Minggu, 23 Januari 2011

[Fanfic] Little Secret (chap 2)

Title : Little Secret

Chapter : 2

Author : Opi Yamashita

Genre : Romance mungkin #plakk

Rating : PG

Cast : Kei Inoo (HSJ), Sho Sakurai (Arashi), Yamashita Tomohisa (NewS), Daiki Arioka (HSJ), Opi Yamashita (OC), dan selentingan orang numpang lewat

Disc : Kei Inoo, Sho Sakurai dan Yamashita Tomohisa itu kepunyaan Okaa-san dan Otou-san serta JE. Opi Yamashita itu OC saia.

Seperti biasa, gomen klo jelek...ini adalah bentuk kecemasan saia karena bntr lg UAS ahahahhaa...

klo jelek, tidak bosan saya bilang lempar ajah c Inoo....

Douzo~......#nyungsep lagi ke lemari

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 20 menit yang lalu, tapi Opi masih belum berniat untuk pulang. Ia ingin sebelum pulang, ia bisa bertemu dengan Sho-sensei. Alhasil sekarang Opi berlari mengitari seluruh penjuru sekolah untuk menemukan pacarnya itu. Hanya saja setiap ia menemukan tempat biasanya Sho-sensei berada, saat itu juga dia kecewa karena sosok yang dia cari tidak dia temukan.

“Mungkin di lapangan,” pikir Opi lalu berlari kembali.

Ternyata benar. Sho-sensei ada di lapangan sambil merapikan bola-bola di sebuah keranjang besar untuk dimasukkan ke dalam gudang peralatan.

“Sensei!” panggil Opi sambil menghampiri Sho-sensei.

Sho menoleh dan mendapati Opi yang sedang mengambil peralatan olah raga lain untuk dimasukkan ke dalam gudang.”Opi?”

“Aku bantu,ne?” tawar Opi.

Sho mengangguk senang karena dia merasa badannya sudah remuk.

“Arigatou..” ucap Sho setelah pekerjaan mereka selesai.

“Doitashimashite..” balas Opi.”Tadi aku mencari sensei di dalam gedung sekolah, tidak tahunya ada di sini,” lanjut Opi.

“Hounto ni? Kenapa tidak menelepon saja?” tanya Sho.

Opi mengipas-ngipas tubuhnya yang kepanasan karena berkeringat sambil berkata,”kalau keitai-mu aktif mungkin aku sudah melakukannya.”

Sho mengecek keitainya. “Gomen, sepertinya lowbat.”

“Daijoubu. Aku mencarimu hanya ingin bertemu saja,” jelas Opi.

Sho mengerutkan keningnya.Untuk pertama kalinya Sho mendengar Opi bilang seperti itu. Tiba-tiba senyumnya mengembang lalu meraih kepala Miki dan menyandarkan di bahunya.

“Aku juga ingin bertemu,” kata Sho sambil memainkan rambut Opi.”Rasanya sudah lama sekali.”

“Sensei berlebihan. Baru saja kemarin kita bertemu,” ralat Opi.

Sho tertawa mendengar jawaban Opi.”Tapi kita kan sudah lama tidak seperti ini.”

Opi mengangguk membenarkan.”Aku kan sibuk latihan. Lagian kita kan tidak mau sekolah tahu kalau kita pa.......”

Tiba-tiba tangan kiri Sho menutup mulut Opi dengan gesit.“Baka,,kalau orang dengar bagaimana?” tegur Sho pelan.

Opi melepaskan tangan Sho dari mulutnya.”Bukankah Sensei yang seperti ini justru lebih mudah ketahuan?” Opi menggerutu.”Baka~,” tambahnya.

Opi membalikkan badannya ke arah yang berlawanan dengan Sho. Sho menyesali perbuatannya. Mungkin ia yang terlalu berlebihan. Selama ini rahasia mereka berhasil disimpan dengan baik tanpa diketahui oleh teman-teman Opi, apalagi oleh sekolah. Tapi ia sudah terlanjur membuat Opi kesal di saat mereka dapat meluangkan waktu untuk bersama.

“Opi..” panggil Sho pelan.

Opi tidak menjawab panggilan Sho. Jauh di lubuk hatinya, Opi merutuki sikapnya yang selalu bertengkar dengan Sho. Padahal mereka sudah lama tidak bersama seperti ini.

“besok ada waktu?” tanya Sho mencoba berbicara pada Opi sekali lagi.

Opi mengangguk tanda ‘iya’ tanpa membalikkan tubuhnya.

“Kalau begitu bagaimana kalau besok kita kencan?” ajak Sho yang ternyata berhasil membuat Opi berbalik menatapnya.

Mata Opi terbelalak tidak percaya.”Hontou ni?”

“Besok aku jemput, ne?” ujar Sho sambil menyentuh kepala Opi lembut.

Opi mengangguk senang tanda ‘setuju’.

Sepanjang perjalanan pulang, Opi hanya menari-nari aneh dengan senyum mengembang di bibirnya. Opi terlalu senang saat Sho mengajaknya kencan. Pacarku mengajak kencan, batin Opi senang.

Hingga Opi tiba di rumah pun, senyum dan kegembiraannya masih memenuhi hati Opi. Kelakuan aneh adiknya, membuat Tomohisa merasa cemas.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Tomohisa cemas.

“Siapa? Aku?” Opi menunjuk dirinya sendiri.”Onii-chan, aku tidak pernah sebaik ini ahahaha...”jawab Opi senang.

Tomohisa mengelus dadanya pelan. Ia bersyukur adiknya tidak sakit.”Apa ada yang membuatmu senang hari ini?” tanya Tomohisa lagi.

“Un~” Opi mengangguk cepat.

“Apa yang mebuatmu sesenang itu?”

“Besok aku akan ken----“ Opi tiba-tiba menghentikan omongannya.

Opi membatin,”Gawat, kalau Onii-chan tahu aku akan kencan, dia pasti akan bertanya macam-macam. Apalagi kalau Onii-chan tahu aku berpacaran dengan guru, matilah aku. Lebih gawat kalau Papa tahu. Papa tidak akan mengijinkan. Tapi aku tidak enak kalau tidak berbicara dengan Onii-chan. Tapi kalau aku bilang....”

Perang batin terus bergerumuh di dalam diri Opi. Sampai ia tidak sadar kalau ia sudah membuat kakaknya menunggu.

“Opi? Kok diam?” tanya Tomohisa membuyarkan perang batin Opi.

Opi bingung harus menjawab apa. Apa dia harus jujur saja?

”Ano..itu...sebenarnya...”

“Opi, besok kita jadi pergi kan?” tanya seseorang sambil menepuk bahu Opi.

Suara itu. Kei Inoo.

Tomohisa sedikit terkejut mendengar adiknya akan pergi dengan Kei. Bukankah Opi tidak suka dengan Kei?

“Gomen, Tomo Onii-san. Aku lupa bilang kalau aku meminta Opi untuk menemaniku pergi besok. Apa boleh?” tanya Kei meminta izin. Orang yang bersangkutan hanya diam tidak mengerti karena menurut kamus Opi tidak ada namanya pergi dengan Kei Inoo.

“Benarkah, Opi?” Tomohisa berbalik bertanya pada Opi.

Kei Inoo lalu menyikut pelan pinggang Opi seolah ingin berkata “ikuti saja kata-kataku.”

“I..iya. Besok aku mau mengantar Kei pergi. Boleh kan, Onii-chan?” tanya Opi akhirnya.

Sesaat Tomohisa berpikir sesuatu.”Boleh. asal kalian tidak pulang terlambat,” lanjutnya.

Setelah bilang ‘arigatou’, Kei lalu pergi ke atas menuju ke kamarnya. Opi yang merasa butuh penjelasan langsung menyusul Kei.

“Apa maksudnya tadi?” tanya Opi ketus.

“Yang mana?” Kei balik bertanya.

“Kamu bilang aku akan pergi denganmu besok. Kapan aku bilang seperti itu?” tanya Opi kesal.

“Jadi kamu lebih baik bilang kalau kamu akan pergi kencan dengan guru cinta-mu itu pada Tomo-Oniisan?”

Opi kaget karena Kei tahu ia akan kencan dengan Sho besok.”Dari mana kamu tahu?”

Kei menghampiri Opi. Opi secara otomatis mundur karena Kei terus mendekatinya. Dan akhirnya Opi mendapatkan posisinya tidak aman sekarang karena ia diantara Kei dan dinding dengan wajah Kei yang sudah sangat dekat dengannya.

“Kenapa aku tahu?” Kei mengulangi pertanyaan Opi.”karena aku tahu semua tentangmu,” jawab Kei yang membuat wajah Opi panas dan memerah.

“Ap-apa yang mau kamu lakukan?” tanya Opi gugup. Tidak hanya dapat melihat wajah Kei tapi kini Opi dapat merasakan hembusan napas Kei.

Kei berlagak berpikir.”Apa yah? Apa kamu mengharapkan yang lain?” tebak Kei yang makin membuat Opi tidak mengerti.

“Kamu ingin aku melakukan hal yang sama seperti 11 tahun yang lalu?” tambah Kei.

Praktis wajah Opi memerah mengingat kejadian memalukan itu. Opi membuang mukanya sambil memejamkan mata. Ia tidak dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh Kei. Sebenarnya dia takut dan ingin berlari. Tapi tenaga Kei jauh lebih kuat dari pada Opi. Sehingga Opi sulit untuk lepas dari hadapan Kei.

Tiba-tiba Kei makin mendekatkan wajahnya ke wajah Opi. Makin mendekat dan bibir mereka hampir bersentuhan. Dan...

“Yup...sudah!” Kei melepaskan genggamannya lalu akan pergi ke kamarnya.

“Eh?”

“Kamu pikir aku akan melakukannya padamu? Aku tidak selera dengan anak kecil sepertimu,” ucap Kei melenggang pergi .

Opi melempar sendalnya dengan geram. Tapi sayang tidak tepat sasaran karena Kei sudah lebih dulu masuk ke kamarnya.

----

Sesuai dengan rencana, keesokan harinya Opi pergi bersama dengan Kei. Mereka tidak mau kebohongan yang sudah terlanjur dibuat ketahuan oleh Tomohisa.

“Kalau Onii-chan tahu, semua ini salahmu,” putus Opi ketus.

“He? Jadi kamu lebih memilih jujur kalau kamu akan kencan dengan seorang sensei? Baiklah. Aku akan kembali dan bilang pada Tomo Onii-san.”

Sebelum Kei berbalik, Opi sudah menarik tangannya.”Dame~!” kata Opi cepat.

Kei tersenyum senang karena gertakannya berhasil menakuti Opi.

“Harusnya kamu berterimakasih aku sudah membantumu,” Kei menambahkan.

Opi hanya mencibir pelan. Seumur hidupnya ia tidak akan berterimakasih. Apalagi itu bukan maunya untuk dibantu oleh Kei.

Opi sudah di stasiun. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari Sho. Memang permintaan Opi untuk bertemu di stasiun. Akan sangat berbahaya jika Tomohisa atau Papa tahu ia dijemput oleh laki-laki yang baru mereka temui.

Posisinya sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga Yamashita tidak sepenuhnya enak jika mempunyai Papa dan kakak yang super protektif.

Opi seketika berhenti dan menengok ke belakang. Sejak tadi perasaannya tidak enak. Ternyata benar saja. Tidak jauh di belakangnya, Kei masih mengikuti Opi.

“Apa masalahmu?” tanya Opi kesal.

“Apa masalahku?” Kei balik bertanya tidak mengerti.

“Kamu mengikutiku?” tuduh Opi.

“Siapa yang mengikutimu? Aku mau naik kereta. Ini tempat umum. Siapapun boleh ke sini kan?” jelas Kei.

Opi sedikit malu karena tebakannya salah.”Awas kalau mengikutiku,” ancam Opi lalu berbalik dan melanjutkan mencari Sho.

Hari ini stasiun cukup padat karena hari ini hari libur. Hal ini membuat Opi sulit menemukan Sho. Beruntung Sho berada di tempat yang mudah dilihat. Sehingga Opi tidak perlu bersusah payah lagi.

“Gomen..sudah lama?” tanya Opi begitu menghampiri Sho.

Sho menggeleng.”Harusnya tadi aku jemput saja di rumahmu,” kata Sho.

Opi menggeleng cepat.”Daijoubu.”

“Kalau begitu..ayo!” Sho menarik tangan Opi.

Opi merasa hari ini akan jadi hari yang menyenangkan untuknya. Berkencan dengan pacarnya siapa yang tidak senang? Apalagi ini pertama kalinya ia pergi dengan Sho sebagai sepasang kekasih, sama seperti pasangan-pasangan yang lain. Memikirkan hal ini membuat Opi tersenyum sendiri.

“Ada apa?” tanya Sho saat mereka berjalan bergandengan.

“Ah~” Opi kaget karena ditanya seperti itu oleh Sho.”Aku hanya gugup karena ini pertama kalinya kita pergi,” jelas Opi.

Sho ikut tersenyum.”Aku juga,” balas Sho.

“Jadi...kita akan kemana?” tanya Opi.

“Hmm~” Sho tampak berpikir.”Mungkin kita akan pergi menonton,” putus Sho.

“Yahoo~...”seru Opi histeris.”Aku ingin menonton itu.”

Opi menunjuk ke arah sebuah billboard yang menampilkan beberapa cast dari film itu.

“Itu?” tanya Sho meyakinkan lagi.

Opi mengangguk cepat seperti anak kecil yang ditawari balon.”Awalnya aku akan menonton dengan Din. Tapi Din

sepertinya sibuk dengan Keito. Jadi aku putuskan akan menonton bersama Sho-san,” jelas Opi bersemangat.

Sho tertawa pelan melihat tingkah Opi yang daripada disebut pacarnya lebih mirip disebut adiknya. Tapi entah kenapa

Sho justru jatuh cinta pada Opi yang seperti ini.

“Baiklah.”

----

Kei melempar tubuhnya ke sofa empuk di belakangnya. Dia bingung apa yang akan dilakukannya setelah membantu Opi untuk keluar rumah. Dan akhirnya dia terdampar di rumah Daiki Arioka, teman masa kecilnya.

“Ini.” Daiki menyerahkan segelas minuman pada Kei.

“Arigatou.”

Kei meneguk minuman itu dengan cepat.

“Apa kau bodoh?” ucap Daiki tiba-tiba.

“Aku tidak bodoh,” ralat Kei santai.

“Kalau kau tidak bodoh, tidak mungkin kau membiarkan Opi pergi dengan pacarnya,” tambah Daiki gemas. Daiki tahu Opi berkencan dengan pacarnya. Kei menceritakan semuanya begitu ia sampai di rumah Daiki.

“Apa yang bisa aku lakukan?” tanya Kei lebih pada dirinya sendiri.

“Apa maksudmu?”

“Opi...dia begitu membenciku,” lanjut Kei pasrah.

Daiki mengerti yang dimaksud Kei. Ia tahu Kei sudah menyukai Opi sejak mereka kecil. Tapi karena kesalahan kecil di masa kecil mereka, Kei harus pasrah dibenci oleh Opi. Melihat sahabatnya seperti itu, membuat Daiki sangat bersimpati pada Kei.

“Sudah..sudah,” Daiki menepuk-nepuk punggung Kei.”Bagaimana kalau kita memanggil Kou-chan, Hika dan Yuuya? Kita bersenang-senang hari ini.”

Kei diam dan hanya memberikan anggukan.

---

Sesuai dengan perkiraan Opi, kencan hari ini sangat menyenangkan. Walapun hanya kencan sederhana yang sangat umum dilakukan seperti nonton film, makan dan jalan-jalan, tapi Opi menikmati dan ia tidak sabar menunggu kencan selanjutnya dan membayangkan kencan berikutnya pasti akan lebih menyenangkan.

Efek kencan tadi, membuat Opi senyum-senyum hingga ia turun dari kereta. Awalnya Sho akan mengantarnya pulang. Tapi tentu saja karena berbagai alasan, Opi menolak dengan halus. Beruntung Sho mengerti dan tidak memaksa.

Tepat saat kereta pergi, Opi melihat Kei sedang bersandar di salah satu tembok stasiun. Opi sedikit heran, apa yang dilakukan laki-laki itu di sana?

Opi menghampiri Kei yang tidak menyadari kedatangannya karena kepala laki-laki kurus itu sedang tertunduk.

“Kei?” panggil Opi membuat Kei mengangkat kepalanya, melihat orang yang memanggilnya.

“Kau sudah kembali?” tanya Kei begitu sadar kalau yang memanggilnya adalah Opi.

“Un~” Opi mengangguk.”Kau menungguku?” tanya Opi.

Kei lalu berdiri tegak dan menghadap membelakangi Opi.”Kalau kita tidak pulang bersama, Tomo Onii-san akan curiga.”

Opi diam dan berpikir. Semenjak Kei tinggal di rumahnya, selalu ada hal-hal yang tidak dimengerti Opi. Kei yang selalu membuatnya kesal, Kei yang selalu membuatnya marah, Kei yang selalu ikut campur urusannya, tetapi kadang membuatnya senang dan terbantu dengan sikap Kei. Sekarang Opi ragu perasaan seperti apa yang dapat ia ungkapkan untuk Kei karena yang ia tahu ia sangat membenci Kei.

“Ayo!” ajak Kei. Opi mengangguk dan berlari agar langkahnya sejajar dengan Kei.

TBC~

gyaa~ #gali tanah

minta komen ajah deh...

#tenggelam di buku vogel

1 komentar:

Anonim mengatakan...

♥Love your blog♥