Rabu, 02 Desember 2009

[Fanfic] Accidentally In Love (chapter 5)

Title : Accidentaly In Love
Chapter : Five
Author : Din Tegoshi & Nu Niimura
Genre : Romance
Rating : G
Pairing : Miyabu,HikkaPy,TakaDin,Inoopi,Dainu *XD* aneh bgdh…
Fandom : Johhny’s Entertainment, Desperate Housewives
Disclaimer : Py, Miyuy, Din, Opi and Nu belong to theirselves, Hey! Say! BEST and Jin belong to JE. I don’t own them...Comments are LOVE minna~

Accidentally In Love
~Chapter Five~

“Ng, Arioka…”

“Daiki saja”, timpa Daiki sebelum Nu menyelesaikan kata-katanya

“Arioka”, ucap Nu dengan nada datar “..aku ingin mandi sebentar, kau boleh disini kalau masih ingin menunggu hujan reda”

“Iya, aku akan menunggu Nuchan disini. Boleh aku melihat-lihat koleksi DVD milik Nuchan ?”, tanya Daiki sambil tersenyum

“Terserah”, hanya sesaat Nu mengarahkan tatapan dinginnya pada Daiki dan kemudian meninggalkan kamarnya



Di kamar mandi itu. Tempat Nu biasa merendam tubuh lelahnya dalam sebuah bathtub kecil.

Sendirian

Kamar mandi yang sama, bathtub yang sama, suara gemericik air yang sama, dengan pemandangan sebuah tirai yang sama dan aroma sabun mandi yang juga sama…beberapa hari lalu, Nu masih menghabiskan waktu berendamnya bersama Kyo.

“Hh…”, Nu menghembuskan nafas berat, meyibakkan rambut ke belakang telinga kirinya

Piercing-piercing itu, sama dengan yang Kyo miliki

Dan sekarang, Nu hanya bisa merasakan dingin material bathtub mengenai punggungnya. Tak ada tubuh hangat Kyo tempat ia biasa bersandar. Nu merasa dadanya sesak, menyadari sekarang dirinya benar-benar sendirian.



“Kyo-san, sedang apa kau sekarang…? Aku harap kau tidak tertidur saat berendam di kamar mandi…”, Nu bergumam lirih seraya tangannya meraih sebuah kotak bertuliskan Phillip Morris yang berada tak jauh dari bathtub bersama sebuah pemantik kecil

Nu mengeluarkan sebatang isi kotak itu, meletakkan salah satu ujungnya dibibirnya dan menyalakan pematik di ujung lainnya.

Menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskannya kembali. Aroma Phillip Morris, Nu sangat terbiasa, aroma itulah yang biasa dihirupnya ketika bersama dengan Kyo, kini berubah sangat menyesakkan.



“Uhuk, uhuk”, tak lama, perasaan tak enak itu menyerang Nu, kerongkongannya terasa sakit

“Kyo-san…”, Nu memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya. Rokok pertama yang dihisapnya, terasa sangat buruk.





Daiki menatap keluar jendela, hujan masih turun dengan sangat deras. “Nuchan lama…”, gumamnya ketika meletakkan kepalanya dibantal

“Tempat tidur Nuchan nyaman…”, Daiki merasakan semakin lama matanya semakin berat



Nu menemukan Daiki terlelap ditempat tidurnya. Sesaat tatapannya terpaku pada wajah tidur Daiki yang begitu inoccent dan kemudian membentangkan selimut untuk Daiki.



DVD bertuliskan “The Rose Trims Again” masih tergeletak di lantai, Nu kemudian mengambilnya dan memasukkan ke dalam player.





Langit diluar telah berubah gelap. Ketika Daiki membuka matanya, ia melihat Nu, duduk menatap layar tv. Ia sama sekali tak mengerti apa yang dilihat oleh Nu, tapi yang bisa ia pastikan, bahwa Nu sedang terisak.

Daiki beranjak dari tempat tidur Nu, dirasakan ia sudah diselimuti, karena bdannya tak terasa dingin lagi.

“Nuchan...”, panggil Daiki pelan, namun Nu tidak bergeming, hanya menatap layar tv. “Doushita no?”, tanya Daiki lagi, kini ia duduk disebelah Nu yang berlinang air mata.

Nu menggeleng, ia benci dilihat orang lain ketika ia sedang menangis, “Sudahlah Arioka-san...aku tak apa – apa....”, seketika Nu menghapus air matanya dengan sembarangan.

“Kau tidak baik – baik saja...”, jawab Daiki kesal karena Nu masih ingin terlihat kuat.

“Aku baik – baik saja...”, bantah Nu.

“Kalau begitu tersenyum...bukankah kau tidak apa – apa?”

Nu tak mengerti kenapa cowok yang kini duduk disebelahnya itu selalu saja ikut campur urusannya. Nu menoleh untuk memarahi Daiki, saat yang sama Daiki menatap Nu, jarak mereka terlalu dekat. Tanpa aba – aba, Daiki menyentuhkan bibirnya pada bibir Nu, mengecupnya pelan.

Mata Nu masih terbelalak, akan apa yang dilakukan Daiki. Tapi hal itu, dan juga kata-kata Daiki tentang membuatnya tersenyum, justru membuatnya semakin ingin menangis.

“A, ah..Nuchan tidak suka, ya? Ma, maafkan aku, tapi tolong berhenti menangis…”, ucap Daiki dengan nada sedikit panik.

Tak juga Nu berhenti menangis. Karna dalam pikirnya, alasannya untuk tersenyum hanyalah Kyo.

-----------------
“Terima kasih”, ujar Din singkat ketika menerima secangkir coklat panas dari tangan Yuya

“Tak mau bilang terima kasih juga tak masalah”, Yuya duduk di sofa yang berhadapan dengan Din, sesekali menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk

“Uh, terserah, deh…”, Din yang merasa sedang malas berdebat menyeruput coklat yang ada di tangannya, perlahan

“Ng, Dinchan…ternyata kamu cocok juga pakai bajuku”, Yuya melirik kearah Din dengan disertai senyum yang sedikit mengejek

Memang, karna bajunya yang basah, Din terpaksa harus mengganti bajunya. Dan dengan terpaksa, ia harus memakai baju milik Yuya yang memiliki ukuran tak jauh dengan ukurannya

“Diam, orang bodoh tak berhak berkomentar”, Din cemberut

“Heeeeh!”, dengan cepat Yuya beralih duduk kesebelah Din “Apanyaaa?! Aku tak mau dikatai bodoh sama orang bodoh yang bisanya cuma bilang orang lain ‘bodoh’, tapi tak pernah menyadari kalau sebenarnya dirinya sendiri yang bodoh…!”, Yuya dengan gemas menggoyang handuk di kepala Din, cukup keras hingga membuat Din berontak

“Yuya bodoooooooooh! Coklatnya tumpah!!”

Kontan, Yuya merubah posisinya sedikit menjauh

“Lihat. Jadi ketahuan, kan…yang sebenarnya bodoh itu siapa?!”, Dinchan menatap Yuya dengan membelalakkan matanya, sambil menunjuk kaos putih milik Yuya yang dipakainya namun sekarang dengan keadaan berlumur noda coklat

“Ah, ma…”, ucap Yuya tercekat “Sudah, sudah, cepat bersihkan dirimu, karna mungkin akan jadi lengket…”

“Ugh…!”, ujar Din agak kesal dan melempar handuk yang barusn dipakainya tepat ke wajah Yuya kemudian meninggalkan Yuya menuju kamar mandi

“Ugh juga”, Yuya hanya terdiam, tak bisa membalas

Din berjalan menuju kamar mandi keluarga Takaki, melalui beberapa ruangan yang salah satu diantaranya adalah kamar Jin.

Perasaan Din berbunga, melihat pintu kamar Jin sedikit terbuka, menandakan Jin sedang ada di dalam.

Senyum simpul terkembang di wajah Din, melihat punggung Jin terlihat dari luar walaupun hanya samar.

“Jin, tolong dengarkan aku! Bagaimana kau bisa tahu kalau aku sungguh-sungguh, sedangkan kau sama sekali tak mau memberiku kesempatan untuk menjelaskan!”
mata Din terbelalak, melihat seorang gadis seusia Jin beradu mulut dengan laki-laki yang disukainya itu

“Sudahlah, Naomi..aku hanya…”, Jin nampak enggan melanjutkan kata-katanya

Gadis yang disebut Naomi itu mendekat, begitu dekat dengan Jin “Gomen ne…”, seraya Naomi memberikan sebuah kecupan lembut di bibir Jin

“..aku hanya cemburu…”, dan Jin membalas ciuman Naomi, kemudian menarik gadis itu berbaring di tempat tidurnya

Din tak bisa menahan air matanya, namun hanya bisa menangis tanpa suara.

“Benar, jadi ketahuan yang bodoh itu siapa…”, dengan suara yang sepelan mungkin, Yuya perlahan menutup pintu kamar Jin dari belakang Din yang masih berdiri terpaku

Air mata Din terus mengalir, sama sekali tak bisa berbalik ke belakang

“Tak masalah, kok...kalau aku meminjamkan bahuku sebentar”

“Yuya bodoh, bahumu terlalu tinggi…”, Din berbalik, membenamkan wajahnya di dada Yuya, terisak

Perlahan, tangan Yuya mendekap tubuh Din yang tampak rapuh itu, seraya berbisik, “Sebodoh apapun aku, aku tak akan membuatmu menangis seperti ini…”, Yuya berucap lirih, bahkan mungkin Din tak akan bisa mendengarnya.

-----------------------
Miyuy sibuk dengan ponselnya seharian ini. Py hanya memperhatikannya dengan sedikit bingung.


“Miyuy..kau baik – baik saja?”, tanya Py ketika melihat Miyuy tersenyum sendirian.

Miyuy terhenyak, tak sangka Py memerhatikannya, “Ah...aku baik – baik saja..hehehe..”, serunya salting karena ketahuan Py.

“Tadi aku bertanya, kau mau ikut ke kantin tidak?”, tanya Py lagi.

“Gomen..aku tak mendengarnya...”, Miyuy tersenyum, “Kau duluan aja..ne? nanti aku nyusul..”, jawab Miyuy.

Py melangkah sendirian membawa buku sketsanya seperti biasa. Ia benci sendirian. Tapi Din tampak sedang bad mood, dan segera menghilang ke Perpus. Opi dan Nu jarang ke kantin, dan menuju taman ketika istirahat. Ia tak suka perasaan sendirian seperti ini.

“Py py!!!”, teriak seseorang dari belakang.

Py berbalik dan mendapati seorang Hikaru menyapanya dengan senyum lebarnya, gigi gingsulnya tampak pula.

“Hikaru-kun?”, seru Py kaget.

“Mau kemana nona semanis kau berjalan sendirian?”, godanya pada Py.

Wajah Py kontan memerah, “Kantin...”, jawab Py sedikit berbisik.

“Kau sendirian? Mana teman – temanmu?”, tanya Hikaru melihat sekeliling Py.

Py menggeleng, “Mereka sedang sibuk...Hikaru juga sendirian..ne?”

Hikaru tersenyum, “Mereka juga sedang sibuk. Sepertinya kita senasib...jadi..tuan putri...mau ke kantin bersamaku?”, tanya Hikaru ceria.

Py merasakan pipinya makin terbakar karena kata – kata Hikaru. Mereka pun ke kantin sekolah bersama. Hikaru memang teman yang menyenangkan. Py sendiri merasakan ia selalu senang jika berada dekat dengan Hikaru. Py tak cukup berpengalaman dengan cowok manapun. Sifat pemalunya membuat ia susah untuk bergaul dengan cowok. Tapi apakah Hikaru suka padanya? Kenapa Hikaru begitu manis padanya? Untuk berharap pun Py tidak berani.

--------------

Inoo melangkah gamang. Bingung karena dirinya sudah setahun tidak menginjak ke SMA. Rasanya asing walaupun seharusnya ia juga berada disini. Sayangnya ia sudah lulus tahun kemarin.

Sebuah bungkusan ada di tangannya. Sebuah sepatu basket, milik Opi. Inoo memang seharusnya tidak memberi les hari ini. Tapi karena ada urusan, Inoo ke rumah keluarga Opi, ternyata sepatu basket milik Opi tertinggal, dan ibunya meminta Inoo ke SMA untuk sekedar memberikan sepatu itu. Kebetulan apartemennya satu jalur dengan SMA tempat Opi sekolah.

Sekolah sudah lengang, tentu saja karena jam pulang sekolah sudah lewat. Inoo diberi nomer telepon Opi, ia mendialnya, tak lama telepon itu diangkat.

“Moshi – moshi?”, angkat Opi.

“Moshi – moshi..Opi-chan? Inoo desu...”, jelas Inoo.

“Eh?? Inoo?? Ada apa?”

“Kau dimana? Aku membawakan sepatu basketmu..tadi kau meminta Yuuri yang kesini kan? Kebetulan apartemenku searah dengan SMA mu..maka aku yang membawakannya.”, jelas Inoo panjang lebar.

Opi masih shock mendengar suara Inoo di ponselnya, segera tersadar ketika Nu menyenggol tangannya.

“Ah!! Sokka...kau tunggu di gym saja..aku segera kesana.”, Opi segera menutup teleponnya.

“Siapa?”, tanya Nu.

“Inoo Kei...aku harus ke gym!!”, seru Opi mengambil tasnya.

Nu hanya mengangkat bahu dan meninggalkan kelas.

Sementara itu Inoo sedikit kesulitan menemukan dimana Gym berada. Ia berjalan menyusuri koridor, pendengarannya menangkap melodi – melodi yang dirasanya sangat familiar. Inoo terus berjalan ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari ruang kesenian.

Melodi itu, permainan piano seorang siswi.

Tenang dan anggun.

Ketika melihat sosok itu dari belakang, Inoo segera dapat mengenali, lagu kesukaannya sejak ia bisa memainkan piano, dan juga pemain dari lagu itu.

Inoo terdiam sebentar, berusaha tak terlihat terlalu kaget, “Aya-chan?”, panggil Inoo lirih.

Gadis yang dipanggil Aya-chan itu tampaknya sadar bahwa ia sekarang tidak sendirian di ruangan itu, berbalik untuk melihat siapa yang datang.

“Eh?!! Kei-chaaaann?”, serunya takjub.


“Jadi...kenapa kau kesini? Mencariku? Hihihi..”, kikik Ayame ketika akhirnya Ayame mengantar Kei ke gym.

Inoo tertunduk, “Tidak..aku hanya mengantarkan sepatu basket ini...Aya-chan..genki da ne?”

Ayame mengangguk, “Un!! Genki desu!! Kei-chan wa? Suasana tempat les tidak semenyenangkan saat Kei-chan disana..”, jelas Ayame sambil cemberut.

Inoo menatap Ayame. Itu masih Ayame yang dulu, Ayame yang ia kenal. Ayame adalah teman les pianonya, tepatnya mereka seharusnya seangkatan. Namun seperti diketahui, Inoo mengikuti akselerasi. Inoo dan Ayame dulu selalu bersama. Ayame yang manja selalu dilindungi oleh Inoo.

“Aya-chan...masih les piano?”, tanya Inoo lagi.

Ayame beranjak dan mengambil sebuah bola basket, “Masih...kita akan adakan konser...Kei-chan ikut saja..aku selalu tak sinkron dengan pemain lain...partnerku yang terbaik hanya Kei-chan...”, kata Ayame lalu melemparkan bola basket itu, tapi ia bukan pro sehingga sama sekali tak menyentuh ringnya, “Itaai~”, keluh Ayame tiba - tiba.

Inoo secara refleks melemparkan bungkusan sepatu basket Opi dan berlari menuju Ayame.
“Daijoubu?”, tanya Inoo meraih tangan Ayame.

Ayame menggeleng, “Hanya sedikit terlipat tadi..hehehe, Kei-chan terlalu mengkhawatirkan aku..”, katanya lalu tersenyum.

Inoo mengacak pelan rambut Ayame, “Baka!! Tanganmu itu lebih berharga dari bola basket manapun..mengerti?!”

Ayame mengagguk, “Mengerti..aku mengerti Kei-chan...”

Inoo tersenyum, kembali memeriksa tangan Ayame.

Dada Opi terasa sesak. Oke...dia datang disaat yang tidak tepat. Opi tak akan se shock ini jika ia tak melihat senyum Inoo. Senyumnya berbeda dari biasanya. Dengan sekali lihat pun ia tahu, Ayame adalah orang yang berharga untuk Inoo. Mereka terlihat terlalu sempurna berdampingan. Tidak ada yang tidak kenal Sakurazawa Ayame. Cewek yang sekarang menjabat sekertaris OSIS itu dikenal sebagai pianis handal, dia juga kaya, cantik dan anggun.

‘Aya-chan? Kei-chan?’ mereka sudah dekat, itu pasti. Pandangan Inoo yang melindunginya, senyum hangatnya...bukan untuk dirinya. Dadanya seakan ingin meledak, untuk pertama kali ia merasa tak punya kekuatan apapun. Entah kenapa buatnya menangis itu ada dalam kamus seorang Opi.

“Sial!!”, bentaknya pelan pada dirinya sendiri, “Dia bukan siapa – siapaku!! Tapi kenapa rasanya tak rela melihatnya dengan orang lain..”, air matanya kembali mengalir.

--------------

From: Yabu-kun
Subject: Morning
Ohayou~ apakah aku mengganggumu terlalu pagi?
*laugh* hope you’ll ok...^^

To: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Ohayou~
Aku sudah bangun dari tadi Yabu-kun...
dan aku baik – baik saja...*smile*
ketemu di sekolah..ne?

From: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Yup..ketemu di sekolah...
Cuaca hari ini cerah sekali..
(image 12)
--kireii na sora—

To: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Gambar langit yang indah sekali..
Kau mengambilnya dari jendela kamarmu?
(image 13)
---sora from my window---

From: Yabu-kun
Subject: Re:Morning
Aku mengambilnya dari jendela kamarku..
*smile* aku akan membalasmu nanti...
Sepertinya ibuku sudah mulai cerewet,,
Ne?

Miyuy menutup slide Ponselnya. Tersenyum sendiri pada layar Ponselnya yang menunjukkan langit sore hari dari jendela kelas Yabu, foto itu Yabu kirimkan kemarin sore. Miyuy dan Yabu sudah sering saling mengirimkan mail sejak mereka terjebak di sekolah tempo hari. Sejak saat itu hubungan mereka semakin dekat. Setidaknya itulah yang Miyuy rasakan.

Miyuy memantapkan langkahnya. Hari ini ia membawakan bekal untuk Yabu. Ini surprise, ia sendiri hanya ingin memperlihatkan hasil masakannya pada Yabu. Tapi Miyuy tak ingin pergi sendiri, ia melirik ke semua temannya yang sedang tidak bersemangat.

Din hanya tertunduk, menatap layar ponselnya dengan sedih. Nu sedikit terlihat bingung sejak kemarin. Bahkan seorang Opi matanya terlihat bengkak, apa ia menangis? Seorang Opi??!!

Miyuy menatap Py yang tampak sibuk dengan sketsanya.

“Py...maukah kau mengantarku?”, tanya Miyuy takut mengganggu Py yang sedang menggambar.

Py menatap Miyuy dan mengangguk, “Baiklah...”

“Mereka kenapa ya?”, tanya Miyuy pada Py.

Py menggeleng, “Aku tak tahu, kenapa mereka terlihat seperti habis menangis ya? Bahkan Opi juga begitu...”

Tak terasa mereka sudah ada di depan kelas Yabu. Py bingung kenapa mereka kesana.

“Miyuy...apa yang akan kita lakukan?”, tanya Py bingung.

Miyuy menunjukkan sebuah bungkusan bento yang cantik. “Aku mau memberikan ini..”, kata Miyuy tersipu.

“Untuk Kota-kun?”, tanya Py.

Miyuy mengagguk

“Wah....Miyuy ternyata sudah dekat dengan Kota-kun ya?”

“Begitulah..”, jawab Miyuy tersipu lagi.

Miyuy membuka slide Ponselnya.

To: Yabu-kun
Subject:
Yabu-kun..aku diluar kelasmu...
Bisakah keluar sebentar...
^^

Yabu kaget menerima pesan dari Miyuy. Apa yang Miyuy lakukan di luar kelasnya?

“Anou...Miyuy...Aku pergi ke toilet sebentar ya?”, pamit Py tiba – tiba.

Miyuy hanya mengagguk karena saat itu Yabu keluar dari kelasnya.

“Miyuy..doushita no?”, tanya Yabu bingung.

Miyuy menyerahkan kotak bento nya, “Ini...untuk Yabu-kun...”, ujarnya malu – malu.

Yabu tersenyum. Mengambil bungkusan di tangan Miyuy. “Arigatou na...Miyuy-chan...”, katanya lalu tersenyum.


Py baru saja keluar dari kamar mandi, ketika mendapati seorang Hikaru sedang di koridor.

Jantungnya seketika itu seakan berdetak lebih cepat.

“Betulkah nona manis? Hahahaha..”, tawa Hikaru begitu keras sehingga Py bisa mendengarnya.

Nona manis? Hmmm...Py memberanikan diri untuk mengintip sedikit apa yang terjadi. Hikaru memang populer diantara gadis – gadis, tapi Py tak menyangka Hikaru memang baik pada semua gadis. Lalu kenapa ia merasa special kemarin? Dia hanya berangan tentang Hikaru baik padanya, Hikaru menyukainya itu hanya ada dalam pikirannya.

Py seketika itu berlari ke atap sekolah, menangis tanpa suara, kecewa terhadap dirinya sendiri. Ia hanya terlalu banyak berkhayal, ia harusnya tidak berfikiran bahwa seorang Hikaru bisa menyukainya.

Terisak

Hatinya sakit tanpa ia sadari, ia benar – benar menyukai Hikaru.

Miyuy mengejar Py yang tadi berlari ke atap.

“Py...daijoubu?”

Py hanya terus terisak.

“Hahahaha....”, terdengar tawa dari beberapa orang.

Miyuy merapatkan diri dengan Py dibalik sebuah tembok, berharap tidak dilihat.

“Sudahlah Yabu..tak perlu menutupinya lagi...kau punya pacar kan?”, tanya seseorang.

Miyuy mendongak, dan menemukan Yabu, Hikaru, Taiyou dan Shoon disana.

“Benarkah?”, tanya Hikaru yang sejak tadi tidak ada di kelas.

“Iya benar..bahkan ia diberi bento...kau pacaran dengan Miyuy itu kan? Dia anak kelas B kan?”, kata Shoon tertawa.

“Chigau yo!!!”, bantah Yabu, “Aku tidak ada hubungan apa – apa dengan gadis itu!!”, katanya tersipu.

“Tapi kau suka padanya kan?”, tuduh Taiyou dengan sedikit memaksa.

“Chigau!! Aku tak menyukainya...”, bantah Yabu lagi.

Kini giliran Miyuy yang menangis. Entah apa yang Yabu pikirkan? Jadi ia hanya bermain – main dengan semua mail yang sudah dia kirimkan? Atau bagaimana? Miyuy bingung, dan memeluk Py yang juga masih terisak.

Siang itu begitu menyakitkan bagi mereka berdua.

TBC~

N.B: Saia dan anak saia kembaliiiiiiii~ wakakakak...gomen telat banget....qta berdua mengalami ke ngestagan *bahasa apa ini* tingkat tinggi...jadi males nulis...
ini sekalian ultah hika deh...
hika..otanjoobi omedetou~
hahahahaha...
^^
silahkan dibaca..semoga chap selanjutnya lancar, cuma berjarak seminggu ato 2 minggu...

~dinchan to nuchan ryori~

Senin, 14 September 2009

[FANFIC] Lucy -oneshoot-

nyahahahahaha
akir nya, saia muncul lagi di warung desperate housewives
mau post fanfic, ah XD
fanfic jyaniz seperti biasa XD

enjoy~



Title : Lucky –oneshoot-
Author : Nu Niimura
Genre : Fluff, a lil bit Shounen Ai *is Ramadhan now, yaoi is not allowed*
Pairing / Band : YabuxInoo / Hey! Say! JUMP
Fandom : Hey! Say JUMP, Johnny’s Entertainment
Rating : PG-13
Disclaimer : Kei Inoo and Kota Yabu belong to Johnny’s Entertainment. I don’t own them, but the ficcie is mine.
Warning : A lil bit Shounen Ai, pujian berlebihan terhadap makhluk sipit bernama Kei Inoo =____=
A/N : Another HSJ ficcie of mine. Tolong abaikan fakta kalo skolaan Yabu bukan di Horikoshi. Belakangan ini saia mikir kalo Inoo jadi semakin uke XD *lol*. Yang bilang Inoo gapantes maenan ama sport, angkat tangan ! *BGM: Sadie – CHILDREN OF DESPAIR*


Tahun ajaran baru. Bukan hanya berarti banyak siswa baru yang masuk ke sekolah untuk menggantikan siswa yang telah naik kelas, begitu juga dengan team basket SMA Horikoshi. Tahun ajaran baru di sekolah membuat mereka harus melakukan seleksi untuk anggota baru.

“Berikutnya”, seru Kota Yabu, kapten team basket SMA Horikoshi yang sudah sejak beberapa menit lalu menyaksikan perkenalan dari calon anggota baru team basket

“Inoo Kei desu. Aku akan bermain sebaik yang aku bisa. Mohon bimbingannya”
Yabu agak terheran melihat sosok ramah itu memperkenalkan diri dan sekarang membungkukkan badan di depannya

“Inoo-kun? Inoo-kun dari kelas 2A, kan?”, tanya Yabu dengan nada sedikit bingung
“Sou desu”, jawab Inoo dengan tak lupa menyertakan senyuman ramahnya

Yabu sama sekali tak menyangka, Inoo Kei akan mengajukan diri untuk bergabung kedalam tim basket sekolah, apalagi setelah ia duduk dibangku kelas 2, siswa kelas 2 yang mendaftar di tahun ajaran baru memang jarang terjadi di team nya.
Kei Inoo, tak ada satupun di Horikoshi yang tidak mengenalnya. Siswa teladan dari kelas 2A. Inoo yang jadi populer di sekolah bukan hanya karna wajahnya yang tampan, tapi juga karna otak nya yang cerdas. Lain hal nya dengan Yabu, kapten team basket sekolah dari kelas 2C yang tak kalah populer nya. Yabu memang cuek dan tidak memperhatikan Inoo, tapi tetap saja ia tahu beberapa hal tentang Inoo karna banyak siswi membicarakan Inoo. Yang Yabu tahu, Inoo pernah tergabung dalam klub musik sekolah dan mahir memainkan piano. Mau jujur ataupun tidak, permainan piano Inoo sempat memukau Yabu pada saat festival kebudayaan tahun lalu.

“Are, Inoo-kun, apa yang mendorongmu untuk bergabung dengan team basket?”
Dipikiran Yabu, Inoo adalah seorang kutu buku yang hanya biasa belajar atau bermain piano

“Aku ingin mencoba sesuatu yang baru diluar kebiasaanku. Apalagi melihat aksi Yabu-kun di kejuaraan Nasional tahun lalu, aku melihatnya sebagai hal yang hebat…”, jawab Inoo lancar
“O, oh…begitu”, mau diakui atau tidak, Yabu sedikit tersipu mendengar jawaban dari Inoo
Ya, tahun lalu team basket Horikoshi sempat menempati peringkat kedua di kejuaraan nasional. Kemampuan Yabu membuatnya langsung diterima sebagai anggota team inti sekalipun masih kelas 1 dan langsung dinobatkan sebagai kapten begitu naik ke kelas 2.

“Baiklah, Inoo-kun. Jangan berharap karna kau sudah kelas 2 dan juga siswa populer di Horikoshi, kami akan menerimamu dengan mudah. Tunjukkan permainanmu !”, seru Yabu seraya melempar bola basket kearah Inoo

Melihat Inoo bergerak lincah ditengah lapangan membuat Yabu terpukau. Selama ini Yabu yang selama ini melihat Inoo sebagai siswa yang hanya pintar dalam hal belajar, begitu terpukau melihat permainan basket Inoo. Drible nya memang sedikit kurang mantap, tapi tembakan-tembakannya dominan tepat. Baik rebound, slam dunk maupun three point.

~~~

“Ini”, Inoo menawarkan sebotol air mineral pada Yabu
“Terimakasih”, jawab Yabu menerima botol yang diberikan Inoo padanya

Sii__________________________________________ing
Selama beberapa menit kedua nya terdiam.

“Ng, Inoo-kun…bagaimana pendapatmu setelah beberapa minggu bergabung dengan team basket?”, akhirnya Yabu membuka pembicaraan diantara mereka
“Menyenangkan. Selama ini, aku hanya memandang kalian yang sedang latihan melalui jendela perpustakaan. Ternyata bermain dilapangan juga menyenangkan. Apalagi karna ada Yabu-kun. Yabu-kun kapten yang hebat…”, tanpa melihat kearah lawan bicaranya, Inoo yang sejak tadi duduk disamping Yabu terus bertutur lancar sembari tersenyum
Sesaat Yabu menolehkan kepalanya, menatap wajah Inoo yang tersenyum, begitu tenang dan ramah. Tanpa disadari, Yabu sudah tidak mendengarkan apa yang dikatakan Inoo

“Manis…”, ucap Yabu tanpa sadar

“Ng? Ada apa, Yabu-kun? Apanya yang manis?”, tanya Inoo, mengacaukan lamunan Yabu

“Eh! Ng, itu…minumannya manis. Pocary sweat rasanya manis”, Yabu sebisa mungkin mengeluarkan setiap kata yang terlintas dipikirannya
“Pocary sweat? Tapi kan kita hanya minum air mineral…”, Inoo terheran
“Ng, ya…aku tahu itu”, Yabu hanya bisa menundukkan kepalanya, memusatkan pandangan pada sepatu basket yang dipakainya. Semata hanya untuk menyembunyikan wajahnya yang mungkin sekarang sudah berubah merah karena malu

“Ha ha ha, Yabu-kun ada-ada saja”, Inoo tertawa, tanpa sadar Yabu berpikir Inoo akan terlihat lebih manis ketika tertawa seperti itu dan ia ingin melihatnya, namun menyadari bahwa mukanya sekarang memang sudah berubah merah, membuat Yabu terpaksa memilih untuk hanya melihat sepatu basketnya saja

“Sudah sore, aku mau pulang…”, ujar Yabu seraya bangkit dari duduknya dengan sebisa mungkin Inoo tak melihat wajahnya
“Yabu-kun, bisa kita pulang sama-sama?”, tanya Inoo
“Y, ya…cepat ganti bajumu”, jawab Yabu dan kemudian berjalan menuju ruang ganti team diikuti oleh Inoo

~~~

Yabu dan Inoo sudah ada di kereta. Tapi penuhnya kereta membuat mereka harus berdiri berdesakkan. Dan entah suatu kesialan atau keberuntungan untuk Yabu, ia harus berdiri tepat berhadapan dengan Inoo.
Sepanjang jalan, Yabu terus berusaha untuk melihat kearah lain selain Inoo, tapi tidak bisa karna kereta saat itu memang sedang penuh.
Beberapa kali, Yabu kembali mengamati wajah Inoo yang tampak sedikit lelah namun tetap terlihat manis.
“Huwaaa”, kereta mengerem, membuat penumpang yang berdiri sedikit terdorong, tak terkecuali Inoo, ia menabrak Yabu yang berdiri di depannya dengan sukses. Tinggi Inoo yang tidak terlampau jauh dari Yabu membuat mereka bertatapan dalam jarak yang sangat dekat
“Gomennasai…”, kata Inoo membetulkan posisi berdirinya
“Daijoubu dayou, memang sering terjadi”, Yabu sama sekali tak bisa melihat kearah Inoo

“Soshite, aku turun distasiun ini. Sampai jumpa, Yabu-kun…”, ujar Inoo bersiap mencari jalan keluar dari kereta
“Ya, sampai jumpa…”, balas Yabu sekenanya

“Ng, Inoo-kun…”, Yabu kembali memanggil Inoo ketika Inoo sudah sedikit menjauh darinya
“Ya?”, Inoo kembali menoleh

“Tidurlah yang cukup”

Dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah di pelipis matanya dan tentu saja dengan disertai senyuman khasnya, Inoo menjawab “Siap, kapten”
Wajah Yabu kembali memerah, ia sendiri tak tahu kenapa ia harus memanggil Inoo kembali dan mengucapkan kata-kata itu. Setidaknya, ia sekarang tak harus menyembunyikan wajahnya karna Inoo turun dari kereta.

Bahkan saat kereta kembali berjalan, Yabu masih terus termangu, tetap berdiri sekalipun bangku untuk duduk sudah lumayan kosong.

“Hah? Stasiun mana ini?”, Yabu tersadar ketika kereta kembali berhenti. Ternyata stasiun dimana ia harus turun sudah terlewat.

~~~

“Uughh…”, sejak beberapa jam lalu, Yabu berusaha keras menyelesaikan soal-soal matematika dihadapannya, tapi tak juga selesai karna konsentrasinya selalu terbelah pada Inoo yang sore tadi sukses membuatnya salah turun stasiun

Rrrrrrrr~
Ponsel Yabu bergetar. Sebuah panggilan masuk.

Inoo Kei calling…

Yabu sedikit tak percaya dengan apa yang ia baca di layar ponselnya

“Moshi moshi, Yabu desu”, jawab Yabu sebiasa mungkin
“Apa aku mengganggumu, Yabu-kun?”
“Ng, tidak…”, Yabu berbohong “Ada apa Inoo-kun?”
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang tak ada kerjaan, jadi ingin ngobrol dengan Yabu-kun…”
Yabu terdiam sesaat “Bagaimana dengan belajar? PR nya sudah selesai?”
“Sudah selesai sejak tadi, karna nya aku agak bosan…”
“Begitu ya…”

Keduanya terdiam selama beberapa menit

“Hi hi hi hi…”, Yabu bisa jelas mendengar suara Inoo yang terkikik diseberang sana

“Eh? Ada apa, Inoo-kun?”

“Tidak, tidak…tak ada apa-apa…”, jawab Inoo “Oh ya, besok hari valentine, bukan? Pasti Yabu-kun akan menghabiskan hari bersama pacar Yabu-kun, senangnya…”
“A, ah..aku tak punya pacar?”
“Uso~ Yabu-kun pasti bercanda…!”
“Uso jyanai yo”, jawab Yabu, beruntung ia tak harus menyembunyikan wajahnya yang malu-malu dari Inoo
“Tapi Yabu-kun pasti akan dapat banyak coklat, kan?”
“Pasti Inoo-kun juga…”

Obrolan telepon antara Yabu dan Inoo terus berjalan hingga malam semakin larut. Bahkan Yabu melupakan PR matematikanya.


~~~

Keesokan harinya, di sekolah

“Hh~”, Yabu menghembuskan nafas, menyandarkan punggung di pintu gudang peralatan olahraga yang dimasukinya

“Yabu-kun sering menghabiskan jam istirahat di gudang peralatan olahraga, ya?”, suara itu, suara yang sudah tak lagi asing
Dan tak lama kemudian, Yabu sudah bisa melihat sosok berwajah tenang itu tersenyum padanya, Inoo

“Inoo-kun?”, Yabu seakan tak percaya
Tujuannya bersembunyi diruang peralatan olahraga dari gadis-gadis yang histeris ingin memberinya coklat valentine malah membawanya berduaan dengan Inoo

“Mereka merepotkan”, ujar Yabu, duduk disamping Inoo yang sudah lebih dahulu duduk bersandar pada papan lompat
“Hi hi”, Inoo hanya terkikik “Tapi yabu-kun pasti sudah dapat banyak coklat di loker, kan?”
“Kamu juga, kan?”
“Tapi Yabu-kun pasti dapat lebih banyak…”
“Mana mungkin, kamu yang dapat lebih banyak…”
“Yabu-kun dapat lebih banyak”
“Bukan”
“Iya”
“Ha ha ha”, keduanya terbahak, menyadari konyolnya pembicaraan mereka

“Ng, Yabu-kun…aku punya ini, makanlah, Yabu-kun belum makan siang, kan?”, ujar Inoo mengeluarkan sebuah waffle coklat dari saku celananya

“E? Nani kore?”
“Anggap saja coklat valentine dariku untuk Yabu-kun…”
Wajah Yabu seketika kembali berubah memerah
“Ma, mana ada yang begitu, menerima coklat valentine dari sesama laki-laki!”
“Kalau begitu kita makan sama-sama…”, tanpa persetujuan Yabu, Inoo membelah dua waffle nya dan memberikan satu bagian pada Yabu

Walaupun dengan menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, akhirnya Yabu memakan waffle pemberian Inoo. Ia merasa aneh, padahal selama ini, coklat valentine yang ia dapatkan sama sekali tak pernah dicicipi.

“Harusnya, waktu mau bersembunyi, kita bwa kotak bekal, ya…”, Inoo berujar tiba-tiba

“Ng, Inoo-kun…dibibirmu ada coklat…”
“Eh?”
Yabu perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Inoo, dan dengan alasan itu, mendaratkan bibirnya dengan lembut di bibir Inoo.









“Ko-chan? Ko-chan?”
Yabu mendengar suara itu memanggil manggil namanya. Suara dari seorang yang biasa memanggilnya dengan sebutan itu

“Inoo-kun?! Maaf!!”, Yabu terbelalak, sangat kaget hingga dirinya terjatuh dari sofa tempat ia tidur
“Inoo-kun? Maaf?”, Inoo memiringkan kepalanya, bingung

“Eh? Kei-chan? Kita tidak sungguhan…ng…”
“Ah, aku tahu! Ko-chan, tadi kau tertidur lumayan lama, bahkan sempat mengigau dengan menyebut-nyebut ‘Inoo-kun’…”, Inoo menjelaskan
Dalam hatinya, Yabu berteriak. Namun, hanya bisa menyembunyikan wajah merahnya

“Ko-chan, kau memimpikan aku, ya?”, tanya Inoo dengan nada sedikit menggoda
“Tidak”, Yabu berbohong
“Bohong! Ayo ceritakan, ceritakan…”, Inoo menarik-narik lengan baju Yabu
“Tidak ada cerita…”, wajah Yabu menjadi semakin merah

“Ya sudah kalau begitu. Aku membangunkanmu karna fitting baju kita sudah hampir dimulai. Jadi, ayo…”, Inoo berdiri, mengulurkan sebelah tangannya pada Yabu yang masih terduduk di lantai. Tersenyum
Yabu selalu menyukai senyuman itu, seperti senyuman seorang Kei Inoo yang ramah dalam mimpinya. Selalu nampak manis dimata Yabu

“Andai saja Kei-chan perempuan…”, pikir Yabu “Tapi, dengan beginipun, aku bersyukur karna bisa memilikinya…
Sahabatku…”

“Apa ini?”, tanya Inoo sedikit heran ketika Yabu merangkul lehernya dari belakang
“Aku baru bangun dari tidur, kakiku masih agak lemah…”, jawab Yabu

“Banyak alasan…”, Inoo sedikit berkeluh, namun Yabu tahu, Inoo pasti tidak keberatan
“He he”


= OWARI =



comments are loooooooooooooveeeeeeeeeeee <3

Kamis, 20 Agustus 2009

Fanfic: Accidentally In Love (Chapter 4)

Title : Accidentaly In Love
Chapter : Four
Author : Din Tegoshi & Nu Niimura
Genre : Romance
Rating : G
Pairing : Miyabu,HikkaPy,TakaDin,Inoopi,Dainu *XD* aneh bgdh…
Fandom : Johhny’s Entertainment, Desperate Housewives
Disclaimer : Py, Miyuy, Din, Opi and Nu belong to theirselves, Hey! Say! BEST and Jin belong to JE. I don’t own them...Comments are LOVE minna~

Accidentally In Love
~chapter Four~

“Tadaima~”, Opi melangkah masuk ke rumahnya. Terasa dingin. Tak ada Ibunya yang menjawab seperti biasanya.

Hari ini ia pulang lebih awal, biasanya ia pulang bersama – sama dengan keempat sahabatnya, tapi karena awalnya ia bermaksud latihan basket, ia pulang duluan, namun ternyata latihan tersebut batal sehingga ia terpaksa pulang sendirian.

Saat masuk, Opi sedikit heran, alunan piano pun tak terdengar dari ruang tengah, Opi merasa aneh. Apakah memang Inoo belum datang? Begitu pikirnya.
Opi masuk ke dapur, mencoba mencari sosok Ibunya, ternyata tidak ada.


Opi, Okaa-chan pergi ke Supermarket dengan Yuuri
Sudah ibu siapkan makan siang.


Ternyata Ibunya ke Supermarket, Opi agak sedikit lega, tiba – tiba saja terdengar hujan turun.

Opi berfikir, apakah ibuny dapat pulang sore ini? Ia pun bergegas ke ruang depan, Semua payung masih tersimpan rapi disitu. Berarti Okaa-chan dan Yuuri tidak bawa payung.
Huuft...ini artinya ia akan sendirian sampai mereka datang.

TING TONG....

Bel rumah berbunyi. Opi heran, bila itu Ibunya, pasti sudah masuk tanpa memencet bel terlebih dahulu.

Opi membuka pintu depan.

“Ano....gomen aku telat....hujan.”, jelasnya singkat.

Opi mematung.

Inoo berdiri tepat dihadapannya dalam keadaan basah kuyup.

Seakan baru sadar bahwa yang ada di hadapannya adalah Opi, Inoo menatap Opi, “Gomen...aku kira...”

Opi masih terdiam.

“Dajoubu ka?”, tanya Inoo.

“Ahh....iyah...gomen...masuk saja. Okaa-chan dan Yuuri terjebak hujan di Supermarket. Jadi sepertinya akan lama...” jelas Opi.

“Sou ka...bolehkah aku menunggu disini saja?”, tanya Inoo.

Opi mengangguk. Inoo menuju ruang tengah, badannya masih basah kuyup, Opi bergegas mengambil handuk bersih.

“Ini...”, kata Opi menyodorkan handuk putih itu.

“Arigatou...”, katanya lalu mulai mengerikan diri.

‘Sial! Kenapa dalam keadaan basah kuyup ia tetap tampan!!”, rutuk Opi dalam hati.

“Ah...tunggu sebentar, aku ambilkan ocha hangat.”, kata Opi sambil berdiri menuju dapur.

Opi terus membatin, dipikirannya, kenapa juga dirinya harus doki – doki pada mahasiswa tingkat satu itu. Sebenarnya Inoo seumuran dengannya, seharusnya masih SMA. Tapi kata Okaa-chan, Inoo akselerasi setahun, sehingga sekarang ia sudah kuliah, jurusan arsitektur.

Dari ruang tengah terdengar alunan tuts piano. Itu Rainfall Prelude. Opi tahu karena Onii-chan dulu suka memainkannya ketika hujan turun.

“Ano...ini ochanya..”, kata Opi tak enak mengganggu Inoo.

Inoo berhenti, mengambil ocha yang disodorkan oleh Opi, “Arigatou..” katanya lalu menyesap Ocha tersebut.

Inoo meletakkan ocha di meja, kembali memainkan Raifall Prelude.

Opi yang berdiri di belakang Inoo tiba – tiba berkata, “Rainfall Prelude...”

“Shiteru?”, tanya Inoo lalu menggeser duduknya, memberi ruang untuk Opi duduk disebelahnya.

“Uun...Onii-chan sering memainkannya.”, jelas Opi yang kini sudah berada disebelah Inoo.

“Sou ka..."

“Inoo-san...”

“Terlalu formal. Panggil saja Kei.”, potong Inoo.

“Anoo..Kei...kenapa kau mengajar piano?”, pertanyaan ini memang selalu mengganggu pikirannya.

“Hmm...aku kuliah jurusan arsitektur. Kau tahu?”

Opi mengagguk.

“Itu pilihanku, Ayah menentang keras karena seharusnya aku kuliah bisnis seperti keinginannya...itu kenapa aku harus bekerja untuk kuliah ku...”, katanya lalu tersenyum. Pembicaraan itu berlangsung hingga Okaa-chan dan Yuri pulang.
---------------------

Sialnya Yabu hari itu. Tadi sebelum pulang sekolah, ia berniat untuk kabur dari piket seperti biasanya, tapi hari itu Hikaru kabur duluan dan entah siapa yang memberi tahu wali kelasnya, hari ini ia ketahuan akan kabur sehingga ia kini harus piket sendirian.

Ponsel birunya seketika berbunyi, tanda SMS masuk.

From: Taiyou
Subject: hehehe
Kali ini kau harus piket sendirian..jya ne~

Ternyata Taiyou yang memberi tahu wali kelasnya, sehingga ketika akan kabur, Pak Guru sudah menunggunya di depan pintu.

Miyuy yang hendak pulang bersama Din, ketika ia menangkap sosok Yabu yang sedang berada di kelas sendirian. Langkah Miyuy terhenti sejenak.

“Jadi...Miyuy!!kau tak mendengarkanku ya?”, seru Din yang menyadari Miyuy kini sudah ada di belakang.

“Dinchan....aku harus ke ruang klub!!”, serunya tiba – tiba.

“Kau bilang hari ini tak ada kegiatan klub?”, tanya Din heran.

Miyuy tampak bingung, “Itu...aku harus membereskan ruangan klub!!”, serunya cepat, tersenyum pada Din.

Din mengangkat bahu, “Ya sudah lah...aku pulang duluan ya..”, pamit Din pada Miyuy sambil melambaikan tangan.

Miyuy membalas lambaian tangan Din, setelah Din keluar dari lorong itu, Miyuy kembali memperhatikan sosok Yabu di dalam kelas, wajahnya tampak tidak senang.

Miyuy ingat ramalan yang ia baca semalam di Tobenaitori, “Besok adalah kesempatanmu...”,

Miyuy awalnya tak mengerti apa yang ramalan itu katakan, sekarang ia melihat Yabu dihadapannya. Mungkin inilah kesempatannya mendekati seorang Yabu.

Miyuy memperhatikan Yabu yang sedang menghapus papan tulis. Ia sendirian, memandang cemberut pada sebuah papan tulis.

Sore itu suasana sekolah sepi sekali, sehingga Miyuy sama sekali tak berani mengeluarkan suara sedikitpun.

“You’ve got mail~”, suara itu berasal dari ponsel Miyuy, memecah keheningan sekolah. Miyuy gelgapan mencari ponselnya, Yabu seketika menoleh, mendapati Miyuy dibelakang, dekat pintu.

Miyuy terdiam

Yabu terpaku

“Anoo...”

“Anoo..”, keduanya berbicara pada saat bersamaan.

“Apa yang kau lakukan?”, tanya Yabu.

Miyuy merasakan mukanya memerah, hal ini memalukan, tapi ia pun tak sanggup beranjak.

“Hmmm...aku...hanya....”, Miyuy tak sanggup meneruskan kata – katanya.

Yabu tersenyum, “Kau aneh sekali...”, komentar Yabu.

“Anoo..kau Kota-san kan?”, Miyuy akhirnya memberanikan diri bertanya.

Yabu kembali menoleh, mengangguk sekenanya.

“Kau ingat aku?”, tanya Miyuy berharap Yabu mengingat saat ia menyapa Miyuy pagi itu.

Yabu berfikir sebentar, memandang Miyuy dengan seksama.

Tiba – tiba Yabu mendekati Miyuy,“Morning, ma hun…”, Yabu pun tersenyum, “Maaf...hari itu aku kena dikerjai teman – temanku..”, ujar Yabu lalu kebali tersenyum.

“Sou kaa~ apa yang kau lakukan sore seperti ini?tadi kebetulan aku lewat dan menemukanmu disini.”, kata Miyuy sedikit berbohong.

“Piket...”, katanya sambil melangkah ke depan papan tulis.

Miyuy menyusul Yabu, mengambil satu lagi penghapus papan tulis yang ada disitu, membantu Yabu.

“Eh? Apa yang kau lakukan?”, tanya Yabu kaget.

Miyuy tersenyum, “Aku mau membantumu...”

Yabu tak menolak, “Miyuy ya??namamu Miyuy kan?”

Miyuy menoleh, mengagguk pelan.

Suasana kembali hening, hanya gerakan – gerakan keduanya menghapus papan tulis. Tiba – tiba saja diluar hujan turun deras.

“Yabai! Aku tak bawa payung!”, keluh Yabu, “Kau bawa payung?”, tanya Yabu pada Miyuy.
“Tidak...”, jawab Miyuy pelan.

“Hahaha...”, Yabu tertawa.

Miyuy bingung apa yang Yabu tertawakan.

Tangan Yabu bergerak, menyentuh pipi Miyuy, “Kurasa seharusnya kau menghapus papan tulis...bukan pipimu..”

Miyuy kaget.

“Gomen...hanya gerakan refleks...”, seru Yabu menarik kembali tangannya.

Miyuy hanya tertunduk, ia yakin wajahnya kini sudah semerah tomat.

“Kurasa kita harus diam di sekolah sampai hujan berhenti. Kau tak ingin hujan – hujanan kan?”, tanya Yabu pada Miyuy.

Miyuy menggeleng, masih menunduk.
-----------------------------

Daiki memasuki perpus dengan menenteng banyak buku. Ia bermaksud mengembalikan buku – buku yang ia pinjam kemarin untuk referensi tugasnya. Ketika ia menemukan sosok itu, sosok yang belakangan ini ia cari.

Nu merutuki diri sendiri, ia tak rela waktu pulangnya ini ia habiskan di perpus. Ini karena tugas tambahan yang Jun-sensei berikan akibat ia tertidur lagi di kelas.

“Dia sendiri yang mengajar terlalu membosankan...”, keluh Nu kesal.

Perpustakaan sudah sepi, hanya ada beberapa anak yang sedang mengerjakan tugas seperti dirinya, dan juga yang piket kelas.

“Tugas apa?”, tanya seseorang.

Nu mendongak, menatap orang yang tanpa alasan jelas mengajaknya berbicara.

Daiki tersenyum ketika Nu menatapnya.

“Sial! Kenapa ia tersenyum?”, rutuk Nu dalam hati.

“Hai Nuchan!! Tugas apa?”, tanyanya lagi sedikit berbisik.

Nu dengan malas menjentikkan jarinya pada tulisan ‘ENGLISH’.

“Sou da...kau dapat masalah dengan Jun-Sensei kah?”, tanya Daiki lagi. Lalu duduk di hadapan Nu.

Nu hanya diam, tidak memperdulikan Daiki yang terus memperhatikannya.

“Nuchan....”, panggil Daiki.

“Siapa yang mengizinkannya memanggilku Nuchan??!!”, rutuk Nu kesal.

“Nu...”, panggilan itu terpotong dengan tatapan Nu pada Daiki.

“Apa?!”, tanya Nu geram.

Daiki menunjuk pada tulisan Nuchan, “Ini salah ejaan...”, kata Daiki pelan.

Nu tampak malu, menunduk dan membenarkan tulisannya yang salah itu.

“Kenapa dia mengikuti ku??”, tanya Nu dalam hati ketika ia melihat Daiki di sampingnya.

“Hujan...”, kata Daiki seraya menatap langit.

Hujan memang sedikit deras, Nu sendiri tidak membawa payung, dan sepertinya begitu pula Daiki. Nu kaget sendiri kenapa sekarang mereka malah berada di halaman depan sekolah bersama – sama.

“Kau bawa payung?”, tanya Daiki pada Nu.

Nu menggeleng, “Rumahku dekat lagipula...tak perlu payung.”, jawab Nu.

“Sou da??bolehkah aku berteduh di rumahmu saja? Suasana sekolah tampak agak mengerikan.”, jelas Daiki.

Nu mengangkat bahunya, mencoba tak peduli, “terserah kau...”, kata Nu lalu berlari dibawah hujan.

Di depan apartemen kecil itu, Nu tak menyangka Daiki benar – benar mengikutinya.

“Kau tinggal sendirian?”, tanya Daiki sambil memperhatikan sekeliling apartemen itu.

Apartemen itu lumayan berantakan, sudah beberapa minggu ini Nu sama sekali tidak ingin membereskan apartemen yang baru – baru ini ia tempati setelah merengek memintanya pada kedua orang tuanya.

Berbagai poster band VK memenuhi dinding, CD dan DVD konser juga berantakan di depan sebuah TV beserta DVD Player.

Daiki memperhatikan sebuah poster besar bertuliskan Dir en Grey, tampaknya poster band tersebut mendominasi kamar kecil itu.

“Nuchan...”, panggil Daiki.

Nu datang sambil membawa dua gelas teh hangat.

“Apa?”, seru Nu sambil memberikan ocha hangat itu.

“Ah arigatou...maaf merepotkan...”, kata Daiki, “Ano...kau suka band ini?”

“Iya, suka sekali”

“Paling suka siapa?”

“Vokalisnya. Aku suka sekali..”, suara Nu agak bergetar. Tentu saja vokalis yang ia maksud adalah Kyo, mantan kekasihnya.
-----------------

Din berjalan sendirian. Melangkahkan kakinya ditengah jalanan ramai, sesekali matanya melirik pada etalase toko yang dilalui

“Kemana teman-temanmu?”

Suara itu, bukan lagi suara yang asing untuknya

“Yuya?”, Din mengerutkan dahinya ketika menoleh kebelakang, melihat orang yang menyapanya.

“Kenapa? Tak senang ya lihat aku?”

“Huh, kenapa aku harus senang melihatmu? Aah, teman-temanku sudah tak bisa pulang bersama, kenapa malah ada Yuya?”, sambil meneruskan langkahnya, Dinchan terus ngedumel

“Sudah, sudah...cerewet sekali, telingaku panas, nih…”

“Kalau tak mau dengar aku cerewet, kenapa mengikutiku?”

“Siapa yang mengikutimu, hah?”

Selalu, terjadi adu mulut diantara mereka. Din dan Yuya, padahal keduanya sudah terikat dalam perjodohan yang direncanakan orang tua mereka, tapi kedua sama sekali tak bisa akur.

“Ah, hujan”, Yuya spontan menarik tangan Din untuk berteduh didepan sebuah toko ketika hujan tiba-tiba turun dengan deras

“Yuya bawa sial. Begitu ada Yuya, langsung turun hujan deras…”, Din berkeluh

“Seenaknya saja, menuduh orang lain bawa sial. Kalau hujan, ya hujan saja!”, jawab Yuya dengan nada sedikit kesal

Din tak menjawab, hanya bibirnya yang sedikit mengerucut

Keduanya terdiam selama beberapa menit

“Hey, Dinchan…dulu kita sering main hujan-hujanan, kan …”

“Iya…”

“Kamu suka sekali menendang genangan air kearahku. Dasar jahil…”

“Hi hi hi”, Din terkikik kecil

“Tapi kamu tak mau aku membalas. Selalu saja mengadu pada nii-chan kalau aku balas menendang air kearahmu”

“Memangnya kenapa? Normal , kan , aku merasa kalau Jin bisa melindungiku…”

Yuya terdiam beberapa saat, “Manja”

“Kenapa harus protes kalau aku manja?”

“Karena itu menyebalkan”

“Apa masalahnya denganmu?!”, nada bicara Din mulai meninggi “Kamu yang menyebalkan. Kenapa Jin yang baik dan lembut bisa punya adik sepertimu? Dan sialnya, yang dijodohkan denganku itu kamu!”

‘Dijodohkan denganku, ternyata adalah sebuah kesialan untuk Dinchan’, pikir Yuya

“Cerewet!”, ujar Yuya singkat

“Kekanakan!”, balas Din

“Egois!”

“Keras kepala!

“Cengeng!”

“Sok tempting!”

“Temperamental!”

“Plagiator!”

“JANGAN SEBUT AKU SEPERTI ITU !!”, nada bicara Yuya membentak, membuat orang-orang disekeliling melihat kearah mereka

“Terserah!”, Din lari meninggalkan Yuya, menerobos hujan yang semakin lama semakin deras
Bertengkar dengan Yuya membuat mood Din benar-benar buruk. Ia tak peduli tubuhnya sekarang telah kuyup oleh guyuran hujan

Din hanya berjalan pelan tak tentu arah, keadaan hatinya terlalu buruk untuk dibawa pulang ke rumah

“Yuya bodoh. Kalau Jin, pasti tak akan membuat aku seperti ini”, gumam Din pelan, menendang krikil-krikil kecil sepanjang langkahnya

Tiba-tiba, sebuah payung plastik menghalangi butiran hujan jatuh mengenai tubuhnya

“Mungkin kamu kecewa, bukan Jin yang datang. Tapi melihatmu sendirian dalam guyuran hujan, pasti ini yang akan dilakukan oleh Jin, bukan?”, ucap seorang yang tak lain adalah Yuya
-----------------------------

Sore itu memang mendung, tapi Py masih di taman bermain, sibuk dengan sketsanya. Ia merasa mendapat ketenangan dan banyak inspirasi di taman ini. Bukan karena taman ini punya daya tarik, tapi karena seseorang yang sudah beberapa kali ia temui disini.

“Huaaaaa~”, teriak seseorang.

Py kenal suara itu

Py menoleh untuk melihat siapa yang datang

Ya itu dia

Sumber inspirasinya beberapa hari ini

“He? Py py!!”, teriaknya kencang.

Py mau tak mau tersenyum

Kali ini ia sendiri

“Kemana teman – temanmu?”, tanya Py akhirnya. Setelah teridam beberapa lama.

“Itu...mereka...ada urusan..”, jawabnya gugup.

Tentu saja bohong. Tadi setelah meninggalkan Yabu piket sendirian, ia buru – buru pamit pada Shoon dan Taiyou. Ia bilang ia ada urusan.

“Kau menggambar lagi? Bolehkah aku melihatnya?”

Py menutup buku sketsanya, “Jangan! Aku janji aku akan memperlihatkannya nanti.”

“Kapan?”, tanya cowok itu lagi.

“Nanti Hika...setelah semuanya selesai...”, jawab Py malu.

“Py...arigatou na...gomen aku tak sempat berterima kasih padamu.”

“He? Untuk apa?”, tanya Py bingung. Seingatnya ia tidak melakukan apa – apa untuk Hikaru.

“Chupa rasa cola...”, ujar Hika sambil mengeluarkan sebuah chupa. Kali ini rasanya strawberry.

“Eh?”

“Rasa cola nya habis...”, katanya lalu tersenyum, kini gigi gingsul Hika terlihat jelas di depan mata Py.

Dekat sekali

Karena Hikaru duduk bersebelahan dengannya.

Py hendak mengambil chupa itu ketika Hikaru menariknya kembali, “Hehehe...ini..”, sodornya kembali.

“Arigatou...”,Py mengambilnya dan tertunduk. Py memang pemalu, sekarang pun rasanya dia tak akan mampu berbicara lagi dengan Hikaru.

“Langitnya mendung yaaa~”, keluh Hikaru.

Py memandang Hikaru yang kini sedang menengadah, menatap langit yang memang gelap sekali.

“Py suka hujan atau cuaca cerah?”, tanya Hikaru penuh semangat.

“Cerah...rasanya energi kita tersedot jika mendung begini...”, jelas Py yang kini ikut menengadah.

Titik – titik air hujan hinggap di wajah mereka, semakin lama semakin deras. Hujan turun seketika itu juga.

Py dengan terburu – buru memasukkan buku sketsanya ke tas, hendak beranjak dari tempat itu.

“Ayo!!kita harus berteduh..”, ajak Py.

Tapi Hikaru malah membuka jas sekolahnya, mencoba menutupi mereka dengan jas tersebut.

Py kembali memandang Hikaru, kini mereka berdua di bangku taman, dengan jas sekolah di atas kepala mereka.

“Bagaimana? Aku seperti gentleman tidak?”

Mau tak mau Py tersenyum, “Kita basah kuyup.”, kata Py lagi.

“Kyaaa~ ayo lari!!”, teriak Hika sambil menarik tangan Py, “Kita harus berteduh!!”, serunya heboh.

Membuat Py tersenyum lebih lebar.
-------------------------

N.B: kyaaaaa~ maafkan untuk keterlambatan inih..*bow* saia berdua *baca: bunda n nuy* mengalami ngestag nerkepanjangan...maaf kalo gak memuaskan...COMMENTS ARE LOVE...
harap di komen...di komen...xD

^^

Kamis, 23 Juli 2009

[REPORT] bunda n opichi 3 days trip..hehehe..

yaaayyy!!!
tadaima~
din pulang...hehehe...setelah berkelana bahasanya bujug bersama opi dan keluarga...din kembali...dengen cerita tentang...perjalanan qta...ehehehe...

First day..200709...
Pagi - pagi buta, Q kebangun...tidur depan lappie yang Internet dan laptop masih menyala, kagak pake selimut, dengan baju tidur doank...bused!!dinginnnn!!saia buru - buru ngepost blog yang baru kelar...hahaha...
Udah gituh..Q menyadari 1 hal...Q lum beberes buat berangkat yang rencananya 4 hari ituh. Q langsung ke bawah....dengan tampang desperate kurang tidur, Q nanya ama mama,
"Ma....minta tas buat pergi"
"Loh?perginya bukannya ntar sore?"
"Gak ma...kata opi jadinya pagi sekarang."
"Ya udah itu pake tas c papa"
AKhirnya Q boyong tas c papa yang kayak koper ituh...untuk beres - beres, gak lupa...Q harus ngeburn DVD buat Lha...akhirnya ngeburn dulu.
Banyak banget yang rasanya harus dibawa, dan gak akan muat di tas itu...
hufft,,,
Q pikir ya udahlah...Q hampir marahan ama mamah tuh...cuma gara - gara Q geje juga..hahaha..

Jam 8, Opi jemput pake motor ke rumah. Akhirnya berangkat dengan 1 tas koper kecil, ama 1 tas jinjing. Hahaha,, Banyak juga bawaan Q.
Berangkat dari rumah novi sekitar jam 9an...langsung menuju Garut...ternyata ke Kawah Kamojang...


saia lebay...xD

Opichi dan semburan gas...*dikemplang*

narcism...xD

Setelah liat semburan gas yang luar biasa ituh...Qta akhirnnya pergi lagi. Menuju Tasikmalaya.
Waaaahh...perjalanannya jaaauuhh,,,nyampe sana udah sore. Akhirnya Qta solat maghrib dan Isya dulu di Masjid. Abis itu ke Rajapolah...beli ini - itu buat oleh - oleh...
hehehe..din sih cuma beli dikit, secara c mama juga gak minta di beliin apa - apa...^^
Ternyata udah malem banget, akhirnya kita nginep di hotel yang ada di Tasikmalaya...^^

Second day...210709...
Masih ngantuk, kurang tidur *baru tidur jam 12 malem*,, Qta berangkat menuju....gak tau...asli...ini perjalananannya serba surprise...hehehe..
di jalan...saia mabok...OMG...seumur - umur Q pergi udah nyampe Sumatera...ampe Pontianak, Bali...gak pernah mabok..kayaknya karena masuk angin dan kondisi badan emang gak fit.. akhirnya dikasih obat jamu gituh ama ibunya opi...arigatou...maaf saia merepotkan...xD
ternyata jalan menuju Cipatujah..eh...gak taunya gak jadi..belok lagih ke Pamijahan...judulnya serem.."wisata ziarah" hahaha...


Gerbang masuk ke tempat makam

Tapi ternyata lagi penuh...*baru nyadar itu Isra Mi'raj*
Jadi kita gak ampe makam, balik lagi menuju Cipatujah...
daaannn...
Terus sebelumnya qta makan ikan bakar dulu~
hunyu~ enaaakk!!!hehehe...
ikannya masih seger...dah gituh..nemu ikan gede bangeth..hahaha..


Qta nemuin pantai....pantai yang...KOSONG!!!!
gak ada orang!!serasa milik sendiri tu pantai...hehehe...
akhirnya maenan ama opi...tapi gak ampe basah - basahan...males ganti baju..hehehe


opichi kerudung terbang..hehehe
sendal ikut nampang...hahaha


Setelah itu...Qta ngelanjutin perjalanan...sekarang menuju daerah Ciamis
Q pikir bakalan berenti di Pangandaran, tapi ternyata gak....Qta cuma lewat ajah...abis itu karena dah malem, Qta nginep di Ciamis Kota...^^
Hotelnya antik bo~
hahaha...jaman Belanda gituh~ nginep disitu serasa di asrama..hahaha...


Opichi sakit~ huaaaa~~~ badannya panas coba??hmmm...
cepet sembuh ya opi...

Third day...220709..
Capeee~
tapi seru...hehehe...
Berangkat dari hotel, din kira bakalan ke Cirebon. Ternyata ke Waduk Darma di Kuningan.
Tempatnya sepi...dingin pulaaa!!!dingin banget!!!
Indah pemandangannya.
Sayangnya qta gak naek perahu, soalnya cuma berempat seh...katanya disitu rame kalo lagi sabtu ato minggu...^^

Waduk Darma...hehe

dingggiin!!bujug dah~xD


Gak lama, kita berangkat lagi, ternyata menuju Majalengka...disitu kita solat, dan makan ikan bakar lagi wkwkwk...enak kok..restaurantnya adem...saung - saung getoh...
banyak ikan koki tanaka lagih...hehehe...
kenyang~
xD
Setelah itu kita kembali jalan...ternyata menuju Sumedang...alhasil beli tahu deh...hehehe^^
abis itu pulang!!! tadaima~
mama!!ade pulaaannnggg!! *kangen mama* hehehe...
yosh!! cape tapi seneng deh~
Bapak - Ibunya Novi...arigatou....maaf din merepotkan...^^
Opichi~
ntar jalan - jalan lagih yuuukk!!! ntar gantian kau yang ikut ama keluarga ku...hehehe...^^

jya~ segini ajah ceritanya...
yow!!xD

^bunda dinchan^

Minggu, 12 Juli 2009

SHIGE b'day !?

YA ALLAH...



kemaren SHIGE ultah ya?
ampun dah

ko Q bisa lupa
*jyahh idola sendiri lupa ultahnya..*

hadoohhh

maafkan saya SHIGE...
nurul bener" lupa
*sibuk daftar ulang k unisba sih..*

생일 축하합니다 SHIGEAKI KATO

udah 22 tahun...
bulan depan kibum juga 22 tahun

lol


miyuy

Rabu, 08 Juli 2009

pic


lmao

Q cuma mau posting ni pic

gimana komen'y?
mau Q edit ni photo
bwat d masukin k blog

tapi gtw tar ni pic mw d jadiin pa'an


Minggu, 05 Juli 2009

kyaaaaaaa!!!!*histeris*

bunda kageeeetttt!!!!!
layout blog qta berubah lohhh...
berubaaahhh!!^^

siapa neh yang ngerubah???
uchulnaaa...
hehehe...^^

arigatou yang udah ganti.....pengumuman donk yang ganti layoutnya,,,
hehehe...
^^

^bunda dinchan^

Minggu, 28 Juni 2009

Fanfic : Married By Accident (Chap 1) *Repost*

wkwkwkwk..sebenernya ney fanfic dah ada di blog bunda...
tapi berhubung ini juga ada Opichinya...jadi bunda repost disini...okeh??!!
Comments are Love...^^

Title : Married By Accident
Chapter : One
Author : Tegoshi Din
Pairing : We’ll let you guess 0_<
Genre : Romance
Rating : G...nyantai ndak apa2nya//^^//
Starring : Takaki Yuya as Takaki Yuya/ Takaki-sama
Dinchan as dinchan
Inoo Kei as Inoo Kei / Inoo – sama
Opichi as Opichi
Rest Member of Hey!Say!BEST
Disclaimer : Dinchan and Opichi belongs to theirselves, Hey!Say!BEST belongs to Johnny’s Entertainment, and other characters belong to their selves. We don’t own them, just own the idea. Please don’t sue me, it’s just a story...so read it happily...comments are LOVE...

Married By Accident
---story 1---

Rambutnya berantakan, gaya jalannya sama sekali tidak menunjukkan dirinya perempuan, tas yang seharusnya ia pakai di tangan kanannya itu, dipakainya seperti sebuah tas ransel. Rok selututnya memang rapi, tapi kaos kakinya melorot sebelah, sungguh pemandangan yang tidak bagus.Padahal rambut panjang ikalnya itu cukup bagus bila ditata, tidak berantakan seperti itu.

“Dinchan...ohayou!!!” panggil seorang cewek dari arah belakang cewek tadi.

“Aaaa...opichi...ohayou....aku masih mengantuk.” Keluh cewek bernama Dinchan itu.

“Paling tidak sisirlah rambutmu...” protes Opichi.

“Hmm...kau tahu aku selalu rapi sebelum keluar dari rumah, tapi sepertinya aku memang harus seperti ini.” Katanya.

“Ya terserah kau lah! Sudah mengerjakan PR matematika?” tanya Opichi sambil mensejajarkan
langkahnya dnegan Dinchan yang tampak terburu – buru.

“Hmmm...kalau belum mengerjakannya, sudah pasti aku dibunuh orangtuaku!!!”

“Hahahhaa...” tawa Opichi meledak pagi itu.

---sementara itu di tempat lain---
“Ayah becanda kan??!!! Aku baru 18!!!” protes seorang cowok didepan Ayahnya.

“Tidak Yuya, ayah tidak bercanda....” wajah Ayahnya memang tidak sedang bercanda sam sekali.

“Tapi Ayah...”

“Ini tradisi Yuya!” potong Ayahnya, “Sekarang cepat pergi sekolah! Hari ini juga kau akan bertemu dia...” kata Ayahnya sembari melemparkan sebuah foto.

Cowok yang dipanggil Yuya itu memandangi foto yang dilemparkan Ayahnya,

“Tidak buruk...” pikirnya.

“Kaliannn??” Yuya kaget mendapati semua sahabatnya berada didepan rumahnya, berseragam sama dengannya.

“Yup!kita pindah juga...seperti yang kau tahu, kita tak pernah berpisah..” kata cowok yang paling tinggi dan paling kurus.

“Arigatou Yabu...”

“Ayo berangkat!” ajak Inoo pada yang lain.

Yuya,Yabu,Hikaru,Inoo dan Daiki adalah 5 sahabat kental yang tidak pernah berpisah sejak kecil. Mereka berlima adalah pewaris tunggal masing – masing perusahaan besar. Karena Ayah mereka juga bersahabat, maka tanpa disadari, mereka juga menjadi sahabat sejak kecil.


“Hoaaaaam...” mata Dinchan kembali tertutup.

PLAK!

“Itai!!!” seru Dinchan dan mendapati Opichi telah memukul kepalanya dnegan tangan kosong.

“Bangunlah! Masih pagi gini kau sudah tertidur lagi!!”

“Kau bawel sekali!” protes Dinchan.

“Tapi kau tahu gosip yang baru saja kudengar?”

“Apa?” tanya Dinchan masih dalam posisi bertelungkup tangan.

“Ada 5 pangeran yang akan datang kesini.”

“Hmm...tidak penting...” katanya lalu tertidur lagi.

“OHAYOU MINNA-SAN!!!” seru seseorang dari pintu kelas. Ternyata itu Takeda-Sensei, Dinchan pun berhasil bangun sepenuhnya.

“OHAYOU~” seru anak – anak.

“Hari ini Kita kedatangan 5 teman baru....”

Semua orang di kelas langsung saling berbisik, menebak – nebak siapa yang datang, sebagian meyakini itu adalah 5 pangeran seperti yang digosipkan.

“Baiklah...silahkan masuk...”

5 Orang masuk ke kelas, dan semuanya langsung terpana, mereka benar – benar Pangeran.

“Kota Yabu....18 tahun...Yoroshiku..” kata seorang cowok yang berperawakan paling tinggi dan kurus.

“Takaki Yuya...yoroshiku...” kali ini cowok dengan tatapan cool dan tampak sedikit angkuh.

“Yaotome Hikaru....” kata seorang cowok dengan gigi gingsul dan ceria.

“Arioka Daiki....17 tahun...Yoroshiku...” cowok ini chubby dan memang terlihat lebih pendek dari yang lain.

“Inoo Kei...panggil saja Kei.” Kata seorang cowok kurus dan sangat putih.

“Baiklah...silahkan duduk ditempat yang kosong saja...” kata Takeda-Sensei. Mereka pun menurut dan mencari tempat duduk kosong.

Dinchan tdak memperhatikan sepenuhnya, tapi ia cukup ngeh ketika seorang cowok menyapanya.

“Hai! Mohon Bantuannya ya?”

Dinchan menoleh sebentar, ia samar – samar ingat namanya.

“Yuya desu...” katanya sambil masih memasang tampang cool.

Dinchan mencibir dan mulai tertidur lagi. Sementara itu Yuya, malah sibuk melihat foto yang tadi pagi diberikan oleh Ayahnya.

“Tidak mungkin....” keluh Yuya pelan.


“Ini bencana.....” kata Yuya mengeluh saat makan siang.

“Hah? Apa maksudmu Yuya?” tanya Daiki heran.

“Haaaah...akhirnya aku berhasil menghindar dari cewek – cewek itu.” Kata Hikaru yang baru tiba dari toilet.

“Kau juga dikejar – kejar?” tanya Yabu.

“Hmmm...” jawab Hikaru.

“Bisakah kalian mendengarkan aku?” kata Yuya yang tampangnya sangat desperate sekarang.

“Maaf...apa yang kau maksud bencana?” tanya Yabu.

Yuya menutup mukanya, tampak menyesal dengan segala yang terjadi, “Dia mengerikan...”

“Siapa?” Inoo mulai tak sabar.

“Calon istriku....”

“HAAAAAAAHHHH???” Semuanya serempak berteriak kaget.


Te Be Ce aaaahhhh~
^^
Ayo comments yah minna...arigachu..

Senin, 22 Juni 2009

banner baru buat Inoo..

wahahahaha..emang gejeh banget saia..
jadi pas kemaren ngoprek lappie...
nemu foto2 HSJ...
da emang banyak...
udah gituh, kepikiran bikin banner buat ultah c inoo..
wakakak..
nih opichi...
saia buat khusus buat kau..hahaha..
baik kan saia??
^^

monggo di comment...

btw, din mau update rules:
- always cantumin nama di postingan yah...kecuali fic mungkin gak usah...
- comments are love..^^
- boleh ganti banner kalo emang pengen, tapi confirm dulu ma bunda...
- postingan boleh apa ajah...ngerepost dari blog sendiri juga boleh...
- ayo rame chatmix qta!!^^
- komplain langsung jja SMS bunda...ntar biar bunda benerin...

yaaaayyy!!!happy posting minna~ ayo donk...ramein blog qta....hehehe...

^bunda dini^

Selasa, 16 Juni 2009

[FANFIC] Cutie Creatures

Hahahahay
AIL masih ongoing
maap lama, saia ngestag
tapi saia bawa ini
masih ada nama" HSB nya juga, ko XDDD

jangan rajam saia XDDD




Title : Cutie Creatures

Author : Nu Niimura
Genre : Plotless
Rating : G
Disclaimer : I do own SAN XDDDD *ngarep*

“Nu, Daichan mana?”, tanya Din
“Ada, dirumah~”, jawab Nu santai sambil belay” pala SAN
“Ikh…yang disayang” kok cuman SAN, sih? Kan bunda kasiin Daichan ke Nu supaya disayang-sayang juga…”, kata Din
“Maap, deh…abis, SAN seduktip, sih…jadi aku pengennya ama dia terus…”, bales Nu sambil kissu-kissu SAN
“Eh? Kok di kissu-kissu?”
“Emangnya napa, Bunda? SAN sehat, kok. Ngiri, yah? Kissu-kissu aja Takaki nya…”
“…ng . .” , akirnya Din peluk Takaki, Takakinya cuman ngusel” manja di dada Din

“Emang Daichan ga pernah berantem ama SAN kalo dirumah, Nu?”, Opi nimbrung
“Engga. Ajaib, deh… Tapi aku belum kasi tau Hubby kalo Dai dai ada dirumah…”
“Jiah, pantes adem-adem aja”, ujar Opi
“Kalo Hubby tau, pasti Dai dai ga bole ada dirumah aku…”, NU berubah murung
“Aah...kenapa ga bilang dari awal?”, Din yang ngeliat Nu murung jadi terbawa
“Maap, aku juga ga inget kalo Hubby orangnya keak gitu. Akunya juga sih, maen bawa Dai dai gitu aja, imyut sih, masih kecil…”

“Yaudah, Daichan ama aku aja. Jadi bisa nemenin Kei dirumah. Kasian Kei, kalo aku lagi sibuk, dia cuman duduk mrengut deket piano. Padahal kan Kei selalu nemenin aku kalo Toma lagi pergi…”, tawar Opi sambil ngusap-ngusap sebelah tangan Kei ke pipinya



Tiba-tiba . . .

“Minna~ Yabu sakiiit”, Miyuy datang dengan berlinang air mata
“Kenapa?!”, ketiganya njawab berbarengan
“Ga tau. Tadi pagi pas aku bangun, Yabu udh ga sehat –hiks-“, jawap Miyuy masih sedikit sesenggukan

“Sekarang Yabunya mana?”, tanya Din
“Ada sama dokter…”
“Oh, bagus, deh…moga dia ga kenapa-kenapa…”, bales Din lagi sambil sesekali tepokin pundak Miyuy


Beberapa saat kemudian. Di ruang dokter

“Jadi Yabu saia kenapa, dok? –hiks-“, tanya Miyuy ke dokter yang barusan meriksa Yabu
“Ooh..ga ada yang parah, ko. Pencernaan nya sedikit bermasalah, bisa jadi karna salah makan…”, jawab dokternya disertai senyuman menenangkan bak Yamapi di dorama Code Blue. Tssah~
“Gitu ya, dok…”
“Ga usah khawatir, minum obat beberapa kali juga udah bisa sembuh, kok…”
“Aah, shimeta ne~ “, ujar Miyuy kontan meluk Yabu erat-erat


Setelah Miyuy ama Yabu keluar dari ruangan dokter

“Gimana, Yuy?”, tanya Opi khawatir, sementara Kei toel-toel tangan Yabu, malah keliatan manis
“Yabu ga pa pa kok, cuman salah makan…”, Miyuy udah bisa tenang,keliatan banget waktu ngusap-ngusap pala Yabu ke pipi, lovingly “..Yabu suka nakal, sih…waktu mau tidur aja, ada di pelukan aku, waktu aku bangun, entah dia udah ada dimana, grusak grusuk cari makanan sembarangan…”
“Set dah, Yabu kelaperan. Tapi sukur, deh kalo sakitnya Yabu ga parah”, gumam Din
Hape Nu tiba-tiba bunyi. Ada mail masup
“Eh?
Minna, kerumah aku, yuk? Hubby aku besok pulang, jadi sekalian Nov” bawa pulang Dai dai…”, tawar Nu
“Ayok, ayok…”, Miyuy yang pertama ngasi respon
“Beneran ga pa pa , Nu, Daichan dibawa sama Opi?”, kata Din
“Ya apa-apa, sih. Tapi mao gimana lagi, abisnya Dai dai ga bisa ada dirumah aku kalo Hubby pulang. Uuh…padahal Dai dai imyut kiyut kiyut…”, Nu keliatan sedih, bak mau ngelepasin anak yang baru hari pertama masup TK
“Tenang, Nu…Daichan bakalan aku rawat baek-baek, kalo pengen ketemu, maen aja kruma aku”, ujar Opi
“Iya, deh…”


Dirumah Niimura
Selama Din, Opi, Nu, Miyuy sibuk ngerumpi, Takaki, Kei, Yabu dibiarin maen bertiga

“(dalam bahasa mereka) Eh, maksutnya Daichan yang mau dibawa pulang ama majikan gw tuh dia?”, kata Kei sambil ngelirik seekor kitten item belang-belang yang lagi tidur dengan imyutnya diatas bantal
“Keaknya sih, iya…”, jawab Takaki barengan ama Yabu
“Jiah. Kalo majikan gw berpaling ama dia, gimana?”, kata Kei, si kucing berbulu warna gelap
“Itu sih, derita lo”, jawab Takaki cuek
“Ah, sial”, Kei mendengus

“ ‘ki, gw laper, nih…cari makanan, gih”, Yabu noel-noel Takaki
“Ogah. Kenapa harus gw yang cari? Lo aja, ‘no “, lempar ntu kucing berbulu honey blonde ke Kei
“Huh”, Kei ngambek
“Pake ngambek, pula. Okeh, okeh, gua yang cari makan”, kata Takaki akhirnya
Takaki puter otak. Dia inget kalo tadi pagi sebelum pergi dari rumah, Din sempet masukin Whiskas seplastik kecil kedalem tas *kucing yang pintar*
Kucing ramping dan elegan itu mulei deketin tas punyaan Din yang ditaro gitu aja dilante, nyium-nyium apakah ingetannya bener, di ntu tas disimpen Whiskas.
Aroma Whiskas rasa burger (authornya ngarang) kesukaan Takaki tercium jelas, bikin dia jadi kepengen ngiler.
Mayan lama Takaki bongkar-bongkar tas Din, tapi Whiskas rasa burger yang dicariin belom juga ketemu

“Apaan, nih?”, pikir Takaki bingung waktu nemuin benda bulet gepeng, punya gagang, ditengahnya ada wajah orang
Bingung. Takaki terus bercengkrama (idih, bahasanya =__= ) dengan benda asing itu, sampe lupa tujuan sebenernya

“Oi! Lama amat! Udah, blon?”, Yabu treak
Waktu Takaki nyadar, benda asing itu udah rusak tercabik-cabik dia punya cakar, wajah orangnya jadi udah nggak keliatan kalo tu wajah orang lagi

-Kriiiet- suara pintu dibuka

“Takaki, Kei, Yabu~ Kalian udah laper, blom? Makan yuuk?”, suara yang begitu dikenal Takaki, Din



“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA….!!!!”
Din treak histeris

Opi, Nu, Miyuy, cepet-cepet lari ketembat bersumbernya suara

“Ada apa, Bunda?!!”

“UCHIWA GAMBAR AYAH…RUSAK. UDAH GA BERBENTUK!!”, Din murka
“…DASAR KUCING NAKAL!!!”

“Wwwrreong!”, Takaki dipukul Din sampe mental sekitar setengah meteran

“Kyaa…kasian, kenapa dipukul…?”, Miyuy treak pilu
“Mana, mana kucing nakal?”, Opi ngikut-ngikutan “…wah, uchiwa Tego yang limited edition, belinya susah, rebutan ama jutaan fans laen…”

Opi ngikutan, nendang Takaki sampe mental keluar jendela
Sebenernya, buat Opi, bodo amat kalo tu uchiwa gambar Tego rusak, tapi dianya keki aja ama tu kucing punyaan sohibnya yang entah kenapa saban liat ntu kucing, bikin dia jadi inget Jin Akanishi (apa hubungannya? O__o’). Puas hati Opi, bisa nendang Takaki sampe mental keloar jendela
(warning: ANAK BAIK, PENYAYANG BINATANG, JANGAN MENIRU ADEGAN BERBAHAYA INI!)

Din yang meratapi wajah Tego yang tercabik-cabik di uchiwa, ga nyadar kalo kucing kesayangannya sekarang udah entah pegimana nasibnya

Ga butuh waktu lama, Din udah duduk dipojokan, nelpon Tego sambil misuh-misuh geje
“Ayaaah…masa uchiwa gambar ayah . . . “


Sudahlah, lupakan sejenak. Kita beralih ke Takaki, si kucing malang, yang ternyata nasib malangnya

Di bawah jendela, SAN, puppy Yorkshire imyut punyaan Nu lagi dirayu-rayu ama Jin (bukan Akanishi =..=), Jack Russell punyaan tetangga
Ni anjing kecil tapi lincah (baca: Jack Russell) emang aneh, udah bulunya belang item sama blonde, ga isa bedain antara cewe ama cowo pula, dia lagi pedekatean ama SAN *author ngarang, ga bisa bayangin kalo Yorkshire kawin ama Jack Russell anaknya jadi keak apa ~__~*, tapi jangan salah, Jin bisa galak banget kalo ama yang ga dia suka


Brukk- Takaki jatuh diantara SAN dan Jin

“Grrr…”
Mendengar suara itu, perasaan Takaki jadi nggak enak


“LARIIIIIIII….!!”, Takaki ambil langkah seribu berasa dikejar ama anjing ga dikenal

Lari

Terus lari

Terus, terus lari


Takaki kecapean, baru berani memperlambat langkah waktu dipikirnya tu anjing udah kagak ngejar dia lagi



“Dimana ini?”, Takaki cengo. Mengo. Bengong




Sementara itu, kembali kerumah Niimura
“Manis, maap yah, tadi abang ngejar kucing dulu bentar. Abis kesel, sih…ganggu aja…”, Jin nempel-nempel ke SAN, genit
“Iyah, ga pa pa…”, jawab SAN sok malu-malu kucing (malu-malu anjing harusnya =w=)

Lupakan pasangan aneh itu =___=


Di dalam rumah

“Haai, Dai dai udah bangun, ya…”, Nu senyum-senyum “…Kyaaaa, imyutnyaaaa~”
Dai dai, si kitten imyut baru bangun, matanya masih ngerjap-ngerjap

“Iyaaah, imutnya…jadi inget waktu pertama liat Yabu di pet shop, masi kecil, imut, fragile. Waktu itu Kibum-oppa juga langsung setuju bawa Yabu pulang…”, ujar Miyuy

“Uuuh…”, berdua, mereka mengagumi keimyutan Daichan, kitten yang dikasiin Din buat Nu karna diantara mereka cuman Nu yang nggak punya kucing


“Oke, Nu. Bisa aku bawa pulang Daichan sekarang?”, kata Opi


Nu cuman ngangguk pasrah
Gitu juga waktu Opi mulei ngangkat Daichan. Abis mao gimana lagi, Kyo Niimura, lakinya, agak ‘gimanaaa getoh’ ama makluk yang namanya kucing =__=






“Dadah Dai dai…”, Nu sedih
“Myu~”, bales Daichan singkat, imyuuut banget T^T *author nulis sambil bayangin*

“Kita pulang dulu ya, Nu…”, kata Miyuy



Din juga mau pamitan, tapi mendadak nyadar sesuatu

“Eh? Takaki mana?”





Disuatu tempat yang entah jauh entah dimana

“Gw nyasaaaaaaaaaaar “, Takaki meratap, tapi hanya terdengar seperti sebuah eongan ditelinga beberapa orang yang melintas








(mungkin) TBC



komenin, yah XDD