Minggu, 17 Mei 2009

Fanfic : Accidentally In Love

Title : Accidentally In Love
Author : Tegoshi Deenz , Niimura Nu
Chapter : One
Genre : Romance
Ratting : G
Pairing : DeenzxTakaki, NuxDaiki, OpixInoo, MiyuyxYabu, Py PyxHIkaru
Fandom : Hey! Say! BEST, Johnny’s Entertainment, Desperate Housewives (ngarep desperate housewives ada fandomnya =__=)
Disclaimer : Hey! Say! BEST belongs to Johnny’s Entertainment, Desperate Housewives belongs to themself. Py py belongs to herself. We don’t own them. Comments are LOVE minna....


“Dinchan, bangun…”, lembut. Gadis yang dipanggil Dinchan itu bisa merasakan jemari lentik membelai keningnya, menyibak helaian rambutnya

“Ngg…”, jawabnya singkat. Mungkin itu tak bisa dinilai sebagai jawaban

“Wake up, ma sunshine…”

“Yu-kuuun…”, Din masih enggan membuka matanya

“Dinchan…”, memeruskan usahanya. Orang yang sedari tadi memberikan sentuhan lembut itu, seorang berwajah cantik dengan rambut agak ikal sebahu. Kini ia menundukkan wajahnya, menyibak sebagian rambutnya sendiri yang jatuh tergerai , berusaha mendaratkan bibirnya tepat di bibir sang gadis yang tengah tertidur


Din perlahan membuka matanya

“Hyaaaaaa!! Takaki! Ngapain kamu?!!!”, sontak, Din mendorong Takaki –laki-laki yang baru saja mencoba menciumnya— menjauh

“Dipanggil tante, tuh. Disuruh sarapan…”, jawab Takaki, santai

“Terus ngapain kamu pake nyosor-nyosor?!”, ucap Din sedikit membentak

“Jangan kegeeran, ciumannya pangeran Horikoshi terlalu berharga buat kamu. Lagian, ngapain juga tadi kamu ngigo nyebut-nyebut nama aku?”

“Kamu yang kegeeran! Aku nggak ngigo nyebut nama kamu! Orang mimpinya juga dibangunin, dibelai-belai sama Tegoshi Yuya!”, kontan Din menutup mulut dengan tangannya seraya wajahnya yang berubah memerah

“Huahahahahahahahaha! Ngimpi kamu bisa dibelai-belai sama Tegoshi Yuya! Ngimpi!”, gelak tawa lepas dari bibir Takaki. Puas

“Udah! Jangan ketawa!”, merasa kalah. Din hanya bisa melempar bantal ke wajah Takaki agar ia tak lagi mendengar suara tawa yang membuatnya malu itu

BUGH!

“Geez, what a dare ya!”, Takaki memungut bantal yang barusaja sukses memukul wajahnya. Mendorong Din dengan bantal itu hingga Din kembali terjatuh ke tempat tidur, tepat dengan Takaki diatasnya

“Kyaaa! Berat, dodol !”, Din berusaha protes

“Elu yang dodol!”

“Di~n, Yuya… Bukannya turun, kok malah ribut?”, panggil suara itu dari lantai bawah

“Ah! Minggir!”, lagi, Din mendorong Takaki menjauh darinya. “Iya, ma. Sebentar…”

Din berjalan keluar kamar, menuju ruang makan dimana ibunya telah menunggu, diikuti Takaki di belakangnya.

“Kalian ini, ribut…terus, kapan sih, bisa dewasanya?”, ujar ibunya Din, seraya menyiapkan sarapan untuk Din dan Takaki

“Takaki nih, ma…dia yang selalu cari ribut duluan. Udah ga mau ngalah, aneh, sok tempting pula!”

“Tapi cakep”, balas Takaki

“Nyeh”, Din memang tak pernah bisa mengingkari satu kata itu

“Oh ya tante, aku pengen ngajak Dinchan keluar, yah? Mumpung hari minggu...”, ucap Takaki tiba-tiba

“Ng?”, Din hampir tersedak

“Ya, Dinchan?”, sambil senyum-senyum sok tebar pheromone

Din hanya menatap Takaki dengan tatapan what the...??

“Iya Din...tuh...ikut ajah sama Yuya...” kata Mamanya Din menyuruh anaknya untuk ikut jalan – jalan dengan Takaki.

“Hmmmpphh...” Din menghela nafas tanda dia gak rela hari minggunya yang tenang harus diisi dengan jalan – jalan sama orang yang sama sekali tidak ia sukai.

“Memangnya mau kemana sih?” tanya Mama Din.

“Ke tempat orang pacaran donk tante...” jawab Yuya mengerling pada Mama Din.

“Ide bagus tuh Din...ikut ajah....” sekarang nada suara Mama lebih kepada menyuruh daripada menyarankan.

“Tapi ma....”

“Tunggu bentar ya Yuya...Dinchan nya mandi dulu..” seru Mama sambil menarik tangan Din dari meja makan.

--------------------------

Nu sedikit berjengit ketika mendengar pintu terbuka dari kamar bawah. Ia tak mau ketahuan keluar kali ini. Ia komat – kamit, berharap pintu kamar itu kembali tertutup sehingga ia bisa kabur.

Pintu kamar itu tertutup juga. Nu melepaskan nafas yang sejak tadi ia tahan. Sedikit berjinjit menghindari kegaduhan yang ia buat. Ayah dan Ibunya tak akan suka melihat dandannya sekarang. Mata penuh eyeliner dan baju Visual Kei yang tidak bisa disebut fashion masa kini.

Nu melangkah keluar, ia tersenyum pada ponselnya sendiri. Hari ini dia akan bertemu pangerannya, tentu saja semua orang tidak akan percaya jika ia menyebutkan siapa pacarnya, mengingat usia pacarnya yang lebih tua 15 tahun dari dirinya. Ia masih ingat betapa kagetnya sahabat – sahabatnya ketika Ia mengatakan tentang usia kekasihnya itu.

Sudah sejam. Tapi Kyo belum juga muncul. Nu mulai tidak sabar. Kyo selalu bilang jika ia tak jadi datang, atau telat. Tapi kali ini, sudah sejam, tapi Kyo sama sekali tidak muncul. Nu mencoba menelepon Kyo, tapi sama sekali tidak diangkat.

“Nu...maaf aku terlambat.” Kata seseorang disamping kanannya.

Nu berbalik, menatap pangerannya yang sejak tadi ia tunggu, “Daijoubu yo~”

“Sebenarnya...aku mengajakmu kesini karena aku ingin mengatakan sesuatu...”kata Kyo tanpa basa – basi.

“Apa?” tanya Nu dengan gemetar. Nada suara Kyo kali ini tidak bisa membuatnya tenang seperti biasa.

“Aku mau...kita putus.”

“Eeeehh??nandee??” Nu kaget setengah mati.

“Kau tahu...hubungan kita tak akan berhasil karena orang tuamu selalu menghalangi kita...kurasa aku tak...”

Dunia Nu gelap gulita.

-------------------
Din dengan tampang BT mengikuti kemana saja Takaki membawanya.

“Kalo gak dipaksa Mama, aku gak mau ya ikut kamu!” kata Din menekankan bahwa ia hanya terpaksa.

Takaki tidak bergeming. Sejak tadi ia terlihat memikirkan sesuatu. Supirnya kembali bertanya.

“Tuan muda...kita akan kemana?” tanya supir yang sudah separuh baya itu sambil melirik tuannya yang duduk dibelakang.

“Hmm...Taman Hiburan.” Jawabnya singkat.

“Eeeehh??? Hounto desu ka?” tanya Din kaget.

“Jangan bawel! Kamu duduk manis dan ikut saja.” Jelas Takaki.

Din merengut, ia tak suka dengan tempat yang panas, udara terbuka seperti itu membuat penampilannya sering kali menjadi rusak.

“Dinchan...” panggil Takaki lembut.

“Hmmm...” Din menjawab sekenanya, tanpa melihat wajah Takaki.

“Kau boleh memanggilku Yuya saja....”

------------------------

Din datang ke kelas dengan tampang luar biasa kusut, Begitu juga Nu yang wajahnya tampak sama sekali tak bersemangat, bahkan mata Nu sembab. Mereka duduk bersebelahan, jadi aura tempat mereka sungguh suram.

“Ohayooouuu!!” teriak seorang cewek menghampiri mereka berdua.

“Hmm...” jawab Nu cuek.

“Aura kalian jelek.” Timpal seorang cewek lain.

“Opichi...Miyuy...kencan disasterku...aku sudah cerita bukan?” kata Din memulai.

“Sokka...tapi kau sempat naik kincir deshou? Bagus kan??!!” seru Miyuy, “Katanya...kalau kita naik berdua dengan orang yang kita cintai, kita bisa benar – benar berjodoh dengannya.”

Nu mencibir, “Lagi – lagi ramalan.” Katanya.

Sorang cewek chubby tiba – tiba berlari ngos – ngosan ke dalam kelas.

“Py py...daijoubu?” tanya Din.

Cewek yang dipanggil Py py itu melirik semua sahabatnya, “Iie...daijoubu...” jawabnya gugup, tangannya menggenggam sebuah buku sketsa yang selalu ia bawa kemana – mana.

Nu tampak tak semangat mendengarkan apapun, lalu menelungkupkan tangannya, ia Bete setengah mati.

“Nu...daijoubu?” tanya Opi khawatir.

“Hmm...do’a kalian semua terwujud...aku putus dengan Kyo.” Jawabnya ditengah isak tangisnya.

------------------------

Opi berjalan menuju pintu masuk rumahnya. Ekspresinya jauh dari kata ceria. Pikirannya berjubel. Tentang guru bahasa yang dirasanya sangat hobi mengomelinya, tentang temannya di klub basket yang menyebalkan. Terlalu banyak hal buruk yang dialaminya hingga ia pulang dengan bad mood.

Tangannya menarik handle pintu, “Tadaima....”

Tak ada jawaban didapat, melainkan suara grand piano mengalun lembut yang tertangkap pendengarannya.

Hal itu mengantar ingatannya pada kenangan akan sang kakak yang kini berada di luar negri.

Opi hafal betul diruangan mana grand piano disimpan, maka dengan segera ia berlari menuju sumber suara itu.

“Ma....niichan pula...” Opi tak bisa melanjutkan ucapannya.

Terdiam

Terpana

Menatap sosok laki – laki seumurnya duduk memainkan grand piano yang biasa dimainkan kakaknya itu. Jemari lentik laki – laki itu menari dengan indah diatas tuts – tuts piano. Matanya terpejam, begitu tenang.

“A Maiden’s Prayer...” gumam Opi pelan.

Scene – scene kenangan manis bersama sang kakak berlalu satu persatu bagaikan sebuah film dengan gerakan lambat di imajinasinya. Bahakan tanpa dirinya sendiri menyadari, ia telah terlarut dalam untaian melodi yang dimainkan oleh seorang yang tidak ia kenali sama sekali. Selama beberapa menit perhatiannya terpusat pada figur damai itu, bersama dengan nada demi nada yang emngalun. Seakan terhipnotis.

PLOK PLOK PLOK!

Suara tepuk tangan menarik pikirannya kembali, seraya tepuk tangannya menyusul aplaus meriah yang lebih dulu dianugerahkan untuk permainan laki – laki asing itu.

“Hebat! Inocchi hebat!!” pujian itu keluar dari Yuuri, adik laki – laki Opi satu – satunya.

Ibunya yang berdiri disamping Yuuri hanya tersenyum kepada pemain piano yang dipanggil Yuuri dengan Inocchi itu. Kemudian tatapan itu beralih pada Opi.

“Opi...kenalkan. Ini Inoo, mulaihari ini Inoo jadi guru piano privat Yuuri...”

To Be Continue~

N.B : wahahahahaha...buat seluruh pemaen *serasa film* gomen ada yang lum disebut...request buat Chapter 2 silahkan sama dia...*tunjuk nuy* soalnya dia yang tanggung jawab d chapie 2...^^ Yonde kudasai....^^

COMMENTS ARE LOVE

2 komentar:

Yoshitaka Asuka mengatakan...

kereeen....
daijoubu minna?
ikutan di ffc? *kesannya numpang nampang doang*
wkwkwkwk

dinchan mengatakan...

py py...daijoubu da yo~

mari qta ramein fanfic inih!!!

minna~~
baca...resapi..*geuleuh*

@nuy: chapie 2 nak!!!cepat laksanakan!!^^