Minggu, 02 Januari 2011

[ Fanfic ] Little Secret (chap 1)

Title : Little Secret

Author : Opi Yamashita

Genre : Romance mungkin #plakk

Rating : PG

Cast : Kei Inoo (HSJ), Sho Sakurai (Arashi), Yamashita Tomohisa (NewS), Opi Yamashita (OC), dan selentingan orang numpang lewat

Disc : Kei Inoo, Sho Sakurai dan Yamashita Tomohisa itu kepunyaan Okaa-san dan Otou-san serta JE. Opi Yamashita itu OC saia.

Gomen kalo jelek. Ini cuma hasil dari waktu saia yang terlalu luang -padahal tugas laporan praktikum menumpuk-. Kalo gak suka ceritanya lempar ajah c Inoo #plakk...

Ini penpik pertama saia yang dipost setelah Din membujuk saia -kasarnya memaksa saia- untuk memposting penpik nya..

Douzo~~~~~ #nyungseb ke lemari


Opi menghapus keringat di keningnya. Hari ini hari yang melelahkan untuknya. Sekaligus hari yang buruk.

“Daijoubu yo. Ini hanya latihan pertandingan.” Kata-kata itu keluar dari Sho, pelatih basketnya. Opi menoleh dan mendapati Sho sedang menyemangatinya dengan senyumnya yang dipastikan membuat seluruh wanita pingsan.

“Ha------i,” jawab Opi lemas.

Hasil latihan pertandingan hari ini memang tidak begitu bagus. Selain karena tim lawannya yang terhitung kuat, faktor lain adalah karena teman-teman timnya kelelahan. Timnya mengetahui kekuatan lawannya sehingga mereka latihan hingga malam dan hasilnya mereka sama sekali tidak bisa berkonsentrasi karena kelelahan.

“Ini pembelajaran untuk kalian. Tidak baik juga kalau kalian memaksakan diri. Tubuh kalian kan membutuhkan istirahat, “ kata Sho di sela-sela evaluasi dengan semua anggota tim.

“Untuk hari ini cukup. Sekarang kalian pulang dan istirahat. Persiapkan diri untuk latihan besok sore.”

Opi dan teman-teman timnya membubarkan diri untuk mengambil barang-barang mereka. Sepertinya semuanya memikirkan hal yang sama. Akan sangat menyenangkan jika mereka cepat-cepat pulang lalu mandi dan tidur.

“Yamashita!” panggil Sho saat Opi sudah akan berbelok kearah halte bis.

“Hai?”

“Masih memikirkan pertandingan tadi?” tanya Sho.

Opi tidak bergeming. Opi dan Sho hanya berjalan berdampingan melanjutkan perjalanan mereka.

“Tadi memang sayang sekali. Kalau kamu berhasil melakukan 3 point, tim kita pasti menang,” lanjut Sho membuat Opi semakin lemas.

“Tapi aku yakin kamu sudah melakukan yang terbaik. Karena kamu yang paling berjuang tadi.” tambah Sho sambil menatap Opi.

Kata-kata itu entah kenapa membuat Opi senang. Tanpa ia sadari, Opi tersenyum lebar.

“Aku yakin semua melakukan yang terbaik. Demo...arigatou!”

Tanpa peringatan apapun, tiba-tiba Sho memeluknya. Hal yang tiba-tiba ini membuat Opi hanya bisa mengerjap matanya dan sedikit panik.

“Ano...Sho-sensei...”

“Sebentar saja. Biarkan seperti ini. Hanya 5 menit,” kata Sho tepat di telinga Opi. Tiba-tiba wajahnya merasa panas dan memerah. Opi tidak melakukan penolakan atau apapun. Ia hanya diam menikmati kenyamanan yang ditimbulkan dari pelukan Sho.

Tepat pukul 8 malam Opi sampai di rumahnya. Opi memutuskan langsung pergi ke kamarnya dan mandi. Mungkin itu akan sedikit mengurangi rasa lelahnya.

Opi meletakkan tas olahraganya di tas meja belajar. Sekilas ia melihat foto miliknya yang terpajang di dekat lampu. Di dalam foto itu ada dirinya dan Sho saat festival di sekolahnya. Tiba-tiba wajahnya kembali memanas. Ini buruk, batin Opi.

Sudah 3 bulan Opi menjalin hubungan dengan pelatihnya itu. Hubungan mereka sangat dirahasiakan sehingga tidak banyak yang tahu, termasuk teman setimnya. Akan sangat bermasalah jika sekolah tahu bahwa salah satu muridnya berpacaran dengan guru. Satu-satunya orang yang mengetahui hanya Din, sahabat Opi.

Opi langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Berharap pikiran tentang Sho segera menghilang karena memikirkan Sho ternyata tidak baik untuk jantungnya.

Karena berpacaran dengan seorang guru, otomatis waktu mereka bersama pun hanya sedikit. Walaupun setiap hari Opi bertemu dengan Sho, tapi praktis mereka tidak bisa seperti pasangan lain yang mempunyai pacar di sekolah. Jika berpapasan, Opi akan bersikap seperti layaknya murid pada gurunya. Begitu juga sebaliknya. Sho akan bersikap seperti layaknya seorang guru. Mereka bisa bersikap seperti sepasang kekasih saat latihan basket berakhir. Itupun hanya sebentar karena kadang-kadang latihan tim basket selesai hingga malam hari.

“Lebih baik aku segera mandi,” ujar Opi lebih kepada dirinya sendiri.

Opi menyambar handuknya dan berjalan ke arah kamar mandi sambil bersiul.

Are? Kenapa dikunci? Apa Papa atau Tomo-niichan sedang mandi? pikir Opi saat mendapati pintu kamar mandinya terkunci.

Saat Opi sedang memikirkan siapa yang ada di dalam, tiba-tiba pintu terbuka dan menghantam kening Opi.

“Ittai~” keluh Opi sambil berjongkok menahan sakit.

“Ah~ daijoubu?” tanya orang yang baru saja keluar kamar mandi.

“Ini sakit tahu!” teriak Opi sambil masih meringgis kesakitan. Kepalanya mendongak ke atas untuk melihat pelaku yang membuatnya kesakitan. Tapi kemarahannya ia urungkan setelah ia tahu siapa yang ada dihadapannya,“Kamu?”

“Ada apa, Opi?”

“Kenapa, Opi?”

Rentetan suara itu keluar dari Papa dan Tomohisa, kakaknya.

“Ano...gomen. Tadi...” belum sempat orang yang menyebabkan kening Opi kesakitan itu menyelesaikan kata-katanya, Opi segera memotong.

“Tadi tidak sengaja keningku terkena pintu,” jelas Opi sambil mengusap keningnya yang masih kesakitan.

“Ho~ Papa pikir ada apa.”

“Tapi....” Opi akan melanjutkan kata-katanya.

“Nani?” tanya Papa.

“Kenapa orang ini ada di sini?” ucap Opi sedikit teriak sambil menunjuk orang yang tadi menghantam keningnya.

“Opi, mulai hari ini Kei akan tinggal di sini,” jelas Tomohisa saat semuanya berpindah ke ruang makan.

“Apa? Kenapa aku tidak tahu?” sungut Opi agak kesal.

“Kamu sibuk dengan latihan basketmu. Jadi aku pikir nanti saja memberitahumu.”

Opi menatap laki-laki yang bernama Kei itu yang sedang membaca dengan tatapan kebencian.

“Sampai kapan dia di sini?”

“Sampai dia lulus.”

Mimpi buruk. Berarti selama 2 tahun akan tinggal bersama, rutuk Opi dalam hati.

“Aku tidak masalah dia tinggal berapa lama, asal dia tidak mengganggu kehidupan aku,” ucap Opi lalu pergi ke kamarnya.

Keesokan harinya Opi pergi ke sekolah dengan lunglai. Tidak ada semangat sama sekali. Ingin sekali dia tidak pulang ke rumah hari ini.

“Haa~” desah Opi seolah mengeluarkan nasib buruk yang menimpanya.

“Kowai~ desahanmu panjang sekali,” seru seseorang.

Opi menoleh ke arah sumber suara.

“Ah~ ohayou, Din-chan” sapa Opi dengan suara lemas.

“Ohayou.. kenapa dengan wajahmu? Lebih kusut dari biasanya.”

“Sebenarnya...”

Opi menceritakan kejadian tragis di rumahnya. Hal ini benar-benar tragis untuknya.

“Kei? Kei Inoo maksudmu?” tanya Din setelah Opi menyelesaikan ceritanya.

Opi mengangguk.

Tiba-tiba Din tertawa terbahak. Sangat keras. Beruntung mereka sekarang ada di atap sekolah sehingga tidak ada yang mendengarnya.

“Kenapa kau tertawa?”

Din tidak langsung menjawab. Ia meredakan tawanya terlebih dahulu. “Sudah lama aku tidak bertemu dengannya.”

“Bukan itu inti dari masalahnya. Kau kan tahu aku sangat membenci dia.”

Din mengangguk mengerti.”Karena kejadian saat kita berumur 6 tahun kan?”

Kejadian saat umur 6 tahun itu adalah saat Kei Inoo melakukan hal yang membuat Opi membenci Kei seumur hidupnya. Kejadian ini saat mereka mendatangi sebuah pesta di sebuah rumah bersama orang tua mereka masing-masing. Kei dan teman-temannya membuat sebuah permainan. Siapa yang kalah, akan melakukan hukuman dari setiap orang. Saat giliran Kei yang kalah, semua temannya memberi hukuman yaitu mencium Opi. Karena tidak mau dianggap pengecut akhirnya Kei melakukannya pada bibir Opi. Saat itulah perang antara Opi Yamashita dan Kei Inoo dimulai.

“Kejadian yang memalukan,” kenang Opi kesal.

“Dimana sekolahnya?” tanya Din mengalihkan pembicaraan.

“Nii-chan bilang kalau tidak salah di Horikoshi gakuen.”

“Sugoi~ kamu tahu? Di Horikoshi gakuen terkenal cowok-cowok keren,” ucap Din semangat. Din yang baru saja putus dengan Keito, kohai Opi dan Din, memang sedang mencari ‘hiburan’ baru.

“Aku tidak tahu. Dan aku tidak peduli,” jawab Opi sambil berjalan ke arah pintu keluar karena bel sekolah tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi.

Sore ini Opi kembali bersemangat untuk latihan. Din sudah pulang dengan diantar oleh Keito. Sepertinya akan ada yang rujuk, pikir Opi jahil.

Latihan hari ini sama beratnya dengan latihan sebelumnya. Karena pertandingan antar SMA akan segera dimulai. Keio gakuen hanya menempati runner up saat pertandingan tahun lalu. Hal ini membuat semua anggota tim merasa bersemangat untuk meraih kemenangan mereka. Saking semangatnya, mereka lupa kalau waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 malam, waktu yang sangat terlambat untuk pulang. Semua anggota tim bergegas pulang dan bersiap untuk latihan kembali besok.

Di saat semua teman-temannya pulang, Opi hanya duduk lemas di pinggir lapangan. Rasanya dia tidak sanggup untuk pulang.

“Doushite?” tanya Sho yang kini sudah duduk disampingnya.

“Eh?” Opi lalu menggeleng.

Sho tersenyum lalu meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Opi dan menghadapkan wajahnya ke wajah Opi membuat Opi shock.

“Aku tahu saat kamu ada masalah. Ayo ceritakan!”

“Ano...di rumah...ada orang yang sangat aku benci,” Opi memulai ceritanya.

Sho diam sambil menyimak cerita Opi.

“Orang itu...mulai kemarin sampai dia lulus akan tinggal di rumahku. Sekitar 2 tahun.”

“Lalu?”

“Aku...benar-benar membenci orang itu,” Opi menekankan kata-katanya kembali.

“Kenapa kamu membencinya?”

“Dia...”

Opi mulai menceritakan kenangan buruknya dengan hati-hati. Ia takut ceritanya membuat Sho marah. Kekhawatiran Opi beralasan karena tiba-tiba Sho diam. Senyum yang tadi dia perlihatkan sedikit memudar. Apa Sho-sensei marah?, batin Opi.

“Sho-sensei?” panggil Opi karena Sho tidak berbicara apapun.

Sho bangun dari bangku panjang lalu membereskan barang-barangnya.”Lebih baik kita pulang. Sudah malam,” katanya kemudian.

“Kenapa? ” Opi heran dengan perubahan sikap Sho. Ia yang menyuruhnya bercerita tapi dia tidak menanggapi. Itu membuatnya kesal.

“Kamu sudah selesai kan?” tanya Sho tanpa menatap Opi.

“Sudah sih,,” jawab Opi ragu.

Untuk beberapa saat Opi dan Sho diam karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Sensei!” panggil Opi memecah keheningan.

Tidak ada jawaban.

“Sensei!” panggil Opi lagi.

Masih tidak ada jawaban.

Opi kini geram melihat kelakuan pelatih sekaligus kekasihnya itu. Sho boleh lebih tua 8 tahun darinya, tapi kelakuannya tidak jauh berbeda dengan laki-laki berumur 17 tahun.

“Sho-chan!!” panggil Opi kesal.

Sho menoleh dengan panik lalu menghampiri Opi.

“Apa yang kamu lakukan? Kita kan sudah sepakat tidak memanggil seperti itu di sekolah,” ujar Sho panik.

“Itu salahmu tidak menjawab panggilanku,” balas Opi cemberut.

“ada apa?” tanya Sho akhirnya.

“Sho-chan cemburu?” tebak Opi.

“Tidak.”

“bohong.”

“Aku tidak cemburu.”

Opi sedikit kecewa dengan jawaban Sho.

Sho menatap Opi dan dengan singkat tangannya meraih wajah Opi sehingga jarak mereka menjadi sangat dekat lalu menyentuhkan bibirnya ke bibir Opi. Itu sangat tiba-tiba sampai Opi tidak sempat memejamkan matanya.

“Eh?” Opi kini tidak bisa berpikir apa-apa.

“Itu bayaran karena dia sudah merebut ciuman pertamamu,” jelas Sho dengan muka memerah.

Mendengar kata-kata Sho, Opi lantas tertawa.

“Kenapa tertawa?” tanya Sho bingung.

“Itu kan hanya ciuman tidak ada artinya. Aku hanya kesal karena dia berani melakukan itu padaku,” jelas Opi kembali kesal karena mengingat kelakuan Kei.

Sho diam karena masih memikirkan tindakan bodohnya pada anak didiknya sendiri.

“Sensei?”

“Hmm?”

“Boleh sekali lagi?”

Sho sedikit kaget dengan permintaan Opi. Tapi ia senang dan mengangguk tanpa banyak berpikir.

Miki memejamkan matanya lalu Sho mengecup pelan bibir Opi. Lebih lama dari sebelumnya dan lebih membuat jantung Opi berdegup kencang. Opi sangat senang karena ini pertama kalinya Sho menciumnya.

“Ayo kita pulang!” Sho mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh tangan Opi. Mereka pulang dengan bergandengan tangan. Ini pun yang pertama kalinya untuk Opi. Karena sudah malam, mereka sama sekali tidak khawatir ketahuan oleh staf sekolah.

Saat di gerbang sekolah, Opi melihat orang yang dia kenal. Orang yang sama sekali tidak ingin ia temui saat ini. Kei Inoo.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Opi ketus.

“Menjemputmu. Apa kau tidak sadar kalau Papamu sudah menelepon berkali-kali sampai aku disuruh untuk kesini?” Kei bertanya balik dengan ketus pula.

Opi meronggoh keitai-nya di tas. Dan benar yang dikatakan oleh Kei. Papanya sudah menelepon sebanyak 6 kali.

“Ayo pulang!” perintah Kei sambil berbalik akan pergi.

“Tapi....”

Opi enggan pergi dengan Kei Inoo. Ia ingin Sho yang mengantarnya. Terlebih dia baru saja menceritakan tentang Kei pada Sho. Opi merasa tidak enak.

“Daijoubu. Pulanglah bersamanya. Mata ashita,” kata Sho seolah menjawab kekhawatiran Opi. Sebelum berbalik, Sho mengecup pelan kening Opi. Dia sedikit malu karena Kei melihat dengan jelas.

“Oyasumi,”

“Oyasumi,” balas Opi lalu ia berbalik pulang bersama Kei.

“Tidak apa-apakah?” tanya Kei tiba-tiba.

“Hmm?”

“Sepertinya orang itu bukan murid Keio. Terlalu tua untuk seorang murid.”

“Itu bukan urusanmu,” sungut Opi kesal.

“Dia sensei kan? Apa tidak apa-apa berpacaran dengan sensei? Kalau ketahuan pasti....”

“Aku bilang itu bukan urusanmu,” teriak Opi lalu mempercepat langkahnya meninggalkan Kei di belakangnya.

“Apa yang salah dengan ucapanku?” tanya Kei pada diri sendiri karena Opi sudah berlari menjauhinya. Sesaat Kei berbalik dan di sana ia masih melihat orang yang bersama Opi tadi sambil menatapnya.

“Hei!” panggil Sho pada Kei. “Kamu yang bernama Kei Inoo?” tanya Sho sedikit teriak karena jarak mereka yang lumayan jauh.

Kei tidak mengeluarkan suara apapun. Ia hanya diam sambil menatap seolah menantang laki-laki di hadapannya.

“Aku Sho Sakurai, pacar Opi,” kata Sho tersenyum.”Aku harap kamu tidak macam-macam pada pacarku,” lanjutnya sambil berbalik dan meninggalkan Kei yang kesal karena seolah ia yang ditantang sekarang.


TBC~

Gyaa~ jelek yah? *tipe orang yang memutuskan sendiri
jika berkenan, dikomen yah...
ahahahaa...
#kabur~

Tidak ada komentar: