Kamis, 20 Agustus 2009

Fanfic: Accidentally In Love (Chapter 4)

Title : Accidentaly In Love
Chapter : Four
Author : Din Tegoshi & Nu Niimura
Genre : Romance
Rating : G
Pairing : Miyabu,HikkaPy,TakaDin,Inoopi,Dainu *XD* aneh bgdh…
Fandom : Johhny’s Entertainment, Desperate Housewives
Disclaimer : Py, Miyuy, Din, Opi and Nu belong to theirselves, Hey! Say! BEST and Jin belong to JE. I don’t own them...Comments are LOVE minna~

Accidentally In Love
~chapter Four~

“Tadaima~”, Opi melangkah masuk ke rumahnya. Terasa dingin. Tak ada Ibunya yang menjawab seperti biasanya.

Hari ini ia pulang lebih awal, biasanya ia pulang bersama – sama dengan keempat sahabatnya, tapi karena awalnya ia bermaksud latihan basket, ia pulang duluan, namun ternyata latihan tersebut batal sehingga ia terpaksa pulang sendirian.

Saat masuk, Opi sedikit heran, alunan piano pun tak terdengar dari ruang tengah, Opi merasa aneh. Apakah memang Inoo belum datang? Begitu pikirnya.
Opi masuk ke dapur, mencoba mencari sosok Ibunya, ternyata tidak ada.


Opi, Okaa-chan pergi ke Supermarket dengan Yuuri
Sudah ibu siapkan makan siang.


Ternyata Ibunya ke Supermarket, Opi agak sedikit lega, tiba – tiba saja terdengar hujan turun.

Opi berfikir, apakah ibuny dapat pulang sore ini? Ia pun bergegas ke ruang depan, Semua payung masih tersimpan rapi disitu. Berarti Okaa-chan dan Yuuri tidak bawa payung.
Huuft...ini artinya ia akan sendirian sampai mereka datang.

TING TONG....

Bel rumah berbunyi. Opi heran, bila itu Ibunya, pasti sudah masuk tanpa memencet bel terlebih dahulu.

Opi membuka pintu depan.

“Ano....gomen aku telat....hujan.”, jelasnya singkat.

Opi mematung.

Inoo berdiri tepat dihadapannya dalam keadaan basah kuyup.

Seakan baru sadar bahwa yang ada di hadapannya adalah Opi, Inoo menatap Opi, “Gomen...aku kira...”

Opi masih terdiam.

“Dajoubu ka?”, tanya Inoo.

“Ahh....iyah...gomen...masuk saja. Okaa-chan dan Yuuri terjebak hujan di Supermarket. Jadi sepertinya akan lama...” jelas Opi.

“Sou ka...bolehkah aku menunggu disini saja?”, tanya Inoo.

Opi mengangguk. Inoo menuju ruang tengah, badannya masih basah kuyup, Opi bergegas mengambil handuk bersih.

“Ini...”, kata Opi menyodorkan handuk putih itu.

“Arigatou...”, katanya lalu mulai mengerikan diri.

‘Sial! Kenapa dalam keadaan basah kuyup ia tetap tampan!!”, rutuk Opi dalam hati.

“Ah...tunggu sebentar, aku ambilkan ocha hangat.”, kata Opi sambil berdiri menuju dapur.

Opi terus membatin, dipikirannya, kenapa juga dirinya harus doki – doki pada mahasiswa tingkat satu itu. Sebenarnya Inoo seumuran dengannya, seharusnya masih SMA. Tapi kata Okaa-chan, Inoo akselerasi setahun, sehingga sekarang ia sudah kuliah, jurusan arsitektur.

Dari ruang tengah terdengar alunan tuts piano. Itu Rainfall Prelude. Opi tahu karena Onii-chan dulu suka memainkannya ketika hujan turun.

“Ano...ini ochanya..”, kata Opi tak enak mengganggu Inoo.

Inoo berhenti, mengambil ocha yang disodorkan oleh Opi, “Arigatou..” katanya lalu menyesap Ocha tersebut.

Inoo meletakkan ocha di meja, kembali memainkan Raifall Prelude.

Opi yang berdiri di belakang Inoo tiba – tiba berkata, “Rainfall Prelude...”

“Shiteru?”, tanya Inoo lalu menggeser duduknya, memberi ruang untuk Opi duduk disebelahnya.

“Uun...Onii-chan sering memainkannya.”, jelas Opi yang kini sudah berada disebelah Inoo.

“Sou ka..."

“Inoo-san...”

“Terlalu formal. Panggil saja Kei.”, potong Inoo.

“Anoo..Kei...kenapa kau mengajar piano?”, pertanyaan ini memang selalu mengganggu pikirannya.

“Hmm...aku kuliah jurusan arsitektur. Kau tahu?”

Opi mengagguk.

“Itu pilihanku, Ayah menentang keras karena seharusnya aku kuliah bisnis seperti keinginannya...itu kenapa aku harus bekerja untuk kuliah ku...”, katanya lalu tersenyum. Pembicaraan itu berlangsung hingga Okaa-chan dan Yuri pulang.
---------------------

Sialnya Yabu hari itu. Tadi sebelum pulang sekolah, ia berniat untuk kabur dari piket seperti biasanya, tapi hari itu Hikaru kabur duluan dan entah siapa yang memberi tahu wali kelasnya, hari ini ia ketahuan akan kabur sehingga ia kini harus piket sendirian.

Ponsel birunya seketika berbunyi, tanda SMS masuk.

From: Taiyou
Subject: hehehe
Kali ini kau harus piket sendirian..jya ne~

Ternyata Taiyou yang memberi tahu wali kelasnya, sehingga ketika akan kabur, Pak Guru sudah menunggunya di depan pintu.

Miyuy yang hendak pulang bersama Din, ketika ia menangkap sosok Yabu yang sedang berada di kelas sendirian. Langkah Miyuy terhenti sejenak.

“Jadi...Miyuy!!kau tak mendengarkanku ya?”, seru Din yang menyadari Miyuy kini sudah ada di belakang.

“Dinchan....aku harus ke ruang klub!!”, serunya tiba – tiba.

“Kau bilang hari ini tak ada kegiatan klub?”, tanya Din heran.

Miyuy tampak bingung, “Itu...aku harus membereskan ruangan klub!!”, serunya cepat, tersenyum pada Din.

Din mengangkat bahu, “Ya sudah lah...aku pulang duluan ya..”, pamit Din pada Miyuy sambil melambaikan tangan.

Miyuy membalas lambaian tangan Din, setelah Din keluar dari lorong itu, Miyuy kembali memperhatikan sosok Yabu di dalam kelas, wajahnya tampak tidak senang.

Miyuy ingat ramalan yang ia baca semalam di Tobenaitori, “Besok adalah kesempatanmu...”,

Miyuy awalnya tak mengerti apa yang ramalan itu katakan, sekarang ia melihat Yabu dihadapannya. Mungkin inilah kesempatannya mendekati seorang Yabu.

Miyuy memperhatikan Yabu yang sedang menghapus papan tulis. Ia sendirian, memandang cemberut pada sebuah papan tulis.

Sore itu suasana sekolah sepi sekali, sehingga Miyuy sama sekali tak berani mengeluarkan suara sedikitpun.

“You’ve got mail~”, suara itu berasal dari ponsel Miyuy, memecah keheningan sekolah. Miyuy gelgapan mencari ponselnya, Yabu seketika menoleh, mendapati Miyuy dibelakang, dekat pintu.

Miyuy terdiam

Yabu terpaku

“Anoo...”

“Anoo..”, keduanya berbicara pada saat bersamaan.

“Apa yang kau lakukan?”, tanya Yabu.

Miyuy merasakan mukanya memerah, hal ini memalukan, tapi ia pun tak sanggup beranjak.

“Hmmm...aku...hanya....”, Miyuy tak sanggup meneruskan kata – katanya.

Yabu tersenyum, “Kau aneh sekali...”, komentar Yabu.

“Anoo..kau Kota-san kan?”, Miyuy akhirnya memberanikan diri bertanya.

Yabu kembali menoleh, mengangguk sekenanya.

“Kau ingat aku?”, tanya Miyuy berharap Yabu mengingat saat ia menyapa Miyuy pagi itu.

Yabu berfikir sebentar, memandang Miyuy dengan seksama.

Tiba – tiba Yabu mendekati Miyuy,“Morning, ma hun…”, Yabu pun tersenyum, “Maaf...hari itu aku kena dikerjai teman – temanku..”, ujar Yabu lalu kebali tersenyum.

“Sou kaa~ apa yang kau lakukan sore seperti ini?tadi kebetulan aku lewat dan menemukanmu disini.”, kata Miyuy sedikit berbohong.

“Piket...”, katanya sambil melangkah ke depan papan tulis.

Miyuy menyusul Yabu, mengambil satu lagi penghapus papan tulis yang ada disitu, membantu Yabu.

“Eh? Apa yang kau lakukan?”, tanya Yabu kaget.

Miyuy tersenyum, “Aku mau membantumu...”

Yabu tak menolak, “Miyuy ya??namamu Miyuy kan?”

Miyuy menoleh, mengagguk pelan.

Suasana kembali hening, hanya gerakan – gerakan keduanya menghapus papan tulis. Tiba – tiba saja diluar hujan turun deras.

“Yabai! Aku tak bawa payung!”, keluh Yabu, “Kau bawa payung?”, tanya Yabu pada Miyuy.
“Tidak...”, jawab Miyuy pelan.

“Hahaha...”, Yabu tertawa.

Miyuy bingung apa yang Yabu tertawakan.

Tangan Yabu bergerak, menyentuh pipi Miyuy, “Kurasa seharusnya kau menghapus papan tulis...bukan pipimu..”

Miyuy kaget.

“Gomen...hanya gerakan refleks...”, seru Yabu menarik kembali tangannya.

Miyuy hanya tertunduk, ia yakin wajahnya kini sudah semerah tomat.

“Kurasa kita harus diam di sekolah sampai hujan berhenti. Kau tak ingin hujan – hujanan kan?”, tanya Yabu pada Miyuy.

Miyuy menggeleng, masih menunduk.
-----------------------------

Daiki memasuki perpus dengan menenteng banyak buku. Ia bermaksud mengembalikan buku – buku yang ia pinjam kemarin untuk referensi tugasnya. Ketika ia menemukan sosok itu, sosok yang belakangan ini ia cari.

Nu merutuki diri sendiri, ia tak rela waktu pulangnya ini ia habiskan di perpus. Ini karena tugas tambahan yang Jun-sensei berikan akibat ia tertidur lagi di kelas.

“Dia sendiri yang mengajar terlalu membosankan...”, keluh Nu kesal.

Perpustakaan sudah sepi, hanya ada beberapa anak yang sedang mengerjakan tugas seperti dirinya, dan juga yang piket kelas.

“Tugas apa?”, tanya seseorang.

Nu mendongak, menatap orang yang tanpa alasan jelas mengajaknya berbicara.

Daiki tersenyum ketika Nu menatapnya.

“Sial! Kenapa ia tersenyum?”, rutuk Nu dalam hati.

“Hai Nuchan!! Tugas apa?”, tanyanya lagi sedikit berbisik.

Nu dengan malas menjentikkan jarinya pada tulisan ‘ENGLISH’.

“Sou da...kau dapat masalah dengan Jun-Sensei kah?”, tanya Daiki lagi. Lalu duduk di hadapan Nu.

Nu hanya diam, tidak memperdulikan Daiki yang terus memperhatikannya.

“Nuchan....”, panggil Daiki.

“Siapa yang mengizinkannya memanggilku Nuchan??!!”, rutuk Nu kesal.

“Nu...”, panggilan itu terpotong dengan tatapan Nu pada Daiki.

“Apa?!”, tanya Nu geram.

Daiki menunjuk pada tulisan Nuchan, “Ini salah ejaan...”, kata Daiki pelan.

Nu tampak malu, menunduk dan membenarkan tulisannya yang salah itu.

“Kenapa dia mengikuti ku??”, tanya Nu dalam hati ketika ia melihat Daiki di sampingnya.

“Hujan...”, kata Daiki seraya menatap langit.

Hujan memang sedikit deras, Nu sendiri tidak membawa payung, dan sepertinya begitu pula Daiki. Nu kaget sendiri kenapa sekarang mereka malah berada di halaman depan sekolah bersama – sama.

“Kau bawa payung?”, tanya Daiki pada Nu.

Nu menggeleng, “Rumahku dekat lagipula...tak perlu payung.”, jawab Nu.

“Sou da??bolehkah aku berteduh di rumahmu saja? Suasana sekolah tampak agak mengerikan.”, jelas Daiki.

Nu mengangkat bahunya, mencoba tak peduli, “terserah kau...”, kata Nu lalu berlari dibawah hujan.

Di depan apartemen kecil itu, Nu tak menyangka Daiki benar – benar mengikutinya.

“Kau tinggal sendirian?”, tanya Daiki sambil memperhatikan sekeliling apartemen itu.

Apartemen itu lumayan berantakan, sudah beberapa minggu ini Nu sama sekali tidak ingin membereskan apartemen yang baru – baru ini ia tempati setelah merengek memintanya pada kedua orang tuanya.

Berbagai poster band VK memenuhi dinding, CD dan DVD konser juga berantakan di depan sebuah TV beserta DVD Player.

Daiki memperhatikan sebuah poster besar bertuliskan Dir en Grey, tampaknya poster band tersebut mendominasi kamar kecil itu.

“Nuchan...”, panggil Daiki.

Nu datang sambil membawa dua gelas teh hangat.

“Apa?”, seru Nu sambil memberikan ocha hangat itu.

“Ah arigatou...maaf merepotkan...”, kata Daiki, “Ano...kau suka band ini?”

“Iya, suka sekali”

“Paling suka siapa?”

“Vokalisnya. Aku suka sekali..”, suara Nu agak bergetar. Tentu saja vokalis yang ia maksud adalah Kyo, mantan kekasihnya.
-----------------

Din berjalan sendirian. Melangkahkan kakinya ditengah jalanan ramai, sesekali matanya melirik pada etalase toko yang dilalui

“Kemana teman-temanmu?”

Suara itu, bukan lagi suara yang asing untuknya

“Yuya?”, Din mengerutkan dahinya ketika menoleh kebelakang, melihat orang yang menyapanya.

“Kenapa? Tak senang ya lihat aku?”

“Huh, kenapa aku harus senang melihatmu? Aah, teman-temanku sudah tak bisa pulang bersama, kenapa malah ada Yuya?”, sambil meneruskan langkahnya, Dinchan terus ngedumel

“Sudah, sudah...cerewet sekali, telingaku panas, nih…”

“Kalau tak mau dengar aku cerewet, kenapa mengikutiku?”

“Siapa yang mengikutimu, hah?”

Selalu, terjadi adu mulut diantara mereka. Din dan Yuya, padahal keduanya sudah terikat dalam perjodohan yang direncanakan orang tua mereka, tapi kedua sama sekali tak bisa akur.

“Ah, hujan”, Yuya spontan menarik tangan Din untuk berteduh didepan sebuah toko ketika hujan tiba-tiba turun dengan deras

“Yuya bawa sial. Begitu ada Yuya, langsung turun hujan deras…”, Din berkeluh

“Seenaknya saja, menuduh orang lain bawa sial. Kalau hujan, ya hujan saja!”, jawab Yuya dengan nada sedikit kesal

Din tak menjawab, hanya bibirnya yang sedikit mengerucut

Keduanya terdiam selama beberapa menit

“Hey, Dinchan…dulu kita sering main hujan-hujanan, kan …”

“Iya…”

“Kamu suka sekali menendang genangan air kearahku. Dasar jahil…”

“Hi hi hi”, Din terkikik kecil

“Tapi kamu tak mau aku membalas. Selalu saja mengadu pada nii-chan kalau aku balas menendang air kearahmu”

“Memangnya kenapa? Normal , kan , aku merasa kalau Jin bisa melindungiku…”

Yuya terdiam beberapa saat, “Manja”

“Kenapa harus protes kalau aku manja?”

“Karena itu menyebalkan”

“Apa masalahnya denganmu?!”, nada bicara Din mulai meninggi “Kamu yang menyebalkan. Kenapa Jin yang baik dan lembut bisa punya adik sepertimu? Dan sialnya, yang dijodohkan denganku itu kamu!”

‘Dijodohkan denganku, ternyata adalah sebuah kesialan untuk Dinchan’, pikir Yuya

“Cerewet!”, ujar Yuya singkat

“Kekanakan!”, balas Din

“Egois!”

“Keras kepala!

“Cengeng!”

“Sok tempting!”

“Temperamental!”

“Plagiator!”

“JANGAN SEBUT AKU SEPERTI ITU !!”, nada bicara Yuya membentak, membuat orang-orang disekeliling melihat kearah mereka

“Terserah!”, Din lari meninggalkan Yuya, menerobos hujan yang semakin lama semakin deras
Bertengkar dengan Yuya membuat mood Din benar-benar buruk. Ia tak peduli tubuhnya sekarang telah kuyup oleh guyuran hujan

Din hanya berjalan pelan tak tentu arah, keadaan hatinya terlalu buruk untuk dibawa pulang ke rumah

“Yuya bodoh. Kalau Jin, pasti tak akan membuat aku seperti ini”, gumam Din pelan, menendang krikil-krikil kecil sepanjang langkahnya

Tiba-tiba, sebuah payung plastik menghalangi butiran hujan jatuh mengenai tubuhnya

“Mungkin kamu kecewa, bukan Jin yang datang. Tapi melihatmu sendirian dalam guyuran hujan, pasti ini yang akan dilakukan oleh Jin, bukan?”, ucap seorang yang tak lain adalah Yuya
-----------------------------

Sore itu memang mendung, tapi Py masih di taman bermain, sibuk dengan sketsanya. Ia merasa mendapat ketenangan dan banyak inspirasi di taman ini. Bukan karena taman ini punya daya tarik, tapi karena seseorang yang sudah beberapa kali ia temui disini.

“Huaaaaa~”, teriak seseorang.

Py kenal suara itu

Py menoleh untuk melihat siapa yang datang

Ya itu dia

Sumber inspirasinya beberapa hari ini

“He? Py py!!”, teriaknya kencang.

Py mau tak mau tersenyum

Kali ini ia sendiri

“Kemana teman – temanmu?”, tanya Py akhirnya. Setelah teridam beberapa lama.

“Itu...mereka...ada urusan..”, jawabnya gugup.

Tentu saja bohong. Tadi setelah meninggalkan Yabu piket sendirian, ia buru – buru pamit pada Shoon dan Taiyou. Ia bilang ia ada urusan.

“Kau menggambar lagi? Bolehkah aku melihatnya?”

Py menutup buku sketsanya, “Jangan! Aku janji aku akan memperlihatkannya nanti.”

“Kapan?”, tanya cowok itu lagi.

“Nanti Hika...setelah semuanya selesai...”, jawab Py malu.

“Py...arigatou na...gomen aku tak sempat berterima kasih padamu.”

“He? Untuk apa?”, tanya Py bingung. Seingatnya ia tidak melakukan apa – apa untuk Hikaru.

“Chupa rasa cola...”, ujar Hika sambil mengeluarkan sebuah chupa. Kali ini rasanya strawberry.

“Eh?”

“Rasa cola nya habis...”, katanya lalu tersenyum, kini gigi gingsul Hika terlihat jelas di depan mata Py.

Dekat sekali

Karena Hikaru duduk bersebelahan dengannya.

Py hendak mengambil chupa itu ketika Hikaru menariknya kembali, “Hehehe...ini..”, sodornya kembali.

“Arigatou...”,Py mengambilnya dan tertunduk. Py memang pemalu, sekarang pun rasanya dia tak akan mampu berbicara lagi dengan Hikaru.

“Langitnya mendung yaaa~”, keluh Hikaru.

Py memandang Hikaru yang kini sedang menengadah, menatap langit yang memang gelap sekali.

“Py suka hujan atau cuaca cerah?”, tanya Hikaru penuh semangat.

“Cerah...rasanya energi kita tersedot jika mendung begini...”, jelas Py yang kini ikut menengadah.

Titik – titik air hujan hinggap di wajah mereka, semakin lama semakin deras. Hujan turun seketika itu juga.

Py dengan terburu – buru memasukkan buku sketsanya ke tas, hendak beranjak dari tempat itu.

“Ayo!!kita harus berteduh..”, ajak Py.

Tapi Hikaru malah membuka jas sekolahnya, mencoba menutupi mereka dengan jas tersebut.

Py kembali memandang Hikaru, kini mereka berdua di bangku taman, dengan jas sekolah di atas kepala mereka.

“Bagaimana? Aku seperti gentleman tidak?”

Mau tak mau Py tersenyum, “Kita basah kuyup.”, kata Py lagi.

“Kyaaa~ ayo lari!!”, teriak Hika sambil menarik tangan Py, “Kita harus berteduh!!”, serunya heboh.

Membuat Py tersenyum lebih lebar.
-------------------------

N.B: kyaaaaa~ maafkan untuk keterlambatan inih..*bow* saia berdua *baca: bunda n nuy* mengalami ngestag nerkepanjangan...maaf kalo gak memuaskan...COMMENTS ARE LOVE...
harap di komen...di komen...xD

^^