki gemas. Daiki tahu Opi berkencan dengan pacarnya. Kei menceritakan semuanya begitu ia sampai di rumah Daiki.

“Apa yang bisa aku lakukan?” tanya Kei lebih pada dirinya sendiri.

“Apa maksudmu?”

“Opi...dia begitu membenciku,” lanjut Kei pasrah.

Daiki mengerti yang dimaksud Kei. Ia tahu Kei sudah menyukai Opi sejak mereka kecil. Tapi karena kesalahan kecil di masa kecil mereka, Kei harus pasrah dibenci oleh Opi. Melihat sahabatnya seperti itu, membuat Daiki sangat bersimpati pada Kei.

“Sudah..sudah,” Daiki menepuk-nepuk punggung Kei.”Bagaimana kalau kita memanggil Kou-chan, Hika dan Yuuya? Kita bersenang-senang hari ini.”

Kei diam dan hanya memberikan anggukan.

---

Sesuai dengan perkiraan Opi, kencan hari ini sangat menyenangkan. Walapun hanya kencan sederhana yang sangat umum dilakukan seperti nonton film, makan dan jalan-jalan, tapi Opi menikmati dan ia tidak sabar menunggu kencan selanjutnya dan membayangkan kencan berikutnya pasti akan lebih menyenangkan.

Efek kencan tadi, membuat Opi senyum-senyum hingga ia turun dari kereta. Awalnya Sho akan mengantarnya pulang. Tapi tentu saja karena berbagai alasan, Opi menolak dengan halus. Beruntung Sho mengerti dan tidak memaksa.

Tepat saat kereta pergi, Opi melihat Kei sedang bersandar di salah satu tembok stasiun. Opi sedikit heran, apa yang dilakukan laki-laki itu di sana?

Opi menghampiri Kei yang tidak menyadari kedatangannya karena kepala laki-laki kurus itu sedang tertunduk.

“Kei?” panggil Opi membuat Kei mengangkat kepalanya, melihat orang yang memanggilnya.

“Kau sudah kembali?” tanya Kei begitu sadar kalau yang memanggilnya adalah Opi.

“Un~” Opi mengangguk.”Kau menungguku?” tanya Opi.

Kei lalu berdiri tegak dan menghadap membelakangi Opi.”Kalau kita tidak pulang bersama, Tomo Onii-san akan curiga.”

Opi diam dan berpikir. Semenjak Kei tinggal di rumahnya, selalu ada hal-hal yang tidak dimengerti Opi. Kei yang selalu membuatnya kesal, Kei yang selalu membuatnya marah, Kei yang selalu ikut campur urusannya, tetapi kadang membuatnya senang dan terbantu dengan sikap Kei. Sekarang Opi ragu perasaan seperti apa yang dapat ia ungkapkan untuk Kei karena yang ia tahu ia sangat membenci Kei.

“Ayo!” ajak Kei. Opi mengangguk dan berlari agar langkahnya sejajar dengan Kei.

TBC~

gyaa~ #gali tanah

minta komen ajah deh...

#tenggelam di buku vogel

Minggu, 02 Januari 2011

[ Fanfic ] Little Secret (chap 1)

Title : Little Secret

Author : Opi Yamashita

Genre : Romance mungkin #plakk

Rating : PG

Cast : Kei Inoo (HSJ), Sho Sakurai (Arashi), Yamashita Tomohisa (NewS), Opi Yamashita (OC), dan selentingan orang numpang lewat

Disc : Kei Inoo, Sho Sakurai dan Yamashita Tomohisa itu kepunyaan Okaa-san dan Otou-san serta JE. Opi Yamashita itu OC saia.

Gomen kalo jelek. Ini cuma hasil dari waktu saia yang terlalu luang -padahal tugas laporan praktikum menumpuk-. Kalo gak suka ceritanya lempar ajah c Inoo #plakk...

Ini penpik pertama saia yang dipost setelah Din membujuk saia -kasarnya memaksa saia- untuk memposting penpik nya..

Douzo~~~~~ #nyungseb ke lemari


Opi menghapus keringat di keningnya. Hari ini hari yang melelahkan untuknya. Sekaligus hari yang buruk.

“Daijoubu yo. Ini hanya latihan pertandingan.” Kata-kata itu keluar dari Sho, pelatih basketnya. Opi menoleh dan mendapati Sho sedang menyemangatinya dengan senyumnya yang dipastikan membuat seluruh wanita pingsan.

“Ha------i,” jawab Opi lemas.

Hasil latihan pertandingan hari ini memang tidak begitu bagus. Selain karena tim lawannya yang terhitung kuat, faktor lain adalah karena teman-teman timnya kelelahan. Timnya mengetahui kekuatan lawannya sehingga mereka latihan hingga malam dan hasilnya mereka sama sekali tidak bisa berkonsentrasi karena kelelahan.

“Ini pembelajaran untuk kalian. Tidak baik juga kalau kalian memaksakan diri. Tubuh kalian kan membutuhkan istirahat, “ kata Sho di sela-sela evaluasi dengan semua anggota tim.

“Untuk hari ini cukup. Sekarang kalian pulang dan istirahat. Persiapkan diri untuk latihan besok sore.”

Opi dan teman-teman timnya membubarkan diri untuk mengambil barang-barang mereka. Sepertinya semuanya memikirkan hal yang sama. Akan sangat menyenangkan jika mereka cepat-cepat pulang lalu mandi dan tidur.

“Yamashita!” panggil Sho saat Opi sudah akan berbelok kearah halte bis.

“Hai?”

“Masih memikirkan pertandingan tadi?” tanya Sho.

Opi tidak bergeming. Opi dan Sho hanya berjalan berdampingan melanjutkan perjalanan mereka.

“Tadi memang sayang sekali. Kalau kamu berhasil melakukan 3 point, tim kita pasti menang,” lanjut Sho membuat Opi semakin lemas.

“Tapi aku yakin kamu sudah melakukan yang terbaik. Karena kamu yang paling berjuang tadi.” tambah Sho sambil menatap Opi.

Kata-kata itu entah kenapa membuat Opi senang. Tanpa ia sadari, Opi tersenyum lebar.

“Aku yakin semua melakukan yang terbaik. Demo...arigatou!”

Tanpa peringatan apapun, tiba-tiba Sho memeluknya. Hal yang tiba-tiba ini membuat Opi hanya bisa mengerjap matanya dan sedikit panik.

“Ano...Sho-sensei...”

“Sebentar saja. Biarkan seperti ini. Hanya 5 menit,” kata Sho tepat di telinga Opi. Tiba-tiba wajahnya merasa panas dan memerah. Opi tidak melakukan penolakan atau apapun. Ia hanya diam menikmati kenyamanan yang ditimbulkan dari pelukan Sho.

Tepat pukul 8 malam Opi sampai di rumahnya. Opi memutuskan langsung pergi ke kamarnya dan mandi. Mungkin itu akan sedikit mengurangi rasa lelahnya.

Opi meletakkan tas olahraganya di tas meja belajar. Sekilas ia melihat foto miliknya yang terpajang di dekat lampu. Di dalam foto itu ada dirinya dan Sho saat festival di sekolahnya. Tiba-tiba wajahnya kembali memanas. Ini buruk, batin Opi.

Sudah 3 bulan Opi menjalin hubungan dengan pelatihnya itu. Hubungan mereka sangat dirahasiakan sehingga tidak banyak yang tahu, termasuk teman setimnya. Akan sangat bermasalah jika sekolah tahu bahwa salah satu muridnya berpacaran dengan guru. Satu-satunya orang yang mengetahui hanya Din, sahabat Opi.

Opi langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Berharap pikiran tentang Sho segera menghilang karena memikirkan Sho ternyata tidak baik untuk jantungnya.

Karena berpacaran dengan seorang guru, otomatis waktu mereka bersama pun hanya sedikit. Walaupun setiap hari Opi bertemu dengan Sho, tapi praktis mereka tidak bisa seperti pasangan lain yang mempunyai pacar di sekolah. Jika berpapasan, Opi akan bersikap seperti layaknya murid pada gurunya. Begitu juga sebaliknya. Sho akan bersikap seperti layaknya seorang guru. Mereka bisa bersikap seperti sepasang kekasih saat latihan basket berakhir. Itupun hanya sebentar karena kadang-kadang latihan tim basket selesai hingga malam hari.

“Lebih baik aku segera mandi,” ujar Opi lebih kepada dirinya sendiri.

Opi menyambar handuknya dan berjalan ke arah kamar mandi sambil bersiul.

Are? Kenapa dikunci? Apa Papa atau Tomo-niichan sedang mandi? pikir Opi saat mendapati pintu kamar mandinya terkunci.

Saat Opi sedang memikirkan siapa yang ada di dalam, tiba-tiba pintu terbuka dan menghantam kening Opi.

“Ittai~” keluh Opi sambil berjongkok menahan sakit.

“Ah~ daijoubu?” tanya orang yang baru saja keluar kamar mandi.

“Ini sakit tahu!” teriak Opi sambil masih meringgis kesakitan. Kepalanya mendongak ke atas untuk melihat pelaku yang membuatnya kesakitan. Tapi kemarahannya ia urungkan setelah ia tahu siapa yang ada dihadapannya,“Kamu?”

“Ada apa, Opi?”

“Kenapa, Opi?”

Rentetan suara itu keluar dari Papa dan Tomohisa, kakaknya.

“Ano...gomen. Tadi...” belum sempat orang yang menyebabkan kening Opi kesakitan itu menyelesaikan kata-katanya, Opi segera memotong.

“Tadi tidak sengaja keningku terkena pintu,” jelas Opi sambil mengusap keningnya yang masih kesakitan.

“Ho~ Papa pikir ada apa.”

“Tapi....” Opi akan melanjutkan kata-katanya.

“Nani?” tanya Papa.

“Kenapa orang ini ada di sini?” ucap Opi sedikit teriak sambil menunjuk orang yang tadi menghantam keningnya.

“Opi, mulai hari ini Kei akan tinggal di sini,” jelas Tomohisa saat semuanya berpindah ke ruang makan.

“Apa? Kenapa aku tidak tahu?” sungut Opi agak kesal.

“Kamu sibuk dengan latihan basketmu. Jadi aku pikir nanti saja memberitahumu.”

Opi menatap laki-laki yang bernama Kei itu yang sedang membaca dengan tatapan kebencian.

“Sampai kapan dia di sini?”

“Sampai dia lulus.”

Mimpi buruk. Berarti selama 2 tahun akan tinggal bersama, rutuk Opi dalam hati.

“Aku tidak masalah dia tinggal berapa lama, asal dia tidak mengganggu kehidupan aku,” ucap Opi lalu pergi ke kamarnya.

Keesokan harinya Opi pergi ke sekolah dengan lunglai. Tidak ada semangat sama sekali. Ingin sekali dia tidak pulang ke rumah hari ini.

“Haa~” desah Opi seolah mengeluarkan nasib buruk yang menimpanya.

“Kowai~ desahanmu panjang sekali,” seru seseorang.

Opi menoleh ke arah sumber suara.

“Ah~ ohayou, Din-chan” sapa Opi dengan suara lemas.

“Ohayou.. kenapa dengan wajahmu? Lebih kusut dari biasanya.”

“Sebenarnya...”

Opi menceritakan kejadian tragis di rumahnya. Hal ini benar-benar tragis untuknya.

“Kei? Kei Inoo maksudmu?” tanya Din setelah Opi menyelesaikan ceritanya.

Opi mengangguk.

Tiba-tiba Din tertawa terbahak. Sangat keras. Beruntung mereka sekarang ada di atap sekolah sehingga tidak ada yang mendengarnya.

“Kenapa kau tertawa?”

Din tidak langsung menjawab. Ia meredakan tawanya terlebih dahulu. “Sudah lama aku tidak bertemu dengannya.”

“Bukan itu inti dari masalahnya. Kau kan tahu aku sangat membenci dia.”

Din mengangguk mengerti.”Karena kejadian saat kita berumur 6 tahun kan?”

Kejadian saat umur 6 tahun itu adalah saat Kei Inoo melakukan hal yang membuat Opi membenci Kei seumur hidupnya. Kejadian ini saat mereka mendatangi sebuah pesta di sebuah rumah bersama orang tua mereka masing-masing. Kei dan teman-temannya membuat sebuah permainan. Siapa yang kalah, akan melakukan hukuman dari setiap orang. Saat giliran Kei yang kalah, semua temannya memberi hukuman yaitu mencium Opi. Karena tidak mau dianggap pengecut akhirnya Kei melakukannya pada bibir Opi. Saat itulah perang antara Opi Yamashita dan Kei Inoo dimulai.

“Kejadian yang memalukan,” kenang Opi kesal.

“Dimana sekolahnya?” tanya Din mengalihkan pembicaraan.

“Nii-chan bilang kalau tidak salah di Horikoshi gakuen.”

“Sugoi~ kamu tahu? Di Horikoshi gakuen terkenal cowok-cowok keren,” ucap Din semangat. Din yang baru saja putus dengan Keito, kohai Opi dan Din, memang sedang mencari ‘hiburan’ baru.

“Aku tidak tahu. Dan aku tidak peduli,” jawab Opi sambil berjalan ke arah pintu keluar karena bel sekolah tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi.

Sore ini Opi kembali bersemangat untuk latihan. Din sudah pulang dengan diantar oleh Keito. Sepertinya akan ada yang rujuk, pikir Opi jahil.

Latihan hari ini sama beratnya dengan latihan sebelumnya. Karena pertandingan antar SMA akan segera dimulai. Keio gakuen hanya menempati runner up saat pertandingan tahun lalu. Hal ini membuat semua anggota tim merasa bersemangat untuk meraih kemenangan mereka. Saking semangatnya, mereka lupa kalau waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 malam, waktu yang sangat terlambat untuk pulang. Semua anggota tim bergegas pulang dan bersiap untuk latihan kembali besok.

Di saat semua teman-temannya pulang, Opi hanya duduk lemas di pinggir lapangan. Rasanya dia tidak sanggup untuk pulang.

“Doushite?” tanya Sho yang kini sudah duduk disampingnya.

“Eh?” Opi lalu menggeleng.

Sho tersenyum lalu meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Opi dan menghadapkan wajahnya ke wajah Opi membuat Opi shock.

“Aku tahu saat kamu ada masalah. Ayo ceritakan!”

“Ano...di rumah...ada orang yang sangat aku benci,” Opi memulai ceritanya.

Sho diam sambil menyimak cerita Opi.

“Orang itu...mulai kemarin sampai dia lulus akan tinggal di rumahku. Sekitar 2 tahun.”

“Lalu?”

“Aku...benar-benar membenci orang itu,” Opi menekankan kata-katanya kembali.

“Kenapa kamu membencinya?”

“Dia...”

Opi mulai menceritakan kenangan buruknya dengan hati-hati. Ia takut ceritanya membuat Sho marah. Kekhawatiran Opi beralasan karena tiba-tiba Sho diam. Senyum yang tadi dia perlihatkan sedikit memudar. Apa Sho-sensei marah?, batin Opi.

“Sho-sensei?” panggil Opi karena Sho tidak berbicara apapun.

Sho bangun dari bangku panjang lalu membereskan barang-barangnya.”Lebih baik kita pulang. Sudah malam,” katanya kemudian.

“Kenapa? ” Opi heran dengan perubahan sikap Sho. Ia yang menyuruhnya bercerita tapi dia tidak menanggapi. Itu membuatnya kesal.

“Kamu sudah selesai kan?” tanya Sho tanpa menatap Opi.

“Sudah sih,,” jawab Opi ragu.

Untuk beberapa saat Opi dan Sho diam karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Sensei!” panggil Opi memecah keheningan.

Tidak ada jawaban.

“Sensei!” panggil Opi lagi.

Masih tidak ada jawaban.

Opi kini geram melihat kelakuan pelatih sekaligus kekasihnya itu. Sho boleh lebih tua 8 tahun darinya, tapi kelakuannya tidak jauh berbeda dengan laki-laki berumur 17 tahun.

“Sho-chan!!” panggil Opi kesal.

Sho menoleh dengan panik lalu menghampiri Opi.

“Apa yang kamu lakukan? Kita kan sudah sepakat tidak memanggil seperti itu di sekolah,” ujar Sho panik.

“Itu salahmu tidak menjawab panggilanku,” balas Opi cemberut.

“ada apa?” tanya Sho akhirnya.

“Sho-chan cemburu?” tebak Opi.

“Tidak.”

“bohong.”

“Aku tidak cemburu.”

Opi sedikit kecewa dengan jawaban Sho.

Sho menatap Opi dan dengan singkat tangannya meraih wajah Opi sehingga jarak mereka menjadi sangat dekat lalu menyentuhkan bibirnya ke bibir Opi. Itu sangat tiba-tiba sampai Opi tidak sempat memejamkan matanya.

“Eh?” Opi kini tidak bisa berpikir apa-apa.

“Itu bayaran karena dia sudah merebut ciuman pertamamu,” jelas Sho dengan muka memerah.

Mendengar kata-kata Sho, Opi lantas tertawa.

“Kenapa tertawa?” tanya Sho bingung.

“Itu kan hanya ciuman tidak ada artinya. Aku hanya kesal karena dia berani melakukan itu padaku,” jelas Opi kembali kesal karena mengingat kelakuan Kei.

Sho diam karena masih memikirkan tindakan bodohnya pada anak didiknya sendiri.

“Sensei?”

“Hmm?”

“Boleh sekali lagi?”

Sho sedikit kaget dengan permintaan Opi. Tapi ia senang dan mengangguk tanpa banyak berpikir.

Miki memejamkan matanya lalu Sho mengecup pelan bibir Opi. Lebih lama dari sebelumnya dan lebih membuat jantung Opi berdegup kencang. Opi sangat senang karena ini pertama kalinya Sho menciumnya.

“Ayo kita pulang!” Sho mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh tangan Opi. Mereka pulang dengan bergandengan tangan. Ini pun yang pertama kalinya untuk Opi. Karena sudah malam, mereka sama sekali tidak khawatir ketahuan oleh staf sekolah.

Saat di gerbang sekolah, Opi melihat orang yang dia kenal. Orang yang sama sekali tidak ingin ia temui saat ini. Kei Inoo.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Opi ketus.

“Menjemputmu. Apa kau tidak sadar kalau Papamu sudah menelepon berkali-kali sampai aku disuruh untuk kesini?” Kei bertanya balik dengan ketus pula.

Opi meronggoh keitai-nya di tas. Dan benar yang dikatakan oleh Kei. Papanya sudah menelepon sebanyak 6 kali.

“Ayo pulang!” perintah Kei sambil berbalik akan pergi.

“Tapi....”

Opi enggan pergi dengan Kei Inoo. Ia ingin Sho yang mengantarnya. Terlebih dia baru saja menceritakan tentang Kei pada Sho. Opi merasa tidak enak.

“Daijoubu. Pulanglah bersamanya. Mata ashita,” kata Sho seolah menjawab kekhawatiran Opi. Sebelum berbalik, Sho mengecup pelan kening Opi. Dia sedikit malu karena Kei melihat dengan jelas.

“Oyasumi,”

“Oyasumi,” balas Opi lalu ia berbalik pulang bersama Kei.

“Tidak apa-apakah?” tanya Kei tiba-tiba.

“Hmm?”

“Sepertinya orang itu bukan murid Keio. Terlalu tua untuk seorang murid.”

“Itu bukan urusanmu,” sungut Opi kesal.

“Dia sensei kan? Apa tidak apa-apa berpacaran dengan sensei? Kalau ketahuan pasti....”

“Aku bilang itu bukan urusanmu,” teriak Opi lalu mempercepat langkahnya meninggalkan Kei di belakangnya.

“Apa yang salah dengan ucapanku?” tanya Kei pada diri sendiri karena Opi sudah berlari menjauhinya. Sesaat Kei berbalik dan di sana ia masih melihat orang yang bersama Opi tadi sambil menatapnya.

“Hei!” panggil Sho pada Kei. “Kamu yang bernama Kei Inoo?” tanya Sho sedikit teriak karena jarak mereka yang lumayan jauh.

Kei tidak mengeluarkan suara apapun. Ia hanya diam sambil menatap seolah menantang laki-laki di hadapannya.

“Aku Sho Sakurai, pacar Opi,” kata Sho tersenyum.”Aku harap kamu tidak macam-macam pada pacarku,” lanjutnya sambil berbalik dan meninggalkan Kei yang kesal karena seolah ia yang ditantang sekarang.


TBC~

Gyaa~ jelek yah? *tipe orang yang memutuskan sendiri
jika berkenan, dikomen yah...
ahahahaa...
#kabur~